Menerima Perubahan dengan Bijaksana

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

* Relawan medis Tzu Chi memeriksa dan mengecek kondisi mata Desi yang usai dioperasi sehari sebelumnya pada baksos kesehatan Tzu Chi di RS Harapan Bersama Singkawang.

Masih ingat dengan Desi dan Intan? Mereka adalah pasien bakos kesehatan Tzu Chi di RS Harapan Bersama yang operasi pada tanggal 23 Agustus. Keesokan paginya, 24 Agustus 2008, mereka datang ke RS Harapan Bersama, Singkawang, Kalimantan Barat untuk mendapatkan pengobatan lanjutan. Kerumunan orang yang hampir semua adalah pasien katarak yang akan mendapatkan pengobatan lanjutan, terlihat di luar dan dalam rumah sakit. Mereka sepertinya tak sabar untuk segera mendapatkan pengobatan dan dapat segera melihat. Desi dan Intan kemudian duduk di antrian. Intan mendapatkan giliran pertama. Saat kain kasa dan wadah plastik penutup matanya dibuka, relawan Tzu Chi segera bertanya berapa angka yang ia dapat lihat.

Satu meter, dua meter, dan akhirnya lima meter. Itulah jarak yang dapat dilihat dengan jelas oleh mata kiri Intan. Operasinya telah berhasil. Setelah selesai dengan Intan, kini giliran mata kanan Desi yang akan diperiksa. Setelah dibuka, relawan medis Tzu Chi segera bertanya berapa angka yang dilihatnya. Satu meter, ia dapat melihat dengan baik. Dua meter, ia tak berucap apapun. Demikian pula dengan jarak tiga meter. Seketika menyeruak kekhawatiran bahwa operasi yang dijalani oleh Desi tidak berhasil. Relawan medis segera mengecek berkas yang dipegangnya dan memeriksanya kembali. Pemeriksaan ulang dilakukan dan tetap hanya pada jarak satu meter saja Desi dapat melihat dengan baik.

Melihat kondisi Desi, relawan medis segera membawanya ke dokter spesialis mata di ruang pemeriksaan. Di sana ia duduk di sebuah bangku. Dagunya diletakkan di sebuah tempat yang tepat di depan matanya terletak sebuah lensa yang dapat bersinar. Dengan penuh kehati-hatian, dr Rita Murni, seorang dokter spesialis mata, segera memeriksa kondisi mata Desi. Dan benar saja, hanya satu meter saja mata Desi dapat melihat dengan baik. “Hanya bisa melihat sejauh satu meter saja karena syaraf matanya sudah rusak sejak kecil. Namun mata kirinya dapat terselamatkan jika kataraknya tidak terlalu parah,“ jelas dr Rita mengomentari kondisi penglihatan yang harus siap diterima oleh Desi seterusnya. Menerima kenyataan dengan hati yang lapang dan berharap kondisi mata kirinya tidak separah mata kanan tentu membutuhkan kelapangan hati, dan ini yang akan dialami oleh Desi.

foto   foto

Ket : - Suster Wenny memeriksa satu demi satu pasien katarak yang mendapatkan pengobatan lanjutan. Posturnya
            yang tinggi memudahkan para pasien mengikuti instruksi yang diberikan olehnya. (kiri)
         - Dr Rita Murni memeriksa mata kanan Desi. Karena kataraknya telah puluhan tahun dan syaraf matanya telah
            rusak, Desi kini hanya bisa melihat dengan jelas sejauh 1 meter. (kanan)

Baksos kesehatan Tzu Chi ke-51 di Singkawang kali ini tak lepas dari kepedulian dan kasih Victoria, pemilik RS Harapan Bersama. Ibu yang sudah 40 tahun berkecimpung di dalam bidang kesehatan ini beruntung memiliki 5 anak yang kesemuanya juga terjun di kesehatan. “Dari hati ke hati ingin membantu masyarakat miskin di Singkawang dan sekitarnya,” tuturnya saat ditanya mengapa berkenan bekerja sama dengan Tzu Chi. Ia juga bertutur bahwa kota Singkawang yang begitu kecil mendapatkan bantuan dari Tzu Chi. Mereka tidak hanya datang dari Singkawang, namun juga dari Pontianak, Sintang, Ketapang, Ngabang, Pemangkat, Sambas, dan Bengkayang. “Saat mendengar adanya bakti sosial, mereka segera buru-buru mendaftar ke rumah sakit. Sungguh pun hanya ungkapan terima kasih yang keluar dari mulut mereka, namun mereka selalu mengenang kebaikan baksos Tzu Chi ini,” ungkapnya panjang lebar.

Perubahan baik dan positif yang dilihat dan dirasakannya dalam baksos ke-51 adalah semakin tumbuh dan berkembangnya benih cinta kasih di Singkawang. Relawan Tzu Chi pun kini semakin bertambah. Jika dalam baksos sebelumnya tak banyak relawan Tzu Chi Singkawang yang terlibat, kini yang terlibat semakin banyak. Jika dahulunya mereka tak terlihat terjun langsung di lokasi baksos, kini mereka dengan aktif membantu terjun langsung.

foto   foto

Ket : - Relawan perempuan Tzu Chi Singkawang bagian konsumsi tengah menyiapkan makanan bagi para
            relawan, tim medis, serta para pasien dan keluarganya. (kiri)
         - Victoria Dyif, pemilik RS Harapan Bersama yang dengan penuh kasih bersumbangsih meminjamkan tempat
            bagi Tzu Chi melaksanakan bakti sosial kesehatan ke-51. (kanan)

Hal senada diungkapkan oleh Adi Prasetio, seorang relawan Tzu Chi Jakarta kelahiran Singkawang yang berharap suatu saat nanti akan segera berdiri kantor penghubung Tzu Chi di Singkawang. “Benih cinta kasih itu telah bersemi, tinggal menunggu saja kapan ia akan bersemai dan bertumbuhan,” tuturnya. Semoga benih cinta kasih Tzu Chi di Singkawang akan segera bersemi dan menyemaikan cinta kasih kepada mereka yang membutuhkan.

 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-143: Harapan Hidup yang Telah Lama Hilang Kini Sudah Kembali

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-143: Harapan Hidup yang Telah Lama Hilang Kini Sudah Kembali

02 Juli 2024

Tak cuma Yopi yang akhirnya terbebas dari belenggu katarak. Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-143 ini berhasil mengobati 87 pasien yang terdiri dari 83 pasien katarak dan 4 pasien pterygium.

Mari Menjaga Kebersihan diri dan Lingkungan!

Mari Menjaga Kebersihan diri dan Lingkungan!

03 Juli 2018
Melihat kondisi aktivitas MCK (mandi, cuci, kakus) Hatta dan keluarga, relawan Xie Li Kalimantan Tengah 5 yang berada di sekitar Perkebunan Tajur Beras tergerak untuk membantu Hatta mendirikan bangunan MCK yang layak dan tidak mencemari lingkungan.
Belajar Menghargai Diri Sendiri dengan Menjaga Kesehatan Tubuh

Belajar Menghargai Diri Sendiri dengan Menjaga Kesehatan Tubuh

08 November 2013 Dalam kelas budi pekerti itu, telah dijelaskan tentang manfaat hidup sehat dan kerugian apabila tidak hidup sehat. Selain itu juga dijelaskan gaya hidup sehat yang bisa dimulai dari hal-hal kecil.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -