Menerima Alat Bantu Dengar, Kesunyian Nurzatifah Berakhir

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Tifah didampingi Nani (kakak) sedang mencoba alat dengar tipe BAHA yang didampingi oleh staf PT. Kasoem Hearing Center, relawan Tzu Chi, dan staf Misi Amal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Gangguan pendengaran bisa memberikan dampak yang negatif, diantaranya tidak mendengar bunyi/suara, komunikasi menjadi sulit, sehingga kesempatan untuk interaksi sosial menjadi terbatas, yang pada akhirnya kualitas hidup menjadi berkurang. Hal ini yang dialami oleh gadis remaja berusia 21 tahun, Nurzatifah biasa disapa Tifah, anak dari Bapak Syarif Muda Munte dan Ibu Sriyati yang keduanya bekerja sebagai tukang pijat. Tifah berhasil menggapai angan-angannya untuk bisa mendengar lagi setelah dia berusia 21 tahun.

Berkat jalinan jodoh yang baik antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, PT Kasoem Hearing dan Komunitas dokter THT. Kini Tifah sudah memakai alat bantu dengar tipe BAHA (Bone Anchored Hearing Aid) yang dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Tifah mengalami penyakit suspek otitis media supuratif kronis tipe bahaya telinga bilateral (infeksi telinga akut sejak 7 tahun lalu) yang merusak jaringan saraf telinga. Dia menceritakan kehilangan pendengaran telinga kanannya sejak kelas lima SD, artinya, getaran suara tidak pernah sampai ke koklea Tifah apalagi ke saraf pendengarannya.

Sinergi untuk Membantu Sesama

Aris Mahendra (National Sales Manager PT. Kasoem untuk wilayah Indonesia) sedang berbincang dengan Hendra relawan komunitas He Qi Barat 2 dan Surawati sebelum pemasangan alat bantu dengar tipe BAHA untuk digunakan oleh Tifah di PT. Kasoem Hearing Center Cikini Jakarta Pusat.

Pada pukul 10.00 Wib Tifah datang bersama Nani (kakak perempuan Tifah) ke PT. Kasoem Hearing center di Cikini Jakarta Pusat. Tifah dan Nanik diajak untuk masuk ke ruangan pemeriksaan dan menjelaskan cara pakai dan sekaligus mencoba alat bantu dengar tipe BAHA ini.

Aris Mahendra (National Sales Manager PT. Kasoem untuk wilayah Indonesia) menjelaskan ada beberapa alat teknologi pendengaran, tipe Alat Bantu Mendengar (ABM), tipe Implan koklea (Sebuah sistem yang mengembalikan sensitivitas pendengaran), dan tipe BAHA (Bone Anchored Hearing Aid) untuk pasien yang mengalami daun telingan mengecil, kelainan daun telingan tetapi lubang telinga tertutup (Atretia), dan penurunan kemampuan pendengaran (SSD). Aris menjelaskan alat ini (BAHA) sebagai alat pengantar gelombang suara melalui tulang sehingga pasien dapat mendengar suara.

Aris mengatakan PT. Kasoem sudah sering bersinergi dengan Yayasan Tzu Chi karena sudah beberapa kali bersinergi membantu orang yang membutuhkan alat bantu dengar. Aris mengutarakan bahwa dipilihnya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk bersinergi dengan PT. Kasoem Hearing Center ini karena Misi Tzu Chi dalam membantu orang jauh lebih mulia karena membantu dengan melihat jangka panjangnya.

“Tzu Chi tidak hanya membantu pada saat ini saja, tapi juga membantu kebutuhan keluarga pasien, seperti pendidikan pasien,” ujar Aris. Pasien-pasien yang sudah dibantu Tzu Chi yang sudah memasang implant atau BAHA jika saat itu sedang menjalankan pendidikan bisa mengajukan beasiswa karena Tzu Chi ingin melihat pasien yang dibantu alat pendengaran bisa meningkatkan prestasi mereka dalam bidang pendidikan.

Aris mengungkapkan sinergi PT. Kasoem dan Yayasan Tzu Chi sudah sejak 3 tahun lalu namun, intensitas kolaburasinya sejak 2 tahun ini karena banyak pasien-pasien yang membutuhkan Implan Koklea yang dibantu oleh Yayasan Tzu Chi. Hingga saat ini sudah tujuh pasien PT. Kasoem yang sudah dibantu oleh Yayasan Tzu Chi khususnya untuk alat pendengaran dan paling banyak pasien yang membutuhkan Implan Koklea.

Nurzatifah sendiri pasien kedua PT. Kasoem yang memakai alat tipe BAHA yang dibantu oleh Yayasan Tzu Chi. “Kami dari PT. Kasoem berharap tidak hanya pasien-pasien yang mengalami gangguan pendengaran saja yang bisa dibantu karena, pasien-pasien yang mengalami gangguan pendengaran ini juga mengalami gangguan penyerta seperti, gangguan mata, jantung dan lainnya,” ungkap Aris.

Jika ada pasien dengan gangguan pendengaran serta ada gangguan penyerta lainnya kita (PT. Kasoem) bisa informasikan kepada pasien untuk datang ke Yayasan Tzu Chi yang bisa membantu solusi untuk pengobatan lainnya. “Jadi, tidak hanya dari sisi pendengarannya saja Yayasan Tzu Chi bisa membantu alat pendengaran,” ujar Aris.

Akhirnya Tifah Menerima Alat Bantu Dengar

Tifah sedang mencoba alat Baha yang sedang disetting volume desibel oleh staf dari PT. Kasoem Hearing yang ditempelkan di tulang belakang telinga Tifah.

Tifah bersama relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2 pada 23 Maret 2022 menerima satu unit alat bantu pendengaran tipe BAHA berkat sinergi kemanusiaan antara Yayasan Buddha Tzu Chi, PT. Kasoem Hearing di Cikini Jakarta Pusat. “Saya merasa senang, saya seperti mimpi karena dari banyak orang, saya salah satu yang berharap bisa mendengar dan saya merasa seperti mimpi tidak menyangka tapi nyata,” ungkap Tifah.

“Saya kaget, bingung dan gembira ternyata kalo kita bicara itu, suara kita juga terdengar, selama ini kalau saya sedang bicara, saya nggak bisa dengar suara saya sendiri, nggak nyangka bisa secepat ini saya bisa mendapatkan alat BAHA ini,” ujar Tifah sambil menangis haru dan gembira.

Nurzatifah menceritakan kesulitannya ketika mengikuti proses belajar di sekolah. Sebelum pandemi di SMK dia berusaha untuk duduk di barisan paling depan agar bisa mengamati gerak bibir guru ketika menjelaskan. Namun, saat pandemi dan orang harus menggunakan masker Tifah merasa kesulitan untuk memahami penjelasan dari gurunya.

Begitupun saat ini Tifah manyandang sebagai mahasiswi di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Matraman Jakarta Pusat. Karena pandemi Covid-19 dan setiap orang diwajibkan memakai masker di dalam ruangan perkuliahan Tifah benar-benar tidak mendengar penjelasan dosen. Beruntung Tifah mempunyai beberapa sahabat di kampusnya yang sangat peduli dengan keterbatasannnya. Kawan-kawan kuliahnya ini mau merangkum penjelasan dosen dan disampaikan ke Tifah melalui pesan Applikasi Whatssapp.

Tifah menangis terharu ketika alat BAHA diaktifkan, Tifah langsung bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh staf dari PT. Kasoem.

Tifah juga mengungkapkan sebelum menjalani operasi pada bulan April 2021 tahun lalu di RSCM. “Sakitnya itu kalau di nilai dengan angka 1 hingga 10 sakitnya itu lebih dari 10 karena sakit sekali mulai dari wajah, rahang hingga belakang kepala sakit sekali. Dari sakit itulah Tifah mulai mengalami penurunan pendengaran.

Pada bulan April 2021 Tifah menjalani operasi di RSCM. Operasi ini sedikit ada kemajuan cairan yang keluar dari telinga kanan sudah tidak ada lagi. Tifah menjelaskan sebelum operasi telinga kanan Tifah seperti ada air, setelah menjalani operasi cairan tidak ada lagi.

Tifah mengungkapkan rasa syukur dan bahagianya ketika relawan Tzu Chi datang kerumah dan mengabarkan bahwa permohonan bantuan Tifah untuk alat bantu dengar tipe BAHA disetujui oleh Yayasan Tzu Chi.

“Allah sangat mengerti kalau saya sudah pasrah dengan penyakit ini, namun saya sangat yakin kalau Alllah itu tidak mungkin membiarkan hambanya tersiksa seperti saya,” ucap Tifah dengan berlinang air mata. “Saya selalu berdoa dan berusaha, Allah Swt pasti akan menolong asalkan kita mau berusaha,” lanjut Tifah.

“Saya dikenalkan dengan Yayasan Tzu Chi dari dr. Deni, komunitas THT untuk mencoba alat bantu dengar di PT. Kasoem. Saat itu saya pesimis, kakak saya dan ibu juga berpikiran hal yang sama karena tidak ada biaya untuk membeli alat itu,” cerita Tifah. Namun dr. Deni ini terus mensupport agar Tifah mau mencoba alat BAHA ini di Kasoem Cikini. “Hingga ketika saya datang ke PT. Kasoem Bapak Aries mencarikan solusi agar saya mengajukan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi,” tutur Tifah.

Setelah menggunakan alat BAHA ini Tifah ingin bekerja, ingin usaha apa saja sambil kuliah. “Sebelum pakai alat BAHA ini saya selalu takut beraktivitas, tegang untuk berinteraksi dengan orang. Setiap interaksi dengan orang pasti ada aja orang yang bantu, mereka mengira saya itu sombonglah,” ujar Tifah.

Alat bantu dengar tipe BAHA (Bone Anchored Hearing Aid) ini berteknologi sebagai pengantar gelombang suara melalui tulang di belakang daun telinga sehingga pasien dapat mendengar suara.

Tifah mengucapkan terima kasih sekali untuk keluarga besar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia atas bantuan yang sudah diberikan untuk Tifah. “Saya nggak bisa bilang apa-apa lagi selain berterima kasih dan bersyukur karena sudah sangat dibantu dan diberi perhatian, sehingga saya merasa seperti diri Tifah yang baru bisa mendengar sangat jelas. Semoga Allah mempermudah segalanya yang sedang dijalankan Yayasan Tzu Chi,” doa Tifah.

Saat ini Tifah tidak bisa membantu secara materi tetapi suatu saat nanti Tifah mau membantu atau berkontribusi untuk Yayasan Buddha Tzu Chi dalam misi kemanusiaan. “Saya mengajak saudara-saudara saya yang mengalami gangguan pendengaran seperti saya tidak usah bersedih, tetap semangat dalam menjalani kehidupan meskipun dalam ketakutan, takut gak dengar, takut gak ada yang bantuin tapi jalani saja dulu,” ajak Tifah. “Jangan jadikan kekurangan kita itu sebagai satu musibah. Justru kekurangan itu adalah anugerah dari Allah SWT, diri Tifah itu berharga di hadapan Allah SWT dan harus tetap menjalani aktivitas, jangan mudah menyerah," ujar Tifah.

“Saya terima kasih banyak kepada keluarga besar Yayasan Buddha Tzu Chi. Tanpa bantuan dari keluarga besar Yayasan Buddha Tzu Chi Tifah belum bisa denger mungkin,” ucap Sriyati sambil menangis.

Sriyati berharap Tifah menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk menggapai cita-cita. “Semoga dia bisa cepat kerja jangan seperti saya, ekonominya seperti ini, syukur-syukur dia bisa membeli rumah, semoga dia bisa bantu adiknya,” ucap Sriyati.

Mengembalikan Kemandirian Tifah

Aris Mahendra (National Sales Manager PT. Kasoem) beserta staf PT. Kasoem Hearing Center, relawan Tzu Chi, dan Tifah serta Nani bekesempatan untuk berfoto bersama setelah Tifah menerima satu unit alat bantu dengar tipe BAHA.

Hendra relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2 yang mendampingi pengajuan alat bantu dengar untuk Tifah mengatakan bahwa Tifah sangat mandiri namun karena terganggu oleh pendengaran percaya dirinya hilang.

“Pertimbangan Yayasan Tzu Chi membantu pembelian alat bantu dengar tipe BAHA karena Tifah ini selalu berprestasi di sekolah, mendapatkan beasiswa berkali-kali dari sekolah,” ucap Hendra.

Tzu Chi berharap dengan kecerdasan Tifah di Pendidikan kelak Tifah akan menjadi orang yang berguna bagi keluarganya dan masyarakat. Hal inilah banyak pertimbangan-pertimbangan sehingga membantu Tifah untuk mendapatkan alat bantu dengar tipe BAHA.

Hendra mengatakan bantuan untuk Tifah ini prosesnya sangat cepat. “Ini adalah jalinan jodoh baik Tifah dengan Tzu Chi. Mulai dari dokter di komunitas THT, datang ke Kasoem Hearing hingga datang ke Tzu Chi Center untuk mengurus pengajuan bantuan alat bantu dengar,” ujar Hendra.

Hendra berharap Tifah lebih semangat lagi dalam belajar dan seluruh angan dan cita-citanya tercapai. “Karena saya lihat Tifah itu sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Dia ingin cepat bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya dan berangan-angan ingin membelikan sebuah rumah untuk kedua orang tuanya,” ungkap Hendra.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Terus Mendampingi Deni yang Terkena Stroke

Terus Mendampingi Deni yang Terkena Stroke

09 November 2020

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang mengunjungi Deni, salah satu penerima bantuan Tzu Chi yang menderita Stroke. Kunjungan relawan pada 7 November 2020 sekaligus untuk melihat kondisi Deni yang terjatuh dan mengalami patah tulang di bahu kanan. 

Merasakan Cinta Rodiah untuk Via

Merasakan Cinta Rodiah untuk Via

29 November 2017

Setiap hari Rodiah harus mengurus cucunya, Alvia Bilqis Chairunisa (11). Mulai dari memandikan, menyuapi, dan lain sebagainya. Ia juga masih harus mengantarkan Via ke rumah sakit apabila cucunya mendadak kejang.

Landasannya adalah Berbakti Kepada Orang Tua

Landasannya adalah Berbakti Kepada Orang Tua

01 Oktober 2018
Shigu, lain kali tolong infokan ke saya ya. Saya mau ikut bersama teman-teman ke panti jompo” ujar Cindy Jonathan, siswi kelas XI SMA Cinta Kasih Tzu Chi kepada relawan Zhen Shan Mei. “Kenapa kamu mau ikut lagi?” tanyanya. “Karena dari kunjungan ke Panti Jompo, saya belajar bersyukur, jadi semakin sayang kepada mama dan papa,” jawab Cindy.
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -