Menebar Cinta Kasih di Tanjung Balai Karimun
Jurnalis : Huang Hui Zhen (Tzu Chi Batam), Fotografer : Relawan Tzu Chi Batam Relawan Tzu Chi Batam mengadakan ramah tamah dengan warga Kepulauan Karimun yang letaknya tidak terlalu jauh dari Batam. Ramah tamah ini diadakan untuk lebih mengaktifkan relawan yang sebenarnya telah ada di wilayah Karimun. | Tanggal 16 Maret 2008, Tzu Chi kantor penghubung Batam pertama kalinya mengadakan lawatan ke Kepulauan Karimun yang letaknya berdekatan dengan Batam. Tujuan mereka adalah untuk menyelenggarakan jamuan teh menebarkan cinta kasih. Ada 12 relawan turut bergabung yang dibagi menjadi 2 kelompok. Saya bersama beberapa relawan berangkat tanggal 15 dan tiba di lokasi sore itu juga. Berhubung tidak ada pengalaman dalam mengadakan jamuan teh, maka kami tak berani bertindak gegabah. Dari masalah mengatur ruangan, sinar lampu, sound system, pembawa acara, cinderamata hingga menata hidangan, setiap relawan secermat mungkin terjun langsung. Meskipun sekujur tubuh penuh keringat, bahkan seragam menjadi basah, namun semangat bersatu hati, sikap ramah, saling menyayangi dan bahu-membahu tetap menggelora. Sungguh suatu keindahan yang tiada tara. |
Kepulauan Karimun merupakan gugus pulau yang agak kecil dan banyak yang merupakan etnis Tionghoa. Mata pencaharian etnis Tionghoa setempat kebanyakan ialah berdagang. Salah satu keunikan masyarakatnya adalah sangat menjunjung tinggi hubungan antar sesama. Tahun 2005, Tzu Chi pernah mengadakan bakti sosial kesehatan skala besar di tempat ini, dan berhasil menanam benih cinta kasih pertama, terutama pada diri Wang Li-feng. Sejak itu ia aktif terlibat dalam kegiatan Tzu Chi, dimulai dari penggalangan tenaga. Sekarang sudah mempunyai anggota hampir 300 orang. Sayang, yang terjun pada kegiatan nyata sebagai relawan masih terbilang minim. Inilah melatarbelakangi diadakannya jamuan teh ini. Jamuan teh kali ini bertempat di sebuah rumah makan. Namun mengingat biaya sewa yang diperlukan, jumlah peserta yang diundang, kurangnya pengalaman dan lain-lain, akhirnya tempat yang dipesan hanya berkapasitas sekitar 120 orang. Cuaca hari itu cukup cerah dan merupakan hari Minggu nan indah. Dari balik ruangan terdengar alunan lagu Tzu Chi yang tak asing lagi. Beberapa relawan berjejer rapi menyambut kedatangan para tamu. Tanpa diduga, semua tempat duduk tak ada satupun yang kosong! Benar-benar sangat membesarkan hati. Ket : - Relawan Tzu Chi memberikan sambutan hangat kepada setiap tamu, memberikan kesan yang mendalam Pembawa acara Zhang Kang-qing mengumumkan acara dimulai. Semua hadirin diam, dalam sekejap suasana berubah menjadi sunyi. Acara yang disuguhkan selain ceramah Master Cheng Yen, termasuk juga isyarat tangan, rekaman kegiatan Tzu Chi di Batam tahun 2007, sharing antara relawan dan undangan. Seorang donatur dalam penuturannya mengatakan bahwa ia sudah lama mengetahui tentang kegiatan Tzu Chi, akan tetapi tak pernah membayangkan misi Tzu Chi telah menyebar ke pelosok Indonesia dan dunia. Kegiatan dalam membantu pasien, menolong yang tertimpa bencana dan menebarkan cinta kasih dan kebajikan bagi semua lapisan masyarakat, betul-betul menyentuh perasaan dan menimbulkan rasa hormat yang mendalam. Pada akhir acara, di bawah bimbingan seluruh relawan dan diiringi lagu Satu Keluarga, para undangan turut memperagakan isyarat tangan. Menjadikan acara hari itu semakin dipenuhi suasana keakraban. Ket : - Tak disangka, ruang pertemuan yang berkapasitas sekitar 120 orang terisi penuh oleh undangan. (kiri) Acara perjamuan tersebut menyentuh banyak donatur, tidak terkecuali pemilik rumah makan itu sendiri sampai-sampai menolak bayaran uang sewa dan biaya minuman teh. Lebih dari itu, ia malah menyuruh petugas dapur menyiapkan makan siang untuk kami. Ini membuat kami tertegun. Ucapan terima kasih dan rasa syukur kami mengalir tiada henti. Para relawan memanfaatkan kesempatan baik ini untuk menjalin hubungan kekal dengan sesama, berhasil menjaring para pekerja Boddhisattva. Semoga pada kesempatan berikutnya dapat mengundang peserta lebih banyak, bersama-sama menebarkan kebajikan, demi menyucikan hati umat manusia! | |
Artikel Terkait
Training Guru Tzu Chi School
22 Juni 2011Langkah Kecilmu Selamatkan Bumi
08 Maret 2013 Setelah melakukan senam, para relawan bahu membahu membawa sampah daur ke dalam gedung serbaguna. Mereka juga tidak lupa menggunakan “senjata perang” mereka, yaitu sarung tangan, cutter, dan masker. Maka para relawan pun siap memulai “perang” mereka dengan sampah-sampah yang nantinya akan mereka jadikan emas.Kunjungan Kasih yang Menghangatkan Hati
26 Januari 2021Ratnawati (46) menjalani hidup yang tak mudah, terutama sepeninggal suaminya lima tahun lalu. Empat anak harus ia besarkan, yang mana anak ke-3 merupakan penyandang tuna grahita dan epilepsi. Lalu anak bungsunya mengalami gangguan pendengaran. Satu hal yang Ratnawati syukuri, masih ada orang yang peduli.