Menebar Benih di Cinara

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoPara santri saat menggarap sawah. Lahan bekas tambang pasir yang cekung menyebabkan air tidak dapat mengalir dengan lancar. Karena itu Tzu Chi menyediakan beberapa pompa air untuk menyedot air dari area yang berlebih dan mengalirkan ke area yang kekeringan.

10 tahun yang lalu penduduk Dusun Cinara yang terletak di Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang lebih menyukai lahannya diolah menjadi tambang pasir daripada menjadi persawahan. Butiran pasir yang berlimpah dari balik tanah ditambah daya jualnya yang cepat membuat usaha pertambangan menjadi subur di daerah itu.

Kini 10 tahun telah berlalu dan pasir yang dahulu menghidupkan denyut nadi perekonomian penduduk Cinara pun telah habis dari tempatnya. Untuk menjaga agar roda perekonomian tetap berputar, penduduk dusun mulai mengalihkan perhatian mereka kepada sektor pertanian kembali. Mereka mulai kembali mengolah lahannya menjadi area pertanian.

Kebutuhan Pangan Pondok Pesantren
Sementara itu, dari waktu ke waktu Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, yang berada di Parung Bogor dibawah pengelolaan Habib Saggaf terus mengalami peningkatan jumlah santri dan santriwatinya. Untuk mencukupi kebutuhan pangan belasan ribu santri dan santriwati di pesantren, Habib Saggaf sedikitnya membutuhkan 60 ton beras dalam satu bulan.          

Sebab itu, Habib Saggaf lantas membeli lahan pertanian berupa sawah seluas 16,5 hektare di Dusun Cinara dan 5,5 hektare di Kelurahan Batujaya untuk diolah menjadi persawahan dengan harapan dapat berfungsi sebagai lumbung padi bagi Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman. 

“Karena tingginya kebutuhan pangan, maka Tzu Chi menyarankan agar Pesantren Nurul Iman bisa menanam padi sendiri agar bisa digunakan untuk jangka panjang,” jelas Prawoto, seorang ustaz dari Pesantren Nurul Iman.

foto  foto

Ket : - Setelah diungkep selama 2 malam, benih padi itu ditebar dan 18 hari kemudian siap untuk ditanam di            sawah. (kiri)
        - Menurut Rizky pengolahan lahan dan benih dengan teknik yang tepat akan menghasilkan produksi padi            yang baik. (kanan)

Program nan penuh harapan ini pun didukung sepenuhnya oleh Tzu Chi yang berkontribusi dalam penyediaan bibit dan manajemen pertanian. Untuk teknik pertaniannya sendiri, Tzu Chi lantas mengajak PT Sumber Alam Sutera (SAS) sebagai tenaga ahli yang memberikan pengarahan kepada para santri untuk mengolah lahan dan menanam padi dengan benar.

Rizky Aditya Budiman, salah satu staf Sumber Alam Sutera yang bertugas sebagai koordinator pelatih lapangan mengatakan bahwa pengolahan lahan di Dusun Cinara memang membutuhkan teknik khusus. Selain tekstur tanahnya yang bersifat lempung dan berpasir, air tanah di daerah ini juga mengandung garam akibat adanya rembesan dari muara Serakan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi. Di samping itu, sistem pengairan pun harus benar-benar diperhitungkan secara matang karena ada beberapa lokasi di area persawahan adalah bekas pertambangan pasir. Di sini, karena tanahnya merupakan bekas lahan pertambangan maka permukaannya cenderung lebih cekung dan membuat air terjebak di petak sawah serta sulit untuk mengalir.

Untuk mengatasinya, Tzu Chi menyediakan beberapa mesin pompa untuk menyedot air di area yang berlebihan dan mengalirkannya ke area yang kekurangan. Menurut Rizky, lahan pertanian di Dusun Cinara memang sudah termasuk dalam lahan grade 3. Pada grade ini, lahan pertanian itu memiliki keterbatasan alami karena dipengaruhi oleh iklim dan letak geografis sehingga kisaran masa tanam menjadi relatif terbatas.  Namun, keadaan ini tidak menyurutkan semangat relawan Tzu Chi dan para santri untuk menghasilkan padi unggulan dengan hasil panen yang berlimpah.

Prawoto yang telah 3 bulan berkecimpung sebagai koordinator santri dalam pengolahan lahan menargetkan sedikitnya dalam 1 hektare akan menghasilkan 8 ton gabah. Karena itu, aspek teknik dan pengolahan lahan menjadi kunci utama keberhasilan program ini. Maka agar mendapatkan hasil yang maksimal relawan Tzu Chi bersama dengan para santri pun mengolah benih padi dengan sedemikian rupa sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh Sumber Alam Sutera. Pengerjaan dimulai dengan pembajakan tanah secara periodik, pemupukan tanah dengan pupuk Nitrogen-Fosfor-Kalium(NPK) sebanyak 30g/m², membuat pematang sawah selebar 1,5 m, dan penyemprotan herbisida pra tumbuh 3 – 4 hari sebelum penyemaian benih. Setelah semua tahapan itu, tahap berikutnya adalah pengeraman benih selama 2 hari hingga menjadi kecambah dan siap untuk disemai.

foto  foto

Ket : - Melalui program tanam padi ini Winarso (No 2 dari kiri) berharap kelak para santri bisa mandiri dalam             mengolah lahan mereka. (kiri).
         - Agar hasil panen nantinya maksimal, pembajakan lahan sawah pun dilakukan secara terus-menerus             selama 24 jam. (kanan)

Maka pada Sabtu, 20 Maret 2010, saat benih siap disemai sebanyak 12 santri yang bertugas di lapangan sudah mulai menebar benih ke lahan yang dikhususkan untuk pesemaian.  Rencananya, dalam 18 hari ke depan adalah waktunya penanaman padi di sawah. Pada masa inilah, partisipasi dari banyak relawan Tzu Chi, para santri, dan warga setempat sangat diharapkan untuk mensukseskan target yang hendak dicapai.

 “Nanti pada saat nandur (tanam padi) akan dibutuhkan banyak relawan untuk menanam padi,” ujar Winarso relawan Tzu Chi. Menurutnya lagi, selama pengolahan lahan ini Tzu Chi juga telah melibatkan beberapa warga setempat untuk menggarap sawah, dengan maksud agar masyarakat di sekitar juga turut merasakan manfaat dari program yang Tzu Chi jalankan di dusun itu.  

Lebih lanjut Winarso juga berharap program tanam padi ini bisa membangun kemandirian para santri, sehingga mereka mampu menghasilkan produk sendiri yang dapat digunakan untuk keperluan pesantren. “Diharapkan mereka nantinya bisa lebih mandiri karena dengan tersedianya lahan, mereka bisa mengolahnya, dan menghasilkan produk yang produktif,” katanya.

  
 
 

Artikel Terkait

Internasional : Kembali ke Kampung Halaman

Internasional : Kembali ke Kampung Halaman

18 Juni 2010
Para insan Tzu Chi merasa sangat senang mengetahui bahwa salah satu penerima beasiswa terdahulu, Huang Qiliang, telah kembali ke kota asalnya untuk melayani masyarakat. Huang mengatakan, bahwa ketika ia melihat wilayah Heping memerlukan seorang guru di bidangnya, dia senang untuk mengajukan diri melamar pada pekerjaan tersebut. "Aku ingin memberikan kembali dan membantu meningkatkan kampung saya," katanya.
Bersumbangsih Untuk Sesama

Bersumbangsih Untuk Sesama

16 Desember 2014 Ani adalah salah seorang yang rutin mengikuti Gathering Gan En Hu. Ani datang mewakili ibu mertuanya, Margaretha Tumtum, untuk menerima dana bantuan.
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -