Menebarkan Cinta Kasih Kepada Mereka Kurang Mampu
Jurnalis : Dok. Tzu Chi Indonesia, Fotografer : Dok. Tzu Chi Indonesia
Kasus ini dilaporkan oleh relawan pembagian beras cinta kasih “Tarman shixiong” pada tgl 28 Oktober 2005. Yang sebelumnya Tarman shixiong telah memberikan bantuan beras dan makanan ringan buat anak-anaknya.
Pada tanggal 06 Nopember 2005, relawan Tzu chi menginjak kerumah Ayong, Rumahnya dalam keadaan listrik diputuskan sejak 2 bulan yang lalu. Karena tidak punya biaya. Setiap sudut rumah dinyalakan lilin untuk penerangan. Kelihatan sangat bahaya akan kebakaran rumah.
Rumahnya berantakan, berbau, dinding belakang rumah roboh hanya ditutup dengan terpal dan WC nya pun tersumbat. Mengakibatkan Emas-emas (kotoran) ditampung dikantung plastic kemudian ditumpukan (berbukit) didalam WC saja.
Setiap hari, Ayong jualan ota-ota dan kue mulai dari jam 9 pagi sampai 11 malam, kadang juga sampai jam 12 malam. Tempat yang ia kunjungi pun dari dekat sampai jauh, kadang di daerah pasar, Nagoya, perumahan kadang naik taxi ke Barelang, Nongsa, bahkan pernah ke Pulau Belakang Padang.
Anaknya pun sering diberikan makan pop mie. Istrinya tidak ngerti mendidik anak. Mereka pun jarang mandi. Menurut istrinya jangan sering mandi nanti bisa sakit. Bahkan ketika anaknya ditanya tentang namanya, mereka tidak tahu. Hanya menyapa A Ce( kakak), A Ko( abang ), A Mei (adik prempuan).
Istrinya tidak bisa bersosialisasi dengan tetangga, sering mengurung diri di dalam rumah. ketika relawan mendekati ia lari ke belakang. Anaknya pun tidak diperbolehkan keluar dari rumah, takut dicuri orang. Rumahnya sering tertutup rapat, jendelapun tidak boleh dibuka. Tapi anaknya cukup jeli, dan mawas diri. Setiap kali relawan mengunjungi, mereka akan segera memberitahu ibunya.
Tgl 10 Nopember 2005 Yayasan Buddha Tzu Chi memberi bantuan alirkan listrik ( Rp100.000,- / bulan ) tgl 12 Nopember 2005 memcarikan tukang untuk memperbaiki tembok dapur yang dikhawatirkan akhir tahun sering hujan akan mengakibatkan sampah-sampah dari rumah atas akan masuk ke rumah ayong. Dan WC pun diperbaiki. Serta membuatkan sebuah dapur kecil.
Pada tgl 13 Nopember 2005, satu rombongan (14 orang) relawan Tzu Chi mengunjungi rumah Ayong dan memberi bantuan pembersihan rumah Ayong dan di sekitarnya. Dan telah mengangkut sampah sebanyak 1 truck penuh. Pak RT dan Ayong pun turut membantu.
Suatu hari tgl 18 Nop 2005, relawan mengunjugi rumahnya untuk membantu menyusun baju, istrinya tiba-tiba berkata :”kalian ini siapa ? kenapa begitu baik dengan kami? Belum pernah ketemu. Baik betul”.
Karena sebuah jodoh yang baik, Anaknya yang pertama ( Akim / Corina ) sakit deman tidak sembuh-sembuh akhirnya Vera Shijie membawa Corina berobat ke Clinic Vihara Buddhayana. Kebetulan disana juga ada TK. Maka Relawan mencoba menanyakan apakah TK budhayana juga bisa ikut memberikan bantuan pada keluarga ini. Akhirnya TK Buddhayana memberikan bantuan berupa bebas uang sekolah. Dan Yayasan Tzu Chi yang bertanggung jawab atas biaya transportasi sekolah ( Rp300.000/bulan untuk 3 anak ) dan dikenakan biaya konsumsi di sekolah Rp 300.000,-( makan siang + Vitamin ) serta perlengkapan sekolah ( uniform, buku lainnya ). Ibu Meta pun mau bekerja sama dengan relawan Tzu Chi untuk memungut Rp 20.000,- setiap hari kepada Ayong. Dan memberitahu Ayong Rp 20.000,- itu uang Spp sekolah tapi sebenarnya uang tersebut untuk ditabung agar bisa digunakan untuk hari Imlek nanti.
Gurunya pun berjanji akan membimbing 3 anak tersebut tentang kebersihan diri seperti gosok gigi, cara pakai baju, mandi, dan cuci baju. Maka relawan Tzu Chi pun merasa sangat berterima kasih atas bantuan guru TK Buddhayana.
Dalam kunjungan, relawan mengetahui bahwa Ayong sering marahin istrinya dan ngomong pun tidak pernah sopan terhadap istrinya. Paling teriak-teriak. Bahkan sering bilang ke relawan bahwa istrinya telah gila. Dan Ayong sendiri pun kadang minum-minum dirumah serta merokok. Kadang istrinya juga ikut-ikutan. Yang paling kasihan adalah anaknya tidak mendapatkan didikan yang baik dari orangtuannya.
Tapi setelah beberapa kali kunjungan, istrinya mulai mau diajak bicara walaupun kadang tidak nyambung. Rumahnya mulai bersih. Mereka telah mengerti siapkan sebuah tempat sampah. Dan relawan yakin istrinya akan bertambah bisa bersosialisasi atas dorongan relawan dan kerja sama dari Ayong, suaminya. Anaknya pun mulai bisa membantu ibunya bersihkan rumah.Istrinya pun mulai mau memasak buat keluarganya.
Mulai dari bulan Februari, biaya listrik dibayar oleh Ayong sendiri atas permintaannya sendiri. Karena Ia sadar dan pernah berkata :”bantuan dari orang lain tidak akan selamanya, jadi harus usaha sendiri lebih awet.
Pada Acara Pemberkatan akhir tahun, Ayong bersama keluarganya juga diundang untuk Sharing. Dalam sharingnya :”Ia sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah membantu nyalakan listrik, memperbaiki rumahnya serta sekolahkan anaknya. Maka dalam kesempatan ini Ayong juga menyampaikan terima kasih kepada Master Chen Yen”.
Tarman Shixiong sendiri juga menyatakan bahwa bantuan perorangan memang terbatas sekali. Sebelumnya ia hanya memberi bantuan berupa beras, makanan ringan, dalam bentuk material. Dan ia merasakan bantuan dari Yayasan Tzu Chi akan lebih kuat dan lebih sempurna. Selain bantuan material, relawan Tzu Chi juga memberi cinta kasih, pengarahan, bimbingan bahkan anaknya pun sudah disekolahkan. Tarman shixiong sangat berterima kasih dan telah bergabung menjadi anggota Yayasan Buddha Tzu Chi.
Corina, Corino, Corini
Ketika relawan Tzu Chi mengunjungi rumah Ayong, dan mengunjungi ke rumah Pak RT untuk melaporkan keadaan keluarga Ayong yang cukup prihatin, serta minta informasi dari Pak RT tentang keluarga Ayong.
Pak RT menyatakan sebenarnya ingin sekali memberikan bantuan, tapi karena istrinya tidak mau bergaul dan sering mengurung diri di rumah maka bantuan pun tidak tersalurkan. Atas kunjungan relawan Tzu Chi, Pak RT pun siap untuk memberikan surat keterangan tidak mampu agar keluarga Ayong bisa mengurus ASKES. Dan perlu surat KK, KTP lainnya.
Ketika relawan minta ke Ayong, agar ia bisa lengkapi surat-surat yang diperlukan Pak RT. Relawan terkejut karena hanya anak pertama yang memiliki surat lahir saja. bahkan Ayong juga belum memberikan nama untuk kedua anaknya. Maka relawan pun ingin bantu buatkan kartu keluarga tapi Ayong dan istrinya tidak ngerti mau diberi nama apa untuk anaknya. Maka relawan pun turut bantu memikirkan nama untuk kedua anaknya. Akhirnya ada 2 relawan (Fandi shixiong dan Moi-moi shijie) menyatakan karena kakaknya bernama Corina maka “ bagaimana kalo adiknya diberi nama Corino untuk laki-laki dan Corini untuk yang cewek”. Dan relawan pun menanyakan ke Ayong dan Istrinya, mereka pun senang akan nama tersebut. Maka anak pertama bernama Corina ( A Kim ), anak kedua bernama Corino ( A Hok ) dan anak yang ketiga bernama Corini ( A Guek ). Ketiga anak pun senang akan nama mereka.