Menenangkan Hati dengan Berbagi

Jurnalis : Teddy Lianto, Camelia (He Qi Barat), Fotografer : Teddy Lianto

Setiap bulan di hari Minggu awal, relawan Tzu Chi mengadakan kegiatan pelestarian pingkungan di setiap komunitas mereka.

Di lingkungan Tzu Chi ini, saya berharap saya dan istri dapat lebih bersemangat lagi karena ada relawan Tzu Chi yang mendampingi,” harap Slamet Rianto, yang sudah bergabung menjadi relawan pelestarian lingkungan Tzu Chi di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Duri Kosambi hampir satu tahun ini. Slamet pagi itu, Minggu 3 April 2016 datang bersama istrinya Tri Handayani ke Depo Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi, Jakarta Barat. Kegiatan pelestarian lingkungan yang diadakan setiap minggu awal tersebut kerap dihadiri oleh mereka.

Kedatangan mereka seolah untuk menyemangati hati mereka yang masih berduka sepeninggal putri tercinta mereka Edelweis Latifah Anggraini yang baru saja meninggal dunia pada bulan Februari 2016 lalu.  Dengan hadir di tengah kegiatan dan berinteraksi bersama relawan memilah barang daur ulang, mereka mulai membenahi rasa duka mereka dan mulai merajut kehidupan yang baru menyongsong masa depan.

Jalinan Jodoh dengan Tzu Chi

Pada tahun 2012, keluarga Slamet Rianto dan Tri Handayani merasa bahagia dan lengkap dengan hadir- nya seorang bayi perempuan nan cantik di tengah kehidupan mereka. Bayi itu mereka beri nama Edelweis Latifah Anggraini. Pada awal kelahirannya tidak nampak adanya keanehan pada putri mereka. Menginjak bulan ke-5, putri mereka mengalami sakit dan ketika diperiksa, diketahui Edelweis menderita penyakit kebocoran jantung. Mendengar vonis ini, Slamet dan Tri pun merasa sedih. Dengan menggunakan uang modal untuk berdagang pakaian, sumber mata pencahariaannya, Slamet pun terus mengobati Edelweis.

Slamet Rianto (kanan/abu) merasa nyaman dengan mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan Tzu Chi. “Rasanya nyaman berkegiatan dengan relawan di depo.  Jadi, saya berusaha meluangkan waktu kalau bisa seminggu dua kali datang ke depo,” terang Slamet dengan penuh semangat.

Melihat Slamet yang aktif di kegiatan Pelestarian lingkungan Tzu Chi, Tri (baju abu) pun termotivasi untuk ikut melakukannya bersama suaminya.

Seiring berjalannya waktu, uang yang digunakan semakin besar dan pemasukan pun semakin berkurang. Hingga akhirnya usaha pakaian Slamet gulung tikar. Karena keterbatasan biaya, Slamet pun memberanikan diri untuk mengajukan bantuan pengobatan ke Tzu Chi. Setelah melalui proses survei akhirnya pada April 2015, Slamet dan keluarganya menerima bantuan Susu Formula kedelai (Soya) mengingat Edelweis tidak bisa meminum susu sapi dan biaya pengobatan yang tidak dicover jaminan kesehatan nasional (BPJS). Selama menjadi penerima bantuan, relawan Tzu Chi kerap memberikan perhatian ke keluarga Slamet. Perlahan relawan juga menjelaskan kegiatan Tzu Chi dan mengajak Slamet untuk membantu orang yang lebih membutuhkan dengan cara menjadi relawan daur ulang. Sejak saat itu, ia rutin datang ke Depo Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi untuk melakukan daur ulang. Pada tanggal 14 Juni 2015 Slamet mengikuti kegiatan Sosialisasi Relawan Tzu Chi dan sekarang sudah menjadi relawan Abu Putih. Baginya dapat membantu orang lain, hatinya menjadi senang. ”Saya membantu di sini (depo) karena sifatnya membantu sesama. Saya merasa banyak teman, interaksi, dan rasa empati saya juga bertambah,” jelas Slamet dengan penuh senyum.  

Pada Februari 2016 lalu, kondisi anaknya memburuk dan akhirnya Edelweis kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Slamet dan isterinya merasa sangat sedih dan depresi. Di saat penuh kesedihan tersebut, perhatian dan kunjungan para relawan Tzu Chi selama anaknya di rumah sakit, menghangatkan hati Slamet dan Tri. “Itulah saya terkagum dengan kawan-kawan yang di yayasan. Mereka perduli sekali dari kebutuhan anak saya, kebutuhan batin saya, dari kebutuhan keluarga saya. Tzu Chi memperhatikan kami,” ungkap Slamet dengan penuh syukur.

Sepeninggal Edelweis, Slamet dan Tri masih melanjutkan kegiatan mereka untuk membantu di misi pelestarian lingkungan Tzu Chi. “Rasanya nyaman berkegiatan dengan relawan di depo. Jadi, saya berusaha meluangkan waktu kalau bisa seminggu dua kali datang ke depo,” terang Slamet dengan penuh semangat. Tidak hanya Slamet, Tri pun seolah termotivasi. “Saya mau menjadi bagian dari keluarga Tzu Chi, karena saya seperti dianggap menjadi saudara oleh mereka (Tzu Chi),” cetus Tri. Kini Slamet pun telah memiliki mata pencahariaan baru sebagai pengemudi Gojek (ojek online). “Ya enggak apa-apa, kan kerjaannya tidak mengikat dia, jadi dia bisa juga nyambi bantu-bantu di Tzu Chi,” pungkas Tri seraya tersenyum, menyambut kehidupan barunya di dalam Tzu Chi.


Artikel Terkait

Sukacita di Depo Daur Ulang

Sukacita di Depo Daur Ulang

15 Juli 2010
Ada yang harus dicatat dari para relawan ini adalah dari raut wajah mereka, baik relawan yang berusia lanjut maupun muda, tidak ada satu pun yang terlihat capai atau lelah. Yang terlihat malah senyuman ceria dan kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah dan sinar mata mereka.
Peletakan Batu Pertama Depo Daur Ulang

Peletakan Batu Pertama Depo Daur Ulang

05 Januari 2015
Sambutan positif dari warga membuat relawan semakin bersemangat untuk melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah. Semua dilakukan demi satu hal, membantu melindungi bumi yang sedang sakit. 
Dua Tangan yang Menyelamatkan

Dua Tangan yang Menyelamatkan

02 Maret 2016

Kelas budi pekerti (Xiao Tai Yang) Tanjung Balai Karimun belajar tentang melestarikan lingkungan dengan memilah sampah. Kegiatan belajar ini dilaksanakan di depo pelestarian lingkungan. menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. Jika ingin bumi selalu bersih maka mulailah merubah sikap diri sendiri, dan gunakanlah kedua tangan demi menyelamatkan bumi.

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -