Meneladani Nilai Luhur Master Cheng Yen
Jurnalis : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Tomi (Tzu Chi Pekanbaru)Pada pertemuan kali ini, anak-anak diajak untuk bermain “Koin Kebahagiaan”. Games ini membangkitkan semangat juang anak-anak untuk terus menjawab pertanyaan hingga mereka bisa mendapatkan hadiahnya.
Ada pepatah mengatakan: “Tak Kenal Maka Tak Sayang”. Ungkapan tesrsebut menjadi sebuah semangat bagi kelas budi pekerti Er Tong Ban Senior (Kelas 5-6 SD) dan Tzu Shao (SMP dan SMA) Tzu Chi Pekanbaru untuk mendalami sosok Master Cheng Yen dan ajarannya.
Pada pertemuan kedua kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru, Minggu, 13 Agustus 2017, tim pendidikan menyajikan materi tentang kisah Master Cheng Yen. Hal tersebut diharapkan bisa memotivasi serta mengajak anak-anak agar dapat meneladani sifat-sifat luhur Kakek Guru “Master Cheng Yen” melalui tayangan-tayangan video.
Anak-anak pun diberikan penjelasan tentang Biografi Master Cheng Yen yang dilahirkan di Chingsui, Taiwan pada tanggal 4 Mei 1937 (penanggalan lunar jatuh pada tanggal 24 Bulan 3) dengan nama keluarga Wang Jin-Yun. Sejak kecil Master mengalami kehidupan masa perang, dan melihat begitu banyak pemandangan menakutkan akibat perang dan menyadari bahwa semua ini terjadi karena hukum karma. Suatu ketika, ibu dari Master Cheng Yen mengalami sakit Acute Gastric Perforation (luka lambung akut-red) dan harus menjalani operasi (dimana pada masa itu operasi merupakan hal yang sangat berbahaya).
Setelah menyaksikan video tentang Master Cheng Yen dan video inspiratif lainnya, Mariany shijie memberikan arahan kepada Er Tong Ban
Dengan kejadian ini, Master Cheng Yen pun memohon dan berikrar agar ibunya dapat sembuh tanpa operasi. Setiap pagi dengan telaten Master menyiapkan mi yang ditambahkan dengan minyak teh dan telur sebagai sarapan ibunya. Dan ternyata doanya terwujud. Ibunya pun sembuh tanpa menjalani operasi. Dari kisah ini, diharapkan anak-anak dapat meneladani sifat berbakti Master Cheng Yen serta meneladani ketulusan dan kesungguhannya dalam melakukan sesuatu.
Ketika Master berusia 21 tahun, ayahnya meninggal dunia. Hal ini memberikan pukulan yang berat bagi Master. Kemudian beliau bertekad menjalani kehidupan sebagai bikkhuni. Tahun 1963, seorang Mahabiksu Yin Shun menerima Master Cheng Yen menjadi muridnya dengan memberikan nama Buddhis: Cheng Yen. Master Yin Shun berpesan: “Demi Ajaran Buddha, Demi Semua Makhluk”. Hanya dengan enam kata dari gurunya inilah yang memotivasi Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi.
Dari perjuangan dan tekad besar serta keteguhannya menghadapi dan melewati berbagai rintangan berat membuat Master Cheng Yen mampu mendirikan Tzu Chi hingga saat ini. Dari penggalan kisah tersebut, tim pendidikan kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru mengajak anak-anak untuk meneladani sifat cinta kasih universal dan semangat pantang menyerahnya Master Cheng Yen. Karena setiap orang akan mampu memberikan yang terbaik jika kita “mau dan punya” semangat pantang menyerah.
Semangat Pantang Menyerah
Selanjutnya, anak-anak menyaksikan tayangan video dari penampilan “My Dream-Menembus Batas”. Sebuah pementasan seni yang dipentaskan oleh China Disabled People’s Performing Art Troupe (CDPPAT) yang mampu menjadikan ketidaksempurnaan menjadi suatu penampilan yang spektakuler. Ada juga video “Self Limitation” yang menceritakan seorang pemain base ball yang awalnya pesimis tidak bisa menang, padahal ia adalah pemain utama timnya.
Ini mengingatkan anak-anak bahwa dalam melakukan sesuatu dibutuhkan motivasi dan fokus. Kita akan mampu mengembangkan potensi disaat terdesak oleh keadaan dan mempunyai semangat pantang menyerah. “Dari video tersebut timbul pemikiran bahwa kita harus seperti pelatih, tidak boleh menyerah dalam mendidik anak-anak,” ungkap Yanti shijie, salah satu tim pendidikan kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru.
Sesi yang tidak pernah terlewatkan dalam setiap pembelajaran kelas budi pekerti adalah permainan. Pada pertemuan kali ini, anak-anak diajak untuk bermain “Koin Kebahagiaan”. Permainan ini membangkitkan semangat pantang menyerah anak-anak untuk terus menjawab pertanyaan hingga mereka bisa mendapatkan hadiahnya. Walau pertanyaannya hanya satu, yaitu: “Mengapa xiao phu sa mau koin kebahagiaan?” Permainan ini juga mengaktifkan interaksi antara anak-anak dengan mentornya (duifu) karena dimainkan secara berkelompok. Melalui permainan ini, anak-anak diajarkan bahwa dalam menjalani kehidupan kita tidak boleh mundur atau menyerah dengan persoalan serta masalah yang dihadapi.
Cindy dari kelas Tzu Shao memberikan kesan serta memetik hikmah dari permainan di kelas Er Tong Ban.
Selain permainan, anak-anak juga diberikan tips yang berhubungan dengan semangat never give up (pantang menyerah) ini. Sebuah penelitian mengatakan bahwa jika kita gagal dan kita bisa sabar melakukan atau mengulang hingga 21 kali maka akan berhasil. Hal ini dikenal dengan istilah 1=21. Anak-anak begitu tertarik dengan tips ini dan bahkan ada yang langsung mempraktikkannya. “Permainan games koin kebahagiaan ini ibarat impian kita. Agar impian bisa terwujud maka kita harus berusaha dan berjuang,” kata Cindy dari kelas Tzu Shao.
Salah satu anak Er Tong Ban bernama Willi juga sangat menikmati kelas hari ini. Willi mengatakan ia bisa mengikuti pelajaran hari ini dengan baik dan bisa fokus. Ia senang bisa mendengar kisah Master Cheng Yen, serta melihat video pelatih olahraga dan bermain games. “Kita harus memanfaatkan tubuh kita dengan baik dalam melakukan sesuatu, harus mencoba terus dan tidak boleh cepat menyerah,” ungkap Willi.
Sebelumnya, pada pertemuan pertama telah dilakukan sesi perkenalan antara anak dengan tim pendidikan, serta menginformasikan tentang Tata Krama yang hendak disepakati bersama selama berada dalam lingkungan Tzu Chi maupun pada saat menggunakan seragam Tzu Chi.
Para peserta kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru menyanyikan lagu dan memperagakan isyarat tangan “Bu Yao Ren Wei Zi Ji Mei You Yong (Jangan menganggap diri sendiri tidak berguna)”.
Kegiatan pembelajaran hari ini ditutup dengan lagu dan isyarat tangan “Bu Yao Ren Wei Zi Ji Mei You Yong (Jangan menganggap diri sendiri tidak berguna)”. Dengan musik dan isyarat tangan yang begitu bersemangat dan menghidupkan suasana, Edric salah satu anak di Er Tong Ban yang selama ini begitu pendiam saat mengikuti kelas pun tertarik untuk ikut memperagakan isyarat tangan.
Anak-anak begitu semangat dan para mentor (duifu) pun begitu kompak menyukseskan kegiatan pembelajaran kelas budi pekerti Er Tong Ban Senior (Kelas 5-6 SD) dan Tzu Shao (SMP dan SMA) Tzu Chi Pekanbaru dengan wajah tersenyum bahagia.
Editor: Arimami Suryo A.
Artikel Terkait
Pertemuan Pertama Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Pekanbaru
19 Agustus 2016Kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru kembali dimulai seiring dengan proses belajar mengajar semester baru anak-anak di sekolah. Jumlah murid Kelas Teratai ini sebanyak 39 anak.
Meneladani Nilai Luhur Master Cheng Yen
22 Agustus 2017Menanamkan Nilai-nilai Luhur Sejak Dini
01 Oktober 2015Sebanyak 18 anak mengikuti Kelas Budi Pekerti Tzu Chi pada Minggu, 20 September 2015 di Mal Ciputra Seraya, Pekanbaru . Tema kali ini adalah “Menjadi Bodhisatwa”. Anak-anak diajarkan untuk berpikir dengan niat yang baik, bertutur kata yang baik, dan melakukan perbuatan baik yang juga ditampilkan melalui pementasan drama.