Mengabadikan Keindahan Melalui Lensa Kamera

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari, Siladhamo Mulyono
 
 

foto
Salah seorang relawan yang menjadi peserta Lomba Foto Aula Jing Si tengah mengabadikan obyek-obyek yang ada di Aula Jing Si pada Minggu, 1 September 2013.

Master Cheng Yen berharap penampilan luar maupun dalam Aula Jing Si secara keseluruhan dapat menjadi tempat “Pembabaran Dharma Tanpa Suara”, agar setiap orang di dalamnya dapat langsung merasakan semangat ajaran Buddha serta budaya humanis Tzu Chi yang bernuansa pelatihan diri melalui pandangan mata dan sentuhan batin. Dengan demikian, Aula Jing Si diharapkan akan menjadi sebuah wujud yang dapat menyampaikan pesan-pesan melalui penampilannya. Mengisahkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan semangat Buddha serta dunia Tzu Chi.

Dari harapan Master Cheng Yen tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi melalui Tim 3 in 1 mengadakan kegiatan bertajuk lomba foto yang bertujuan untuk mengeksplorasi bagian-bagian dari Aula Jing Si sebagai tempat Pembabaran Dharma Tanpa Suara. Selain itu, Hadi Pranoto yang merupakan ketua panitia penyelenggaraan lomba ini juga menuturkan bahwa tujuan lain adalah untuk memberikan pengertian lebih dalam kepada para peserta, baik relawan maupun peserta umum mengenai Aula Jing Si. “Dalam kegiatan ini kita tidak hanya sekadar melakukan perlombaan foto, tapi kita ingin membawa mereka lebih mengerti tentang Aula Jing Si khususnya untuk para relawan, sedangkan untuk para peserta umum ini merupakan suatu jalan yang kita buka bagi mereka untuk menjalin jodoh sebagai relawan,” ujar Hadi Shixiong.

Kegiatan lomba yang dilaksanakan pada 1 September ini diikuti oleh 135 peserta yang merupakan gabungan dari relawan dan juga peserta umum. Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei dalam sambutannya menyambut baik para peserta yang ikut serta dalam kegiatan ini. Liu Su Mei juga memberikan pesan bahwa pengambilan foto juga harus berdasarkan pada budaya humanis Tzu Chi yang tidak melupakan unsur Zhen (Kebenaran), Shan (Kebajikan), dan Mei (Keindahan). “Gedung Aula Jing Si terlihat seperti gedung yang megah sekali, namun dibalik itu gedung ini merupakan suatu benda mati namun dia bisa menjelaskan sesuatu yang ada, yang terkandung di dalam gedung ini. Di sini juga merupakan tonggak atau gagasan di mana semangat Tzu Chi itu berada.”

foto  foto

Keterangan :

  • Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan motivasi kepada para peserta (relawan dan masyarakat umum). ). “Gedung Aula Jing Si terlihat seperti gedung yang megah sekali, namun dibalik itu gedung ini merupakan suatu benda mati namun dia bisa menjelaskan sesuatu yang ada, yang terkandung di dalam gedung ini. Di sini juga merupakan tonggak atau gagasan di mana semangat Tzu Chi itu berada (kiri).
  • Agus Hartono Shixiong, Kepala Divisi 3 in 1 (Media Cetak) membawakan materi budaya humanis Tzu Chi. Saat itu ia juga mencontohkan salah satu foto yang berhasil menerapkan budaya humanis Tzu Chi dalam kegiatan pembagian beras yang diambil oleh salah seorang fotografer Media Cetak Tzu Chi (kanan).

“Saya berharap pada acara hari ini shixiong-shijie sekalian bisa menangkap apa yang ada di dalam setiap bangunan yang ada di setiap ruangan di gedung ini karena di setiap bangunan ini mereka memaparkan sesuatu dengan tanpa suara. Dengan kata lain, di dalam gedung inilah mengandung semangat-semangat Tzu Chi yang harus Shixiong-Shijie sekalian bisa menangkapnya,” tambahnya.

Foto Berbudaya Humanis
Sebelum melakukan perlombaan, peserta diberikan beberapa pengenalan tentang Tzu Chi, salah satunya adalah budaya humanis. Apabila berbicara mengenai Tzu Chi maka kita tidak akan lepas dari budaya humanis yang tecermin pada setiap relawan. Begitu pula dengan apa yang ingin diwujudkan dalam kegiatan lomba foto ini. Para peserta digiring untuk mengetahui bagaimana foto dapat melukiskan budaya humanis dari Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta dengan tekun mengikuti kegiatan Sosialisasi Tzu Chi sebelum lomba agar mereka lebih memahami tentang Aula Jing Si. William dan istrinya, Salah satu peserta, merasa bahwa untuk mendokumentasikan obyek humanis itu tidak semudah yang dibayangkannya. "Ini merupakan hal baru dan akhirnya mengetahui kalau ada ya organisasi seperti ini. Walaupun gedung ini besar, tapi saya merasakan bahwa gedung ini humble, dan seperti ingin mendekatkan diri,” ungkapnya (kiri).
  • Para jurnalis di Tim Media Cetak Tzu Chi juga menampilkan budaya humanis Tzu Chi (isyarat tangan). Dengan penuh kesungguhan mereka berlatih untuk dapat memberikan penampilan yang terbaik (kanan).

Salah satu peserta, William Gunawan, yang duduk di barisan paling depan dalam sosialisasi awalnya menganggap bahwa menghasilkan foto yang berbudaya humanis itu mudah. Namun pada saat praktik, dia merasa sangat sulit untuk ‘menjepret’ momen yang ‘humanis’ tersebut. “Mungkin bagi relawan ini merupakan hal biasa, namun untuk peserta umum, ini merupakan hal baru dan akhirnya mengetahui kalau ada ya organisasi seperti ini. Walaupun gedung ini besar, tapi saya merasakan bahwa gedung ini humble, dan seperti ingin mendekatkan diri,” ungkap William yang datang bersama istri, teman dan keluarganya.

Hal senada juga dirasakan oleh Tonny Wijaya, peserta umum yang telah tiga kali mengikuti perlombaan foto di event lain. Dalam lomba yang diselenggarakan Tzu Chi, dia merasakan banyak hal yang berbeda yang membuatnya penasaran untuk mengenal Tzu Chi secara lebih dalam, “Kegiatan ini bagus, karena selain lomba foto, saya juga menjadi lebih tahu Tzu Chi dan latar belakang segala macam. Jadi bukan hanya fokus pada lomba, tapi juga mengenalkan apa itu Tzu Chi. Sebenarnya saya sudah ingin jadi relawan yang membantu foto-foto.” Tonny juga menambahkan bahwa gedung yang terlihat megah ini dipenuhi dengan keramahan dan kekeluargaan yang membuatnya kagum.

foto  foto

Keterangan :

  • Ada sebanyak 135 peserta yang mengikuti kegiatan Lomba Foto ini, terdiri dari kalangan relawan Tzu Chi, karyawan di unit-unit Tzu Chi, dan masyarakat umum (kiri).
  • Berbagai cara dilakukan oleh para peserta untuk mendapatkan gambar-gambar terbaik di lingkungan Aula Jing Si. Para peserta juga menerapkan budaya humanis dalam kegiatan ini, dimana 'kejujuran, sopan santun, dan etika' menjadi hal yang ditonjolkan dalam kegiatan ini (kanan).

Menambah Barisan Pencatat Sejarah Tzu Chi
“Kegiatan ini bagus banget, karena selain Aula Jing Si bisa semakin dikenal oleh masyarakat, kita juga berharap semakin banyak orang yang memahami  Tzu Chi, terutama dari misi budaya humanisnya,” ujar Erli Tan Shijie, salah satu Relawan 3 in 1 mengomentari kegiatan lomba foto ini.

“Mudah-mudahan dengan adanya acara ini, barisan 3 in 1 di Tzu Chi ini semakin panjang, sehingga kita tidak perlu takut untuk kekurangan 3 in 1 untuk mendokumentasikan semua kegiatan. Karena Master Cheng Yen bilang kalau semua kegiatan akan disimpan dan menjadi sejarah Tzu Chi sehingga kita semua bisa saling bekerja sama,” kata Yoppie Budianto Shixiong, relawan Tzu Chi yang menjadi peserta lomba.

Seperti yang Master Cheng Yen katakan, setiap relawan Tzu Chi merupakan relawan 3 in 1. Jadi dalam kegiatan apapun, misalnya dalam surveI kasus mestinya mereka sendiri yang bisa merasakan, yang bisa menulis cerita, karena mereka yang lebih memahami dan merasakan dari apa yang mereka lakukan. Menyambut dengan hangat apabila ada relawan yang bergabung dengan barisan 3 in 1.

  
 

Artikel Terkait

Pariaman, Sum-Bar: “Demi Saudara Kita”

Pariaman, Sum-Bar: “Demi Saudara Kita”

12 Oktober 2009
Warga Sungai Langkok gembira menerima kupon sembako dari Tzu Chi. Selama ini mereka telah menerima bantuan tapi tidak merata karena diberikan secara swadaya oleh masyarakat ataupun warga yang merantau.
Saya Bisa Berkata Baik

Saya Bisa Berkata Baik

24 November 2015

Pada 15 November 2015, Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban kembali diadakan di Kantor Tzu Chi Pekanbaru. Sebanyak 20 xiao pu sa mengikuti kelas bertemakan “Saya Bisa Berkata Baik” ini.

Study Tour ke Aula Jing Si

Study Tour ke Aula Jing Si

23 Desember 2013 Dalam kurikulum pendidikan setiap Sekolah Dasar di Jakarta wajib memiliki kurikulum study tour tentang pengenalan Jakarta. Dan berhubung Tzu Chi Indonesia memiliki gedung sebagai bagian dari budaya kemanusiaan, maka sejak pertengahan tahun 2013 siswa-siswi Sekolah Dasar Cinta Kasih rutin mengadakan study tour ke tempat ini.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -