Mendidik Lewat Sebuah Dongeng

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

Lima belas siswa/siswi TK Gandhi School mngikuti acara Rumah Dongeng yang diadakan DAAI TV di Jingsi Books & Cafe, Pluit pada hari Minggu, 15 Juni 2008. Selain Gandhi School, ada 4 sekolah lain yang diundang untuk memeriahkan.

“Dampak dari tayangan-tayangan televisi sangat kuat pengaruhnya terhadap anak. Jika ditonton terus-menerus akan mempengaruhi karakter anak.” (Zaenah Ibrahim, Kepala TK Gandhi School)

“Ceritanya Ringgo itu (macan kecil –red), ayahnya ketangkap dan dijadikan pemain sirkus. Ringgo disuruh jadi Raja Hutan menggantikan ayahnya. Dia kemudian tanya ke Tupai bagaimana cara jadi Raja. Dijawab sama Tupai, kalau jadi raja itu harus galak,” kata Fefe. Kata demi kata meluncur deras dari bibir siswi TK Tutor Time, Pluit, Jakarta Utara ini.

Terlihat jelas, bagaimana bahwa cerita dongeng yang baru saja didengarnya dalam acara Rumah Dongeng –salah satu program anak DAAI TV Indonesia– itu begitu melekat dalam benaknya. Tidak hanya Fefe dan 14 orang temannya, tapi juga puluhan anak dari 4 sekolah lainnya ikut memeriahkan program Rumah Dongeng Edisi Jalan-jalan yang diselenggarakan di Jingsi Books & Café, Pluit, Jakarta Utara pada hari Minggu, 15 Juni 2008.

Dongeng sebagai salah satu cara efektif membentuk karakter anak sejak dini, disadari betul oleh Ida Tan, Kepala TK Tutor Time. “(Dongeng itu) bagus. (Manfaat) positifnya anak-anak dapat kita arahkan supaya lebih baik karakternya, tapi bukan dongeng ataupun cerita-cerita yang mengandung kekerasan,” kata Ida. Ida sendiri memiliki pengalaman unik dan nyata saat mengubah perilaku siswanya dengan menggunakan cerita. Salah satu siswanya dulu ada yang suka meludah sembarangan. Orangtuanya pun sudah kewalahan mendidiknya. Berbagai cara sudah dicoba, dari yang lembut sampai keras pun tetap tidak berhasil mengubah kebiasaan itu. “Akhirnya saya cerita di kelas. Kisahnya seekor kelinci yang suka meludah sembarangan. Inti ceritanya, kelinci yang suka meludah sembarangan itu akhirnya jadi tidak punya teman,” kata Ida mengenang. Entah mengapa, sikap anak itu pun berubah sesudahnya. “Mungkin dia sadar, kalau kebiasaan buruknya itu ternyata akan membuatnya dijauhi teman-teman,” terang Ida sambil tersenyum.

foto  foto

Ket : - Siswa-siswi dari TK Tutor Time dengan gembira dan bersemangat mendengarkan "Paman Dongeng"
           (Heru Prakoso) berkisah. Acara ini akan disiarkan di stasiun DAAI TV Jakarta dalam Rumah Dongeng
           Edisi Jalan-jalan. (kiri)
         - Di saat anak-anak mengikuti acara Rumah Dongeng, para relawan Tzu Chi mendampingi sekaligus
           memperkenalkan Tzu Chi kepada orangtua murid. (kanan)

Demikian pula halnya dengan Zaenah Ibrahim, Kepala TK Gandi School ini juga sepakat bahwa lewat cerita-cerita anak yang mendidik, dampaknya terhadap anak sangat positif sekali. “Mereka jadi tahu bagaimana menghargai orang lain, mencintai, dan berbagi dengan sesama,” ujar Zaenah. Di sekolah tempat ia bekerja pun, setiap guru kelas diwajibkan membacakan cerita anak ataupun dongeng kepada para murid. Hanya waktu untuk masing-masing jenjang kelas berbeda-beda. “Untuk playgroup 9 menit, TK 15 menit, dan TK B 21 menit,” terang Zaenah.

foto  foto

Ket : - Selain hiburan, anak-anak juga mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya melestarikan lingkungan.
           (kiri)
         - Fefe, siswi TK Tutor Time sangat senang dan gembira mengikuti acara Rumah Dongeng Edisi Jalan-jalan
           yang diadakan di Jingsi Books & Cafe Pluit, Jakarta Utara. (kanan)

Meski kini banyak sarana hiburan bagi anak-anak, seperti film kartun dan komik-komik yang menarik, namun dongeng tidak pernah ketinggalan zaman. “Dibanding film-film kartun yang menggambarkan perkelahian dan kekerasan, saya lebih prefer dengan dongeng. Anak jadi suka meniru adegan-adegan perkelahian itu. Kalau dongeng, anak-anak lebih terbuai, dan nilai positif moralnya juga kena,” kata Manjit, guru TK Gandi School. Manjit, yang sudah 18 tahun menjadi pengajar ini juga mengakui bahwa pengetahuan anak yang sering didongengi lebih berkembang. “Kalau dinasehati secara langsung, anak belum tentu mengerti. Kalau lewat dongeng bisa lebih mudah mengerti,” sambungnya.

foto  

Ket : - Kittina Nagari, relawan Tzu Chi mensosialisasikan Tzu Chi kepada para orangtua murid yang diundang
           dalam acara Rumah Dongeng di Jingsi Books & Cafe, Pluit, Jakarta Utara.

Menurut Fidelia, Produser Liputan Cilik DAAI TV, acara Rumah Dongeng Edisi Jalan-jalan ini digelar dalam rangka ‘jemput bola’ untuk menjaring pemirsa DAAI TV, khususnya program anak, sekaligus mensosialisasikan Tzu Chi. “Kalau di studio, yang datang paling hanya beberapa anak, tapi dengan edisi ini, kita bisa lebih mengundang anak dan orangtua untuk mengenal DAAI TV, sekaligus mensosialisasikan Tzu Chi,” kata Fidel. Hampir setiap anak yang datang memang didampingi oleh kedua orangtuanya. Pada saat anak-anak mengikuti acara Rumah Dongeng, para relawan Tzu Chi dengan sigap menemani orangtua murid sambil memperkenalkan Tzu Chi kepada mereka. Hasilnya pun cukup menggembirakan, mengingat banyak dari orangtua murid yang tertarik, dan bahkan langsung berpartisipasi dalam penggalangan dana untuk korban bencana di Myanmar dan Sichuan, Tiongkok. “Acara ini bagus sekali, anak-anak merasa senang, dan kami pun jadi lebih mengenal Yayasan Tzu Chi,” kata Yanti, salah satu orangtua murid.

 

Artikel Terkait

Sebentuk Kasih Untuk Seniman Bangunan

Sebentuk Kasih Untuk Seniman Bangunan

27 April 2010
Walaupun mengaku harus sedikit bekorban untuk bangun lebih awal, Ilham Nugraha, salah satu karyawan DAAI TV yang sering mengikuti kegiatan Tzu Chi, mengaku senang bisa mendapatkan kesempatan untuk menjadi relawan memasak di Aula Jing Si.
Belajar Untuk Mengembangkan Diri

Belajar Untuk Mengembangkan Diri

10 Desember 2012 Dalam kegiatan yang diadakan setiap bulan sekali ini, para guru membimbing anak-anak Tzu Shau untuk dapat mengembangkan diri dan belajar untuk bersikap.
Waisak yang Menginspirasi

Waisak yang Menginspirasi

09 Mei 2011
Perayaan Waisak di Tzu Chi memang jatuh setiap minggu kedua di bulan Mei. Pada hari itu selain merayakan Waisak relawan juga memperingati Hari Tzu Chi Sedunia dan Hari Ibu Internasional. Kurang lebih 4.000 peserta hadir dari berbagai kalangan di Aula Jing Si PIK, Jakarta Utara pada Minggu, 8 Mei 2011.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -