Menenteramkan Batin Korban Gempa
Jurnalis : Sinta Febriyani (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Hendra Gusnadhy (Tzu Chi Bandung)Relawan Tzu Chi Bandung memberikan bantuan kepada warga pengungsi dengan penuh rasa hormat. Relawan Tzu Chi bersyukur dan berterima kasih karena telah diberi kesempatan untuk berbuat kebajikan. |
| |
Sisi-sisi jalan dekat daerah perbukitan yang biasa dilalui kendaraan banyak yang retak, begitu pula dengan bukit-bukit di sana, permukaan tanahnya merengat. Tiang-tiang listrik di sepanjang jalan pun sudah tidak berdiri kukuh lagi, melainkan rubuh menimpa bangunan di dekatnya, atau mengenai kabel listrik hingga posisinya miring. Beberapa rumah di sisi jalan pun tampak rusak berat. Selain meluluhlantakkan atap rumah hingga gentingnya berhamburan, tembok dan kusen rumah pun ikut runtuh. Bantuan berupa selimut, obat-obatan, telur, perlengkapan mandi, minyak kayu putih, jamu tolak angin, air mineral botol dan gelas diberikan relawan Tzu Chi Bandung kepada sekitar 1.319 warga Cikole, Pasir Angin, Los Kulalet dan Citere yang tengah mengungsi di Secata (Sekolah Calon Tantama). Selain bantuan materi, relawan pun memberikan penghiburan dan semangat kepada para korban dan bersama-sama dengan Komandan Secata Rindam III/ Siliwangi, Letkol (Inf) Suparlan Purwo Utomo meninjau rumah-rumah warga yang rusak berat di wilayah Cikole. Bersyukur Masih Bisa Selamat
Ket :- Kondisi di pengungsian pascabencana mudah membuat pengungsi jenuh, bosan, dan stres. Kehadiran relawan Tzu Chi yang menghibur dan memperhatikan mereka dapat menjadi sedikit penyejuk di hati mereka. (kiri) Kesedihan Rohaya dan istrinya Kayah bertambah ketika mengetahui rumah ketiga anak mereka yang saling bersebelahan pun ikut roboh. “Ibu nggak tau udah ini mau tinggal di mana? Nggak ada yang tersisa, rumah ibu dan anak-anak hancur semua,” tutur Kayah pada relawan Tzu Chi yang mengunjungi tenda pengungsiannya. Saat gempa, ia dan istrinya baru saja tiba di rumah. Belum reda rasa lelah sehabis berladang, suami-istri ini dikejutkan dengan guncangan gempa yang semakin lama semakin hebat. “Lihat tanah sudah kayak gelombang air saja. Saya dan istri langsung ke luar melihat kondisi anak-anak, takut kenapa-napa. Waktu itu kami semua panik, apalagi waktu tahu ada cucu bapak yang lagi tidur di rumah. Azizah (4) hampir saja tertimpa tripleks rumah yang roboh, untung keburu diselamatin. Istri bapak juga langsung lari ke mushola karena cucu bapak yang lain sedang ngaji. Sambil megangin dan ngegendong cucu-cucu bapak yang masih kecil, bapak lari ke tempat yang aman, barang-barang yang ada di rumah semua ditinggalin, yang penting nyawa selamat dulu!” tandas Rohaya yang sejak Rabu malam bersama keluarganya telah mengungsi di tenda yang dibangun Secata. Rohaya menambahkan, meski rumahnya hancur, ia masih bersyukur semua keluarganya selamat dan tidak ada yang mengalami luka-luka.
Ket : - Pada sore hari tanggal 4 September 2009, relawan Tzu Chi telah tiba di Kecamatan Mangunjaya dan Banjarsari untuk menyalurkan bantuan logistik berupa mi instan, tenda, beras, dan kurma.(kiri) Mayoritas Rumah Warga Rusak Total Suparlan menambahkan, korban gempa yang tadinya hanya merasa shock, kini banyak yang mengidap infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), flu, dan diare yang sebagian besar diderita oleh para lansia.
Ket: -Relawan meninjau lokasi bencana di Kampung Cikole, Kelurahan Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Bandung. Di daerah ini, 60% rumah warga yang mengungsi rusak total akibat gempa. (kiri) Sri Yanti (15) hanya bisa terbaring lemas di atas velbed yang disediakan oleh pihak TNI. Wajahnya terlihat pucat dan nafasnya sedikit tersengal-sengal. Tubuhnya ditutupi oleh selimut tebal agar ia tetap merasa hangat. Saat kami berkunjung ke tendanya, remaja perempuan itu tidak dapat berbincang-bincang dengan relawan. Tubuhnya begitu lemas dan kepalanya pusing. Saat gempa terjadi, karena kondisi putrinya yang tidak dapat berjalan, sang ibu, Oom (49), menggendong Sri ke tempat yang aman. Manurut Oom, dua tahun lalu, Sri sempat terjatuh dan pernah mengidap TBC kelenjar, namun telah sembuh setelah 9 bulan berobat. “Anak saya memang sering sakit, tapi kali ini sakitnya pas gempa. Untungnya kami (semua) bisa selamat,” jelas Oom. Herman Widjaja, Ketua Tzu Chi Bandung mengatakan, pemberian paket bantuan bagi korban gempa ini diadakan atas informasi dari Kodam III/Siliwangi yang mengabarkan bahwa persediaan makanan bagi korban gempa yang mengungsi di Secata sudah mulai menipis. “Sekarang saja sudah dingin, apalagi kalau malam. Selimut dan obat-obatan dapat berguna sekali bagi pengungsi. Apalagi kita tahu pengungsi di sini sudah banyak yang sakit. Selain itu, kami juga memberikan bantuan beras untuk mendukung dapur umum. Kita akan terus memantau perkembangannya untuk menentukan langkah ke depannya,” ujar Herman Widjaja. | ||
Artikel Terkait
Merentangkan Jalan Yang Bajik
04 Desember 2018Tanpa terasa perjalanan kelas bimbingan budi pekerti di Tzu Chi Tebing Tinggi sudah berjalan hampir satu tahun. Pada Minggu, 25 November 2018 diadakan penutupannya. Kegiatan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB ini diikuti oleh 41 Bodhisatwa cilik dan juga 40 relawan dari Tebing Tinggi dan Laut Tador.
Kupon Beras Pembawa Kebahagiaan
25 Januari 2017Menyusuri jalanan sempit di Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta, para relawan Tzu Chi membagikan kupon beras kepada warga yang kurang mampu. Tepat di ujung gang RT 10, relawan bertemu seorang nenek, Tukijem (57). Lansia yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci gosok ini menyambut kedatangan relawan dengan penuh sukacita.