Menerapkan Budaya Humanis Tzu Chi
Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan, Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung) Sambutan hangat dari para murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta kepada para siswa dan guru Sekolah Unggulan Cinta Kasih Pangalengan dan Cikadu yang melakukan studi banding pada tanggal 26 Juli 2011. |
| ||
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi yang diterapkan kepada para murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di Jakarta dan memberikan penjelasan tentang arti dari misi pelestarian lingkungan, mulai dari menjaga kebersihan sekolah hingga mengumpulkan sampah-sampah yang dapat didaur ulang kembali. Bertempat di salah satu ruang serbaguna sekolah tersebut, acara pun diawali dengan sambutan dari Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Beragam acara dipersembahkan oleh para guru dan relawan Tzu Chi Jakarta seperti, penayangan video Kali Angke, hingga pembangunan rumah susun (rusun) bagi warga eks bantaran Kali Angke, dan pertunjukan shou yu yang dipersembahkan oleh murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta. Setelah makan siang, rombongan meninjau langsung lokasi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta, mulai dari perpustakaan, ruang guru, ruang administrasi, kelas-kelas, hingga ruang kreatif para murid. Tentunya dengan dipandu langsung oleh guru Sekolah Tzu Chi tersebut. Selain meninjau sekolah, rombongan pun melihat secara langsung hasta karya dari warga rusun cinta kasih seperti membuat buku sekolah dan menjahit. Setelah puas melihat dan membeli cindera mata hasil dari ibu-ibu rusun cinta kasih, para rombongan pun meninjau ke tempat depo pelestarian lingkungan. Di sini para peserta bisa melihat dan belajar secara langsung bagaimana memilah sampah yang dapat didaur ulang, seperti aluminium, kaca, plastik, perabotan rumah tangga, hingga botol dan gelas plastik. Setelah itu, peninjauan pun dilanjutkan untuk melihat rusun yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi bagi warga Kali Angke. Pengenalan lokasi pun berakhir di RSKB Cinta Kasih Jakarta, dimana para peserta bisa melihat rumah sakit yang dibangun oleh Tzu Chi dan diperuntukkan untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan.
Keterangan :
Indahnya Budaya Humanis Tzu Chi dalam sesi ini, sebagian guru dari Pangalengan dan Cikadu mencatat apa yang disampaikan oleh pembicara, karena hal tersebut diharapkan bisa menjadi panduan untuk membentuk para siswa menjadi disiplin dan taat kepada orangtua. Budaya humanis tersebut mendapatkan tanggapan positif dari Pengawas TK/SD Kecamatan Pangalengan Salim Noor. Ia menuturkan bahwa seluruh pengurus harus bisa menerapkan apa yang telah ditunjukkan oleh guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta. Maka perlu dilakukan kerja sama baik dari pemerintah dan Yayasan Buddha Tzu Chi sehingga pendidikan akan dapat lebih maju. "Insya Allah akan saya terapkan tahap demi tahap, mulai dari kebersihan, disiplin guru, budi pekerti, dan loyalitas terhadap teman. Sehingga, pendidikan itu akan mampu berdiri sendiri dan anak-anak pun akan mengembangkan ilmunya sehingga akhlak itu akan berkembang untuk masyarakat yang akan datang. Dengan begitu, negara ini nantinya akan dipegang oleh orang-orang yang jujur, berprestasi, dan orang-orang yang berakhlak,” ujar Salim. Hal senada juga disampaikan oleh salah satu guru Sekolah Unggulan Cinta Kasih Pangalengan, Iis Nur Sujana. Hampir semua materi ia catat dengan apik. “Tadi saya sudah membicarakan hal ini dengan kepala sekolah dan guru-guru yang lain. Kita ingin berusaha menerapkan budi pekerti dan budaya humanisnya. Semua ini sangat berkesan sekali untuk saya. Saya secara pribadi mendapat ilmu yang sangat berguna sehingga nanti ketika kita kembali ke sekolah cinta kasih yang ada di Pangalengan mudah-mudahan kita bisa menerapkan dan mengembangkannya ke anak-anak didik kami,” ucap Iis haru.
Keterangan :
Iis pun menambahkan, dimulai dari kelas, lingkungan, dan halaman sekolah akan selalu dijaga kebersihannya. “Bukan hanya penjaga saja yang membersihkannya, tapi kita juga akan melibatkan anak-anak yang berprestasi. Hal ini bukanlah hukuman, dan kami berharap hal ini bisa menjadi contoh untuk anak-anak yang lain. Selain itu kami juga akan mewajibkan untuk membawa sampah daur ulang kepada seluruh guru dan siswa setiap satu minggu sekali," lengkapnya. Rasa kagum pun diungkapkan oleh Lilis Herawati (40) warga Cikadu selaku orang tua murid yang ikut dalam studi banding ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta ini. "Saya berharap semoga anak-anak didik di Cikadu bisa mengikuti budi pekerti dari anak-anak Yayasan Buddha Tzu Chi Jakarta. Setelah saya pulang ke rumah Insya Allah saya akan menerapkan cara-cara belajar dari Yayasan Buddha Tzu Chi, karena saya tertarik dengan pola pendidikan yang diterapkan," ujarnya. Bertutur kata yang baik, berprilaku yang baik, dan menjaga kebersihan selalu diterapkan oleh seluruh insan Tzu Chi. Hal tersebut sangat dirasakan oleh seorang siswi kelas VI dari Sekolah Cinta Kasih Cikadu, yaitu Resa Setiani Pratiwi. Ia sangat terkesan dengan para murid sekolah Tzu Chi Jakarta yang sangat disiplin dan selalu menjaga kebersihan sekolahnya agar tetap bersih dan indah. "Senang, bisa ngeliat Sekolah Yayasan Buddha Tzu Chi, bisa memberi contoh ke temen-temen yang lain cara berpakaian yang rapi dan selalu menjaga kebersihan,” ucap Resa yang yang telah menjuarai kaligrafi tingkat Provinsi Jawa Barat ini. Resa pun berniat untuk memberitahu kepada teman-temannya agar tetap menjaga kebersihan sekolah, menjadi siswa yang disiplin, dan selalu menghormati guru serta orangtua sendiri. | |||
Artikel Terkait
Pewarisan Dharma Melalui Genta dan Genderang Insan Tzu Chi
01 Agustus 2017Di awal acara DAAI Night di Medan, suara genta dan genderang menggema ke seluruh ruangan, apalagi kali ini ada Li Gu (gendang besar) yang membahana. Seakan menyadarkan semua penonton bahwa sudah saatnya untuk mempraktikkan jalan kebenaran (ajaran Jingsi) dan berjalan di jalan Bodhisatwa (Mazhab Tzu Chi).
PAT 2019: Tzu Chi Pekanbaru Menyelami Sutra Makna Tanpa Batas
29 Januari 2020Tahun ini untuk pertama kalinya Tzu Chi Pekanbaru mengadakan dua sesi pemberkahan, yaitu sesi relawan dan sesi umum. Pada sesi relawan, ada 125 relawan bersungguh hati menyelami Sutra Makna Tanpa Batas.