Menerapkan Pendidikan Melalui Kegiatan Sehari-hari

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

Kamp Kelas Budi Pekerti Ertongban diadakan di Fu hui ting, Lantai 2 aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, 18 – 19 Oktober 2014.

Belakangan di dunia maya kerap muncul berita maraknya tindak kekerasan di lingkungan sekolah. Kasus kekerasan tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi merata hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Menilik peristiwa tersebut, timbul dalam benak sebenarnya mengenai sistem pendidikan seperti apa yang baik untuk perkembangan anak sehingga ia dapat tumbuh menjadi pribadi yang sopan, baik dan cerdas.

Dalam sharingnya, Rosvita Wijaya, relawan Tzu Chi yang aktif di kelas budi pekerti Tzu Chi mengatakan jika sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang berlandaskan pada Budi pekerti. Contohnya kelas budi pekerti Tzu Chi, di setiap pelajaran selalu disuguhkan cerita mengenai tata krama dan perbuatan baik yang membuat anak-anak paham mengenai cara konkret berbuat baik dan perbuatan apa yang baik. Selain itu, para pembimbing juga memberikan reward atau pujian jika anak-anak melakukan perbuatan baik. Hal ini pastinya akan berkesan dan diingat selalu oleh mereka.

Di kamp, anak-anak belajar untuk melakukan segala tugas dengan mandiri. Tugas yang diberikan juga merupakan tema-tema yang sudah mereka pelajari sebelumnya.

Rosvita juga menjelaskan sebenarnya anak-anak pada dasarnya sangat polos tetapi pengaruh lingkungan sekitar yang kurang baik memberikan pengaruh buruk pada perkembangan karakter dan psikologi mereka. Seperti misalnya di masa sekarang teknologi telah mutakhir menyebabkan banyak anak-anak terlalu melekat pada produk elektronik seperti handphone, game, dan sebagainya. “Karena jaman sekarang anak-anak tidak bisa meninggalkan handphone (HP), mereka sangat bergantung dengan HP. Mereka dapat terus bermain dan lupa berkomunikasi dengan orang tua dan teman-teman mereka,”ujar Rosvita.

Oleh karena itu, dalam pendidikan budi pekerti, Yayasan Buddha Tzu Chi, tempat Rosvita aktif berkegiatan mengadakan kamp Ertongban (Kamp kelas budi pekerti) selama 2 hari satu malam. Adapun para peserta kamp adalah anak-anak usia 8 – 12 tahun. Acara diadakan di Aula Jing Si lantai 2, Ruang Fu Hui Ting, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara (18-19 Oktober 2014). Sebanyak 288 anak datang untuk mengikuti kamp. “Biasanya tiap bulan anak-anak datang hanya 4 jam belajar lalu pulang. Di dua pertemuan terakhir dirancang agar menginap, kita susun acara dan lebih banyak praktik. Sehingga mereka dapat lebih paham apa saja yang selama ini dipelajari dan bisa melakukannya,” tutur Rosvita. Rosvita menambahkan selain belajar, para anak kelas budi pekerti juga berlatih untuk melakukan pementasan di esok hari (19 Oktober 2014) guna menutup kelas Budi pekerti ajaran tahun 2014.

Julio (tengah), Henny chen (kiri), Niko Laksana, ayah Julio.
Mengakar ke Bawah dan Tumbuh Berkembang ke Atas

Mendidik anak-anak bukanlah perkara yang mudah. Di Tzu Chi disebutkan jika misi Pendidikan Tzu chi bukan hanya harus “Kuat berakar ke bawah”, namun juga harus “tumbuh berkembang ke atas”. Apa maksudnya? “Kuat berakar ke bawah” adalah saat anak-anak masih polos dan jauh dari penyimpangan, mereka harus diberikan pendidikan cinta kasih untuk memupuk ladang batin yang jernih dan murni. Dari taman kanak-kanak, masuk ke sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, atau bahkan ke tingkat yang lebih tinggi seperti program magister, semua ini adalah pendidikan yang “tumbuh berkembang ke atas”.

Seperti misalnya Julio Bellano Laksana, salah satu peserta kamp kelas budi pekerti. Selama kamp berlangsung ia tetap tenang dan perhatian kepada apa yang dijelaskan. “Jika kita tertib dan tidak nakal, shigu (relawan wanita yang seumuran dengan ibu mereka) pasti tidak akan marah,” tutur Julio yang sudah dua tahun ikut Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. “Julio paling suka kalau ada kamp. Seru, banyak teman-teman dan bisa belajar hal baru, karena di kelas budi pekerti setiap bulan temanya beda-beda. Semuanya saya suka,” ungkap Julio.

19 Oktober 2014, Pukul 15.00 WIB ketika perhelatan perpisahan kelas budaya humanis dibuka, 288 anak kelas budi pekerti melakukan penuangan celengan yang telah mereka tabung selama beberapa bulan terakhir.

Dari contoh-contoh di kelas ia jadi tahu apa yang dimaksud dengan anak yang baik. Contohnya bantu-bantu papa cuci mobil, siram tanaman. Dari kelas budi pekerti juga jadi tahu cara sayang ke papa dan mama dengan cara berbakti bisa dipraktikkan dalam belajar yang giat di sekolah agar tidak mengecewakan orang tua dan juga bantu-bantu beres di rumah untuk meringankan beban orang tua. “Kalau sedang tidak ada ujian, juga suka bantu mama jagain toko,” cerita Julio yang bersekolah di Sekolah Kristen Penabur, Gading Serpong.

Henny Chen, ibunda dari Julio juga sharing jika dirinya bisa masuk menjadi relawan di misi pendidikan karena tersentuh dengan perubahan yang dialami oleh anaknya selama dua tahun belajar budi pekerti. Setahun yang lalu Henny mengalami sakit dan harus menjalani operasi. Karena menjalani operasi, otomatis ia dan anak harus beberapa hari pisah. Sebelum  berangkat operasi, ia berpesan ke anak-anak jika selama ia pergi harus jaga rumah dan diri baik-baik. Ketika besok akan pergi, Henny pun masih wanti-wanti terhadap anaknya. Julio si bungsu berkata, “Mama jangan khawatir. Mama pergi berobat aja dengan tenang, yang penting mama kembali dan sembuh saya sudah senang. Kami bisa jaga diri di rumah,” ucap Julio kepada Henny.

Saat mendengar ucapan tersebut, Henny merasa tersentuh dan menyadari jika menempatkan anak di tempat yang benar maka ia pasti mengikuti dengan baik bahkan akan memupuk sikap yang baik. “Saya tidak sangka anak saya akan berbicara seperti itu padahal saat itu usianya baru 9 tahun baru (kelas 4 sd),” cerita Henny. Maka itu Henny pun memutuskan untuk ikut menjadi relawan di misi pendidikan Tzu Chi. Bersama-sama dengan Sherina Bellami, putri sulungnya yang bergabung ke Tzu Shao dan Julio putra bungsunya belajar menjadi orang tua dan anak yang lebih harmonis.

Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia memberikan kata sambutan di acara perpisahan kelas budi pekerti tahun ajaran 2014.

Acara Perpisahan Kelas Budi Pekerti Angkatan ke-19

Tanggal 19 Oktober 2014, pukul 15.00 WIB dengan bertempat di Guo Yi Ting, lantai 2 Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara diadakan acara perpisahan untuk para murid kelas budi pekerti Tzu Chi angkatan ke-19. Sebanyak lebih kurang 750 orang (orang tua murid kelas budi pekerti) datang untuk menikmati 9 pementasan yang akan dibawakan oleh anak-anak kelas budi pekerti Tzu Chi.

Di ajang perpisahan ini, relawan yang mendampingi berharap apa yang selama satu tahun ini dipelajari mengenai budi pekerti dapat diterapkan oleh anak-anak di rumah, sekolah, maupun dilingkungan sekitar mereka. Turut hadir di acara Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei memberikan kata sambutan kepada para pserta acara. Liu Su Mei bertutur jika ia mengucapkan gan en kepada semua Daai Mama (relawan pendamping) yang bersumbangsih tanpa pamrih di belakang layar dan juga kepada orang tua yang telah percaya kepada Tzu Chi untuk mendidik anak-anak mereka. “Gan en semua Daai mama. Gan en juga kepada papa mama yang yakin kepada Tzu Chi. Kalian juga  memiliki kebijaksanaan karena telah memilihkan sebuah lingkungan yang dapat dipercayai untuk anak kalian belajar budi pekerti,” ucap Liu Su Mei menutup acara perpisahan kelas budi pekerti yang ke 19 tahun ajaran 2014 ini.


Artikel Terkait

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -