Menebar Cinta Kasih di Pulau Nguan

Jurnalis : Su Li (Tzu Chi Batam), Fotografer : Mina, Zhang Kang Qing (Tzu Chi Batam)
 
foto

* Banyak dari relawan Tzu Chi Batam ini yang sebelumnya belum pernah ke Pulau Nguan, sebuah pulau kecil yang harus ditempuh lebih dari 1 jam dari Batam. Berkat diadakannya baksos kesehatan dan pembagian sembako, para relawan tersebut menjalin jodoh dengan warga.

Pulau Nguan adalah sebuah pulau kecil yang bagi sebagian besar relawan Tzu Chi Batam terasa masih asing, karena kebanyakan mereka baru pertama kali mendengarnya ataupun baru pertama kali menginjakkan kaki di sana. Namun cinta kasih yang tulus bisa mengikat jodoh yang baik Tzu Chi Batam dengan penduduk di sana.

Pulau tersebut dihuni 152 kepala keluarga yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, membuat kerupuk ikan atau antar jemput pendatang ke pulau lain dengan penghasilan tidak tentu. Perjalanan dari kota Batam menuju Galang membutuhkan waktu selama lebih kurang 1 jam, kemudian disusul dengan naik perahu pompong selama 5 menit baru bisa sampai di Pulau Nguan.

Berkat jodoh baik ini, Tzu Chi Batam pada tanggal 27 Juli 2008 mengadakan bakti sosial kesehatan ke-2 serta pembagian sembako di pulau tersebut. Dengan bimbingan cinta kasih relawan A Heng serta dukungan dari Lurah dan Ketua RT/RW setempat, para relawan mensurvei serta mendata jumlah penduduk kemudian baru dengan lancar bisa membagikan kupon sembako.

Baksos kali ini melayani poli umum dan poli gigi dengan tim medis 4 dokter umum dan 1 dokter gigi. Mereka dibantu oleh 52 relawan yang 2 diantaranya adalah relawan dari Singapura. Jumlah pasien pengobatan umum 94 orang dan pengobatan gigi 34 orang.

Demi Orang Lain dan Diri Sendiri
Pagi hari pukul 06.30, relawan beserta dokter telah berkumpul di kantor Tzu Chi Batam. Setelah doa bersama terlebih dahulu, mereka baru berangkat tepat pukul 07.00. Selama perjalanan, dengan dipandu oleh Dewi, semua relawan dihibur dengan lagu dan penampilan isyarat tangan sehingga tidak terasa perjalanan satu jam dalam sekejap pun telah dilalui.

Sampai di Pelabuhan Galang, dari kejauhan sudah nampak pemandangan Pulau Nguan dengan rumah papan dan tiang penyangga yang tinggi. Para relawan pun saling bahu-membahu memindahkan semua sembako dan peralatan medis dari bus ke perahu pompong yang sebelumnya telah menunggu di sana. Kemudian dilanjutkan perjalanan menuju pulau Nguan. Di sana, rombongan Tzu Chi disambut dengan antusias oleh masyarakat setempat. Mereka membantu menaikkan semua barang dan membawanya ke lokasi baksos.

Setelah tiba di lokasi baksos, waktu telah menunjukkan pukul 09.00. Semua relawan langsung bekerja sesuai dengan tugas masing-masing. Sebuah pemandangan yang indah sekaligus mengharukan. Indah karena seragam biru putih, abu putih ataupun rompi Tzu Chi yang dikenakan relawan mencerminkan citra satu kesatuan Tzu Chi. Walaupun dengan keringat bercucuran karena cuaca yang panas, para relawan tetap melayani semua penduduk yang datang menerima sembako dan pengobatan gratis dengan senyuman yang ramah.

foto   foto

Ket : - Tim medis Tzu Chi memerika seorang pasien dengan penuh perhatian dan cinta kasih. Tidak hanya
            mengobati penyakit fisiknya, namun juga menenangkan hatinya. (kiri)
         - Ibu ini awalnya takut ketika akan diperiksa giginya. Namun berkat dorongan relawan, akhirnya ia berani
            memeriksakan giginya. (kanan)

”Hidup manusia tidak kekal, kita tidak tahu besok kita akan ke mana, maka kesempatan yang ada harus kita manfaatkan betul-betul, terutama dalam membuat kebajikan,” tutur ayah dr Fisher Iwan yang juga mengikuti baksos. Dr Fisher adalah salah satu dokter yang ikut dalam baksos kesehatan tersebut. Ia tidak hanya datang sendiri namun juga membawa keluarganya turut serta menjadi relawan. Menurut ayah dr Fisher, kebajikan yang kita lakukan sekarang tidak hanya sekedar untuk membantu orang lain namun juga untuk diri sendiri. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, ”Pupuklah ladang berkah Anda sendiri dan tuailah nasib baik Anda sendiri.”

Selain itu, ayah dari seorang anak kecil bernama Aminah yang pernah mendapat bantuan dari Tzu Chi, juga datang menjadi relawan. Menurutnya, Tzu Chi telah memberikan cinta kasih yang banyak kepada keluarganya maka ia membalasnya dengan memberikan cinta kasih kepada orang lain melalui baksos kali ini.

Kehangatan Cinta Kasih
Di sela-sela kesibukan relawan melayani pasien dan penduduk setempat, tampak sejumlah relawan dengan ramah memperkenalkan Tzu Chi dan mengajarkan isyarat tangan kepada anak-anak diiringi dengan canda tawa. Senang dan bahagia terpancar di setiap wajah yang masih polos. Mereka merasakan kehangatan cinta kasih yang tulus dari relawan Tzu Chi.

Salah satu relawan bertanya, ”Ayo anak-anak, siapa yang bisa menunjukkan terima kasih dengan bahasa isyarat?” Semua anak mengacungkan tangannya tinggi-tinggi, sambil berteriak, ”Saya bisa! Saya bisa!” Walaupun mereka tinggal di daerah terpencil namun mereka memiliki kepercayaan diri yang besar.

foto   foto

Ket : - Selain mengadakan baksos kesehatan, Tzu Chi Batam juga membagikan sembako kepada
            Pulau Nguan. (kiri)
         - Anak-anak tertawa lepas dan riang ketika diajak bermain oleh para relawan Tzu Chi. Meskipun berasal dari
            pulau terpencil namun mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi. (kanan)

”Terima kasih, saya seneng sekali Tzu Chi mengadakan bakti sosial ke sini karena baru kali ini ada pengobatan sosial seperti ini. Dulu yang datang ke sini cuma membagikan sembako saja,” ungkap seorang ibu yang sedang antri memeriksa gigi. ”Tapi saya tidak pernah cabut gigi makanya takut sekali. Sakit gak ya?” tutur ibu 4 anak yang bernama Mahani tersebut dengan nada polos.

Ia kemudian bercerita tentang dirinya, ”Suami saya nelayan, tiap hari ke laut dan sore baru pulang. Ikannya kadang dapat banyak, kadang cuma sedikit. Kalau banyak saya bisa membuat kerupuk ikan dan dipasarkan ke warung kampung, atau kadang ada yang datang membeli kerupuk mentah. Hasil penjualan bisa membantu suami menutupi biaya keluarga.”

Ketika mendapat giliran, Mahani justru tidak berani duduk di kursi pasien. Namun dengan ditemani seorang relawan akhirnya ia berhasil mencabut giginya. Tangan relawan dipegangnya erat-erat seolah-olah tidak mau lepas. Memang, di saat seseorang merasa ketakutan, apabila ada orang yang mendampinginya, maka segala ketakutan akan sirna dalam waktu singkat karena mereka merasakan adanya kedamaian.

Di penghujung baksos, semua relawan mengadakan ramah tamah dengan penduduk setempat. Sambil menampilkan isyarat tangan Satu Keluarga, mereka mengucapkan rasa syukur dan terima kasih berkat jodoh yang baik ini sehingga ada kesempatan untuk berbuat kebajikan dan pembinaan rasa cinta kasih dalam diri.

 

Artikel Terkait

Membangun Kebiasaan Bersumbangsih

Membangun Kebiasaan Bersumbangsih

03 Januari 2017

PT. Aplus Pacific yang turut bersumbangsih dalam celengan bambu bagi para karyawannya melakukan pengumpulan koin cinta kasih di tiga lokasi. Dalam kegiatan ini diikuti ratusan karyawan setiap cabangnya, salah satunya Aplus cabang Kapuk yang mengadakan pengumpulan pada tanggal 29 Desember 2016.

Menghimpun Berkah dan Menjalin Jodoh

Menghimpun Berkah dan Menjalin Jodoh

03 Maret 2015 Setiap tahunnya Yayasan Buddha Tzu Chi di seluruh dunia merayakan Pemberkahan Akhir Tahun sebelum menyambut Tahun Baru Imlek. Acara ini diadakan sebagai wujud kepedulian dan rasa terima kasih Master Cheng Yen kepada seluruh insan Tzu Chi dan donatur yang telah bersumbangsih bersama Tzu Chi dalam menebar cinta kasih kepada semua makhluk.
Keluarga Oma Nelly

Keluarga Oma Nelly

22 Juli 2009 Christina Winata— keponakannya— adalah anggota keluarga pertama yang mendengar teriakan Oma Nelly. Saat dihampiri, bibinya sudah terbaring di atas ranjang dengan kondisi kesakitan. Thomas Winata, Linawati Djayadi, dan Petrus Winata semuanya terbangun melihat keadaan Oma Nelly. Mereka adalah adik dan saudara ipar Oma Nelly.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -