Menebar Cinta Kasih, Tumbuhkan Semangat

Jurnalis : cecilien (He Qi Barat), Fotografer : Rudi Darmawan & Darmadi (He Qi Barat)

Relawan mengunjungi Ibu Tiah, pasien penerima bantuan pengobatan jangka panjang Tzu Chi. Relawan memberikan semangat dan dukungan agar Ibu Tiah tetap bersemangat menjalani pengobatan

"Cinta kasih tidak cukup hanya ada di dalam hati saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam   perilaku." Begitulah bunyi kalimat yang pernah diajarkan Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Beliau berharap setiap insan Tzu Chi dapat menebarkan cinta kasih yang dimiliki kepada semua makhluk dalam wujud tindakan nyata. Seperti halnya yang dilakukan para insan Tzu Chi pada   Minggu, 25 Januari 2015. Tepatnya pukul 08.00 WIB, para relawan telah berkumpul di Aula Lt. 2 Sekolah Cinta Kasih, Cengkareng, Jakarta Barat untuk melakukan kegiatan kuniungan kasih pasien penanganan khusus.

Kegiatan ini adalah mengunjungi dan memantau kondisi terkini penerima bantuan serta mempererat jalinan jodoh antara Tzu Chi dengan para penerima bantuan. Dengan adanya kunjungan kasih ini diharapkan para penerima bantuan dapat merasa terhibur.

Seperti biasa, acara dimulai sambutan MC, kemudian diikuti penjelasan mengenai tata cara pelaksanaan kunjungan kasih yang dibawakan oleh Herniwaty, PIC kegiatan tersebut, serta penampilan isyarat tangan (shou yu) dengan lagu berjudul "Gan En De Xin" (hati yang penuh syukur) oleh tim shou yu. Lantunan lagu yang begitu indah menyatu dengan luwesnya gerakan isyarat tangan. Selanjutnya, sebanyak 44 orang relawan hadir dibagi ke dalam 7 kelompok yang masing-masing  beranggotakan 6-7 orang. Setelah terbentuk kelompok, para relawan segera berangkat menuju rumah pasien yang akan dikunjungi.

Relawan mengunjungi Ibu Tiah (baju kuning), pasien penerima bantuan pengobatan jangka panjang Tzu Chi. Relawan memberikan semangat dan dukungan agar Ibu Tiah tetap bersemangat menjalani pengobatan

Hari itu, kelompok yang diketuai Rudy Darmawan mendapat berkah berkunjung ke rumah Ibu Tiah yang bertempat di Jl. Bangun Nusa Raya, Cengkareng Timur. Wanita berusia 46 tahun ini menderita penyakit kanker payudara. Tiah telah menjalin jodoh dengan Tzu Chi sejak pada pertengahan 2011 lalu. Saat ini Tiah telah menjalani operasi dan kemoterapi yang menyebabkan tangannya bengkak. Itu adalah efek setelah operasi. Tidak hanya itu, masih ada lagi. Mulai muncul benjolan di sekitar ketiaknya. Namun ia pun pasrah dan menerimanya. Yang penting bagi dirinya saat itu ialah ia masih dapat beraktivitas seperti biasa, meskipun terbatas.

Pada kunjungan kasih sebelumnya, Tiah pernah bercerita bahwa dirinya sempat trauma menjalani kemoterapi. Ia pernah melewatkan jadwal kemoterapi karena tidak tahan rasa sakitnya.  "Badan pada pegel dan ngilu sehabis kemo, makan juga susah, cuma minum susu," keluhnya. Namun, ia berjanji untuk tidak akan melewatkan kemoterapi lagi. Ia akan bertahan dan terus menjalani pengobatan demi kesembuhannya. Para relawan juga terus memberikan dukungan dan semangat kepadanya.

Kondisi tubuh Tiah yang masih sangat terbatas untuk melakukan aktivitas pasca operasi, membuatnya tidak dapat mencari nafkah. Karenanya hidupnya sangat sederhana dan harus memanfaatkan setiap sen yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Bahkan, demi menghemat ongkos, ia harus berjalan kaki selama satu setengah jam untuk pergi menjalani pengobatan ke rumah sakit. Ia berangkat jam 3 pagi untuk menghindari antrian panjang di rumah sakit.

Setelah selesai kunjungan, para relawan segera kembali ke Sekolah Cinta Kasih untuk berkumpul dan melakukan sharing.

Tiah sangat berterima kasih atas bantuan yang telah diberikan Tzu Chi. Ia juga terinspirasi untuk ikut bersumbangsih dengan cara mengumpulkan barang bekas dan sampah daur ulang untuk disumbangkan ke Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, meskipun kondisi fisiknya masih terbatas pasca operasi. Hal ini merupakan salah satu bentuk perwujudan rasa terima kasihnya kepada Tzu Chi.

Setelah selesai melakukan kunjungan, para relawan pun kembali ke Sekolah Cinta Kasih untuk berkumpul dan melakukan sharing. Pada sesi sharing, para relawan dapat saling berbagi inspirasi dan menyampaikan pesan serta kesan yang didapat setelah melakukan kunjungan kasih. Sungguh banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kegiatan kunjungan kasih. Dengan menyaksikan dan mendengarkan secara langsung bagaimana penderitaan yang dialami saudara-saudara kita, membuat kita tahu betapa kita harus bersyukur atas kehidupan yang kita miliki. Salah satu bentuk rasa syukur dapat kita wujudkan dengan berbagi cinta kasih kepada mereka yang membutuhkan dan mendoakan kesembuhan mereka. Sekitar pukul 11.30 WIB acara sharing pun berakhir. Acara ditutup dengan doa bersama dan penampilan isyarat tangan oleh seluruh relawan yang hadir dengan lagu berjudul "Satu Keluarga". Lagu ini mengingatkan kepada kita bahwa kita hidup bersama-sama di dunia ini menjadi satu keluarga, karenanya harus saling syukur dan saling menopang satu sama lain.

 


Artikel Terkait

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -