Menenteramkan Raga, Menenteramkan Jiwa, Memulihkan Kehidupan

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 

foto
Jumat, 8 November 2013, Tzu Chi melakukan serah terima bantuan rumah bagi warga korban bencana gempa bumi di Lombok. Sebanyak 29 kunci rumah hari itu diserahkan, 23 kunci rumah bagi warga Dusun Montong dan 6 kunci bagi warga Dusun Lenek.

Kamis, 7 November 2013, 6 relawan Tzu Chi Indonesia bertolak ke Lombok untuk melakukan serah terima bantuan rumah bagi korban bencana gempa bumi Lombok, Juni 2013 lalu. Acara penyerahan kunci dilakukan pada Jumat, 8 November 2013 dengan dihadiri oleh Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) Brigadir Jendral M. Irawan S.H. M.M. M.H dan wakil Bupati Lombok Utara H. Najmul Akhyar, SH. MH serta warga setempat. Sebanyak 29 kunci rumah hari itu diserahkan, 23 kunci bagi warga Dusun Montong dan 6 kunci bagi warga Dusun Lenek.

 

Dalam sambutannya Brigjen M. Irawan mengatakan bahwa apresiasi yang mendalam sangat patut diberikan bagi Yayasan Buddha Tzu Chi karena telah membantu warga yang tertimpa bencana gempa dengan membangunkan sebuah rumah layak huni. Selain itu, ia juga menegaskan cepat tanggap dan perhatian dari relawan sangat menyentuh hati karena tidak pernah membedakan sekat dari perbedaan suku, agama, budaya, dan lain sebagainya. “Kami terharu karena dalam hitungan bulan, rumah-rumah ini telah berdiri. Kami memberikan penghormatan pada Buddha Tzu Chi karena telah mampu meringankan beban saudara-saudara kami,” ujar M. Irawan.

Wakil Bupati Lombok Utara juga mengutarakan hal yang serupa, mengungkapkan rasa syukur yang begitu dalam mewakili para warganya. “Kami atas nama kepala daerah Lombok Utara menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya. Pada para warga, mari kita bersama-sama bersyukur dan memanfaatkan bantuan ini dengan baik, gunakanlah rumah ini dengan semestinya, bercengkerama dengan keluarga. Dari rumah inilah kita hadirkan ide-ide, yang penting adalah rumah ini adalah tempat kita melakukan pendekatan kita pada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu kepada warga, mari kita menerima rumah ini dengan ucapan terima kasih.”

Bukan Sekedar Ucapan Semata
Banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia juga membangkitkan banyak niat baik dari berbagai pihak untuk membantu, sama halnya dengan Tzu Chi. Namun, niat baik ini awalnya agak terbentur dengan sikap warga yang kurang bisa bekerjasama. “Kebanyakan warga nggak percaya bahwa kami (Tzu Chi) ini akan memberikan bantuan kepada mereka,” kata Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi. “Para warga takut dibohongi sampai mereka awalnya tidak mau mendengarkan apa kata relawan,” tambah Joe Riadi.

Ketidakpercayaan warga bukannya tanpa sebab, melainkan karena sebab yang paling mendasar. Banyak yang sudah melakukan survei bahkan sudah menjanjikan pembangunan rumah, namun ternyata masih belum direalisasikan. Dari sanalah, warga awalnya enggan berharap terlalu tinggi untuk mendapatkan mimpi mereka, membangun rumah mereka kembali. Namun sikap enggan dari para warga tidak berlangsung lama karena kesungguhan relawan dalam memberikan bantuan dan perhatian sangat terlihat oleh mereka.

foto  foto

Keterangan :

  • Acara ini dihadiri oleh Kapolda NTB Brigadir Jendral M. Irawan SH, MM, MH dan Wakil Bupati Lombok Timur, H. Najmul Akhyar, SH, MH serta warga setempat (kiri).
  • Salah satu warga penerima bantuan rumah, Hermanto, mengaku sangat bersyukur karena bantuan ini sangat tepat waktu dan tepat guna (kanan).

Bantuan Tepat Waktu dan Tepat Guna
Salah satu warga penerima bantuan rumah, Hermanto, mengaku sangat bersyukur karena bantuan ini sangat tepat waktu dan tepat guna. Tepat waktu karena disiplin yang diterapkan oleh relawan dalam pembangunan rumah sehingga saat musim hujan tiba, warga sudah dapat menempati rumah mereka dengan tenang tanpa takut kedinginan dan kehujanan. Tepat guna karena relawan memberikan bantuan yang memang sangat dibutuhkan oleh warga yaitu tempat tinggal.

Dulu rumah Hermanto tergolong rumah layak huni, namun karena gempa 2 bulan lalu, dia dan istri serta anaknya harus mengungsi di tenda barang sementara dengan kondisi panas di kala siang dan dingin di kala malam. Bagi Hermanto, panas dan dingin bukanlah masalah besar, namun bagi istri dan anak laki-lakinya yang baru berusia 4 tahun, ketidakstabilan cuaca itu membuat kondisi badan mereka menurun.

Melihat kondisi istri dan anaknya yang tidak membaik selama berada di tenda pengungsian, maka Hermanto berinisiatif untuk mengumpulakan uang dan membangun gubuk kecil di samping reruntuhan rumah lamanya. Gubuk itu berukuran 5x2 meter persegi yang dibangun dengan bilik bambu seharga Rp. 20.000,- per gulung dan beratap daun lontar seharga sekitar Rp. 1.500,- per lembarnya. Dengan bangunan yang sangat sederhana tersebut Hermanto dan istrinya merasa sangat beruntung.

Rasa syukur seakan menyelimuti dirinya saat Yayasan Buddha Tzu Chi memberikan bantuan bagi pembangunan rumah mereka. Dari bantuan yang datang ini, Hermanto didaulat untuk menjadi asisten Kepala Dusun (Kadus) untuk mengoordinir para warga. Walaupun tidak mempunyai kemampuan khusus, namun Hermanto secara detil menyusun data dan mengoordinir warga.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan teliti, relawan menjelaskan setiap detil hal-hal yang dibutuhkan oleh warga (kiri).
  • Kehadiran relawan di rumah warga memberi kegembiraan tersendiri untuk mereka (kanan).

Bagi warga daerah Montong, KLU, membangun rumah bukanlah masalah gampang walaupun tanah mereka bisa dikatakan mencukupi. Masalah yang menghambat adalah ekonomi mereka yang masih minim. Seperti Hermanto yang sehari-hari merupakan seorang buruh tani, begitu pula istrinya. Mereka hanya akan mendapatkan penghasilan apabila masa panen tiba, di luar itu mereka biasa meminjam uang pada orang yang mempunyai ekonomi lebih tinggi dengan bunga pengembalian yang juga tinggi.

Tidak jauh berbeda dengan Hermanto yang tinggal di Dusun Montong, warga Dusun Lenek, Kalipucak juga amat bersyukur karena bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi. Awalnya Dusun Lenek tidak tercatat dalam data bantuan Tzu Chi, namun atas informasi dari warga setempat relawan kemudian melakukan survei kembali dan menemukan 6 rumah yang layak dibantu.

Bagai Keluarga Sendiri
Selama proses pembangunan, Chandra Chaidir Shixiong, salah satu relawan TTD Tzu Chi selalu bersiaga di rumah warga. Sejak survei bantuan gempa Juli lalu hingga penyerahan kunci, 8 November 2013, ia telah 4 kali melakukan perjalanan jauh ke Lombok untuk meninjau proses pembangunan. Selama di sana, ia lebih memilih untuk tinggal bersama di rumah warga dan sudah menganggap mereka sebagai keluarga sendiri. Para warga juga merasa bahwa kehadiran relawan memberikan perasaan bahagia. “Pak Chandra orangnya suka bercanda, kalau ada beliau ramai sekali. Kalau bisa beliau jangan pulanglah. Nanti kalau nggak ada beliau, sepi rumah kita,” ucap Bu Dewi, salah satu warga.

Melihat perhatian dari warga, relawan juga merasakan perasaan yang bahagia dan bersyukur karena bertambah lagi saudara dan keluarga mereka sehingga tali cinta kasih terus tersebar di seluruh Indonesia. “Mereka sangat berterima kasih waktu kita datang membawa angin segar untuk mereka. Selama ini saya memilih untuk tinggal bersama mereka hingga kami menjadi akrab dan bagai keluarga sendiri,” kata Chandra Chaidir.

  
 

Artikel Terkait

Pelatihan Relawan Abu Putih Pertama di Banda Aceh

Pelatihan Relawan Abu Putih Pertama di Banda Aceh

07 Mei 2024

Relawan Tzu Chi Perwakilan Banda Aceh mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih pertama. Pelatihan dengan tema “Serambi Mekah Penuh Berkah” ini dilakukan dengan tujuan agar relawan lebih mengenal Tzu Chi serta visi dan misinya.

Donor Darah di Tzu Chi Palembang, Melayani dengan Cinta Kasih

Donor Darah di Tzu Chi Palembang, Melayani dengan Cinta Kasih

12 Januari 2024

Warga Kota Palembang sangat antusias dengan donor darah yang digelar Tzu Chi Palembang. Pada donor darah yang digelar Minggu 7 Januari 2024, ada 176 calon donor datang mendaftarkan diri.

Menyelami Dharma Melalui Isyarat Tangan

Menyelami Dharma Melalui Isyarat Tangan

11 Oktober 2011 “Selesai melakukan pertunjukan (pertama) isyarat tangan, tidak ada tepuk tangan dari para penonton, situasi tenang dan penonton meneteskan air mata. Itulah Dharma, dapat menyentuh hati manusia,” cerita Yen Chiu Shijie saat pertunjukan isyarat tangan.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -