Mendukung Terciptanya Manokwari yang Bersih dan Sehat
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi PranotoRelawan Tzu Chi Biak, Manokwari, Komunitas Budhayana Indonesia (KBI), dan relawan dari Swissbelhotel Manokwari membersihkan sampah-sampah di sekitar Pasar Wosi, Manokwari dan bibir pantai di seberangnya.
Kebersihan adalah pangkal kesehatan. Lingkungan yang bersih, sehat, dan asri akan membuat masyarakat yang tinggal di dalamnya menjadi lebih nyaman dan sehat. Namun, tidak semua orang menyadari hal tersebut. Kebiasaan membuang sampah sembarangan masih banyak terjadi di berbagai tempat, seperti di lingkungan sekitar Pasar Wosi, Manokwari, Papua Barat.
Berbatasan dengan pantai, sejatinya letak pasar ini sangat strategis dan indah. Sayangnya sampah menutupi keindahan tersebut. Selokan air besar yang seharusnya menjadi aliran air dari sungai menuju laut menjadi terputus oleh timbunan sampah. Setali tiga uang dengan konidisi pantainya. Sampah-sampah menumpuk di pinggiran pantai, mulai dari sampah rumah tangga, plastik, botol kaca, karung, ban mobil, hingga mesin cuci.
Prihatin dengan kondisi ini, Rabu, 17 Juli 2019, sekitar 50 orang relawan Tzu Chi dari Biak, Manokwari, Komunitas Budhayana Indonesia (KBI), dan relawan dari Swissbelhotel Manokwari membersihkan sampah-sampah di sekitar Pasar Wosi dan bibir pantai di seberangnya. Kegiatan relawan ini juga di-support oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (KLH) Manokwari yang mengerahkan lebih dari 50-an orang anggota dan 8 truk. Untuk mempercepat proses pembersihan sampah di saluran air digunakan eskavator yang didatangkan oleh relawan Tzu Chi.
Ketua Tzu Chi Biak, Susanto Pirono ikut langsung dalam kegiatan bersih-bersih ini.
Bibir pantai pun tak luput dari tumpukan sampah. Relawan membersihkan sampah-sampah dan mengumpulkannya untu dibuang di tempat penampungan.
“Master Cheng Yen selalu ingatkan kita untuk menjaga kebersihan lingkungan karena sekarang ini banyak bencana yang terjadi akibat dampak dari kerusakan alam, salah satunya akibat sampah, seperti banjir dan sumber penyakit,” kata Susanto Pirono, Ketua Tzu Chi Biak tentang alasan diadakannya kegiatan ini.
Melalui kegiatan ini, Susanto yang kebetulan tengah berada di Manokwari dalam rangka persiapan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-127 di Manokwari berharap kegiatan ini bisa menginspirasi masyarakat dan pedagang di sekitar Pasar Wosi khususnya, dan masyarakat Manokwari pada umumnya. “Secara tidak langsung kita berikan contoh kepada masyarakat agar tidak membuang sampah lagi secara sembarangan,” tegas Susanto.
Harapan ini juga didukung dan disambut baik oleh Bhante Sunanda Vamsa dari Wihara Buddha Prabha Manokwari. Bhante Sunanda mengajak 16 orang dari Keluarga Budhayana Indonesia (KBI) Manokwari untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. “Kegiatan ini sangat menginspirasi. Kegiatan ini salah satu praktik kita dalam pelayanan sosial,” kata Bhante Sunanda. Karena itu menurut beliau kegiatan ini harus dicontoh dan dipraktikkan. “Harus dalam bentuk aksi dan tindakan, bukan hanya dalam ucapan,” ungkapnya.
Bhante Sunanda Vamsa dari Wihara Buddha Prabha Manokwari turut mendukung kegiatan ini. Beliau berharap kegiatan ini bisa dijadikan contoh dan dipraktikkan oleh masyarakat.
Jika didukung oleh masyarakat dan pihak-pihak lain, John Fonataba, Kasie Pengangkutan dan Pemrosesa Akhir TPA Manokwari optimis Manokwari yang Bebas Sampah akan terwujud.
Menganalogikan prinsip pelestarian lingkungan Tzu Chi: Mengubah sampah menjadi emas, dan emas menjadi cinta kasih, Bhante Sunanda mengatakan, “Jika tidak ada lumpur maka takkan ada teratai. Artinya kita harus ubah sesuatu yang kurang bermanfaat menjadi sesuatu yang bermanfaat.” Sampah-sampah jangan dibuang sembarang, yang organik bisa dijadikan kompos dan sampah plastik, kertas, dan lainnya bisa didaur ulang kembali. “Kita tdak boleh membuang sampah (organis/kompos) sembarangan karena kita bisa menggunakannya untuk menyuburkan tanaman, sehingga kita tidak usah menangkap kupu-kupu, tetapi biarkan kupu-kupu yang datang karena keindahan taman kita,” terang Bhante Sunanda.
Manokwari Nol
(0) Sampah
Slogan sekaligus tekad Pemerintah Kabupaten
Manokwari untuk membuat daerah ini bebas sampah tampaknya masih harus terus diperjuangkan.
Selain sarana dan prasarana yang kurang mendukung, kesadaran masyarakat untuk
tidak membuang sampah sembarangan sendiri masih jauh panggang dari api. Seperti
diungkapkan oleh John Fonataba, Kasie Pengangkutan dan Pemrosesa Akhir TPA
Manokwari, “Di Manokwari kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya masih belum sesuai harapan. Kita terus upayakan dan sosialisasikan
kepada masyrakat agar warga bisa ikut menjaga kebersihan,” katanya, “saat ini
kita juga sudah mulai menambah sarana dan prasarana, seperti bak-bak sampah dan
kendaraan untuk mengangkutnya.”
Kondisi selokan di pinggiran Pasar Wosi yang tersumbat oleh timbunan sampah dan tanah.
Kondisi selokan yang telah dibersihkan.
Berdasarkan pengamatannya, menurut John, sampah dari rumah tangga merupakan penyumbang terbesar dari permasalahan sampah ini, oleh karena itu pemerintah daerah melalui dinasnya terus berupaya mensosialisasikan hal ini kepada masyarakat di 9 kecamatan di Manokwari. “Tahun ini kita akan menambah 50 bak sampah dari 44 bak yang sudah ada dan juga 60 kendaraan pengangkutnya,” kata John.
Dan pagi itu, optimisme John kembali tumbuh. Manokwari Tanpa Sampah rasanya akan bisa dicapai jika kegiatan-kegiatan bersih-bersih sampah yang dilakukan Tzu Chi ini bisa ditiru juga oleh masyarakat dan komunitas-komunitas lainnya. “Kalau cita-cita ini (Manokwari Tanpa Sampah) hanya dilakukan oleh kami maka akan sulit tercapai, tetapi kalau melibatkan semua unsur, mulai dari Pemeritah Daerah, masyarakat, dan yayasan-yayasan sosial akan lebih mudah tercapai,” kata John, “karena itu kami berterima kasih dengan kegiatan yang dilakukan Tzu Chi ini. Semoga (kegiatan ini) bisa menggugah dan menginspirasi kita semua.”
Editor: Metta Wulandari