Penyerahan paket bantuan yang melibatkan relawan dan tokoh masyarakat setempat, menjadi momen penuh makna dalam berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Bagi warga RT 05, Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, hari yang cerah adalah berkah yang ditunggu-tunggu. Dalam keseharian mereka, banyak yang menggantungkan hidupnya sebagai pedagang kaki lima di pinggiran kali. Salah satunya adalah Agus Supriadi (45) dan Nursalim (53), dua pedagang soto yang sudah lama mencari nafkah di wilayah Jatinegara dan Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Namun, Minggu pagi, 24 November 2024, menjadi mimpi buruk yang tak terduga. Ketika mereka baru saja memulai berjualan, kabar duka menghampiri: kebakaran melanda wilayah tempat tinggal mereka. Dengan hati yang cemas, mereka meninggalkan lapak dagangan mereka dan bergegas pulang ke rumah. Apa daya, setibanya di lokasi, mereka hanya bisa berdiri terpaku menyaksikan kobaran api melahap tempat tinggal mereka yang telah bertahun-tahun menjadi tempat berlindung dari panas dan hujan.
Relawan Tzu Chi saat melakukan survei ditemani oleh pengurus lingkungan. Relawan juga melakukan pemeriksaan dengan cermat untuk memastikan bantuan tepat sasaran.
Kebakaran Hebat di Pemukiman Padat
Kebakaran bermula dari kebocoran tabung gas, ancaman yang selalu menghantui pemukiman padat dan mayoritas rumahnya semi permanen. Dalam hitungan menit, api menyambar dengan cepat, membakar rumah-rumah semi permanen yang terbuat dari kayu dan tripleks. Kondisi jalan sempit di wilayah itu membuat proses evakuasi warga dan barang-barang semakin sulit.
Warga mengantri dengan tertib untuk menerima paket bantuan, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat dalam masyarakat.
Api baru berhasil dipadamkan sekitar pukul 12.40 siang, lebih dari dua jam setelah kejadian. Upaya gotong-royong warga menjadi kunci karena mobil pemadam kebakaran tidak dapat menjangkau lokasi kebakaran. Akibatnya, sebanyak 68 rumah yang dihuni 91 keluarga (249 jiwa) terdampak. Enam orang terluka, dengan satu korban mengalami luka bakar serius dan dirawat di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Tzu Chi Hadir Membawa Harapan
Di tengah kesedihan warga, kehadiran relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberi secercah harapan bagi warga. Dua hari setelah kebakaran, tiga relawan, Muara Sianturi, Rosalia Amelia, dan Icha datang ke lokasi untuk melakukan survei sekaligus mengumpulkan data-data jumlah dan kebutuhan warga. Hasil pendataan itu kemudian segera ditindaklanjuti oleh ketua komunitas relawan setempat, Fanny Khemadasi Wong, dengan rencana pembagian bantuan pada Jumat, 29 November 2024.
Agus Supriadi (45 tahun) dan Nursalim (53 tahun), terlihat mengenakan topi, di pengungsian. Mereka merasa senang mendapatkan perhatian dari relawan.
Hari yang dinanti pun tiba. Sebelas relawan Tzu Chi dipimpin oleh Eliyana, koordinator pembagian bantuan, menjalankan kegiatan kemanusiaan. Dimulai dengan kunjungan ke tenda pengungsian, pembagian kupon, hingga penyerahan paket bantuan, semua berjalan lancar. Dukungan dari Ketua RW 01, Ibu Dwi Lestari, dan Ketua RT 05, Bapak Maryadi, juga memperlancar proses ini.
Dwi Lestari menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam. "Tzu Chi selalu hadir di saat kami membutuhkan," ujarnya. Ternyata, hubungan antara warga di sini dan Tzu Chi telah terjalin sejak 2019, saat kebakaran terjadi di wilayah RT lain.
Namun, bantuan tak bisa sepenuhnya menghapus luka. Agus Supriadi yang memiliki empat anak kecil kini kehilangan segalanya—rumah, peralatan masak, bahkan modal untuk berjualan. “Kami hanya bisa pasrah,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca. Bersama warga lain, ia berharap ada bantuan untuk membangun toilet umum dan menyediakan air bersih agar kehidupan bisa berjalan, meski perlahan.
Relawan dengan rasa terima kasih yang mendalam memberikan bantuan kepada warga.
Ketua RT, Maryadi, menyatakan bahwa kehadiran relawan telah menenangkan hati warganya. “Walaupun singkat, perhatian dari relawan sangat berarti. Harapan kami, ini dapat menguatkan jiwa dan raga mereka yang kehilangan,” ujarnya.
Dalam setiap langkahnya, relawan Tzu Chi membawa pesan dari Master Cheng Yen: “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam hidup ini, berbakti kepada orang tua dan melakukan kebajikan.” Pesan ini menjadi semangat dalam melayani warga yang tertimpa musibah. Semoga bencana ini segera berlalu, dan warga Rawa Bunga dapat bangkit kembali. Karena dalam setiap musibah, selalu ada peluang untuk menebar cinta kasih dan membangun kekuatan baru bersama.
Editor: Hadi Pranoto