Mengabdi untuk Masyarakat
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
|
| ||
Keselamatan yang Utama Bahkan, Djoni juga beberapa malam sempat tidak tidur ketika curah hujan di Manado terus turun beberapa waktu lalu pascabencana banjir bandang. “Kalau hujan pagi sampai malam, kalau situasi tidak memungkinkan, kita harus stand by, memonitor dengan teman-teman dan menanyakan informasi cuaca dan hujan. Begitu harus perlu kewaspadaan saya harus turun ke lapangan,” terangnya. Sampai saat ini, keluarga Djoni masih menumpang di rumah salah satu familinya yang tak jauh dari situ. “Pertama kita amankan dulu keluarga ke tempat yang aman, dari sisi makan-minumnya dan tempat tidur, setelah itu saya balik ke aktivitas saya sebagai kepala lingkungan agar tidak berbenturan dengan kepentingan keluarga,” ujarnya. Djoni hingga kini tidak tahu sampai kapan harus mengungsi. Ia tetap bertekad untuk dapat membangun kembali istana keluarganya. “Hanya waktunya yang harus kita lihat, dan kedua kita perlu dana (mengumpulkan), misalnya kebutuhan bahan bangunan,” terangnya.
Keterangan :
Djoni masih mengingat betul kejadian yang terjadi pada tanggal 15 Januari lalu. Begitu mengetahui jika banjir bandang akan melanda Kota Manado, suami dari Susan Kaunang (37) ini pun segera bergerak cepat. Djoni yang mendapat informasi dari rekan sejawatnya segera menyebarkan informasi ke warga. Berkat jerih payahnya itu maka di lingkungannya tidak ada korban jiwa. “Kta harus pikirkan nyawa, utamakan manusia. Memang ada orang yang berpikir yang penting harta benda, tetapi bagi saya yang terpenting adalah nyawa manusia,” tegasnya. Jadi meski harta benda banyak hilang, menurutnya masyarakat harus cepat bangkit dari keterpurukan. “Masyarakat Manado membutuhkan pendampingan untuk memulihkan kehidupan,” ujarnya. Karena itulah Djoni sangat bersyukur dengan kehadiran insan Tzu Chi di Manado, khususnya di wilayah Kelurahan Tikala Baru. “Kehadiran Tzu Chi ini memberikan semangat kita pascabencana. Kita harus punya kekuatan dan kemampuan untuk membangun kembali lingkungan dan rumah tinggal kita,” terangnya. Djoni yang sejak awal bersama-sama insan Tzu Chi melakukan kegiatan survei pembagian kompor dan juga Program Solidaritas dan Kerja Bakti merasa jika relawan Tzu Chi begitu tulus dalam membantu dan mendampingi warga. “Tzu Chi datang dengan hati, dengan tim yang betul-betul solid, datang untuk membangun kembali. Semangat kebersamaan ini yang harus kita pakai dan praktikkan di Manado,” tandasnya.
Keterangan :
Memberi Pelayanan Terbaik Tak heran waktunya 90% dialokasikan untuk melayani masyarakatnya, mulai dari pendataan warga yang terkena bencana, hingga menjadi “jembatan penghubung” antara relawan Tzu Chi dan masyarakat. Eva merasa sangat bersyukur dengan kehadiran relawan Tzu Chi untuk ketiga kalinya di wilayahnya. “Dua hari (27-28 Februari 2014-red) ini sudah membantu kami membersihkan saluran air, sebagai lurah sangat terbantu sekali. Masyarakat Tikala Baru belum pulih benar dari sisa-sisa banjir. Dengan program ini membantu kami dalam membersihkan saluran air, sehingga terlihat kemajuan dan kebersihan di kantor kelurahan,” ungkapnya. Di waktu yang sama relawan dengan dibantu warga setempat juga membersihkan dan mengecat balai kelurahan Tikala Baru.
Keterangan :
Bagi Eva relawan Tzu Chi ibarat para malaikat yang datang membantu mereka bangkit dari keterpurukan. “Saya sebagai pemerintah (lurah) merasa benar-benar sangat berterima kasih yang sedalam-dalamnya,” ujarnya, “bantuan yang diberikan sangat berpengaruh besar kepada masyarakat kami. Kami diberi semangat, diberi kekuatan untuk membangun dari keterpurukan. Tiga kali berturut-turut membantu masyarakat terlihat sekali perubahan-perubahan yang terjadi.” Karena itulah di akhir kehadiran insan Tzu Chi pada tanggal 1 Maret 2014, Eva dan warga berinisiatif membuat sebuah acara “Malam Kebersamaan”, dimana warga menjamu relawan Tzu Chi dengan menyediakan makanan vegetarian. Ada lebih dari 20 jenis makanan yang semua bahan dan proses pembuatannya merupakan sumbangsih warga secara pribadi. “Ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kami sebagai warga masyarakat Tikala Baru, kami merasa kami sudah menyatu dengan Yayasan Buddha Tzu Chi,” terang Eva. Eva menyatakan kesediaannya untuk mendukung keberadaan Tzu Chi di Manado. ”Kita sudah melihat dan merasakan sendiri apa yang dilakukan Tzu Chi ini,” tegasnya. Secara pribadi Eva mengaku sulit berpisah dengan insan Tzu Chi karena keakraban yang sudah terjalin di antara mereka. “Yayasan (Tzu Chi) ini hampir sama dengan prinsip-prinsip orang Manado, torang (kita-red) tidak pandang dari mana dan siapa, semua bersaudara. Tidak pandang orang kaya dan miskin, semua sama bagi kami,” ungkapnya. | |||
Artikel Terkait
Dari Sampah, Menjadi Karya
21 Februari 2019Menemukan Sukacita Dhamma
06 September 2016Kaki Prostetik Membuat Hari-Hari Siti Jadi Lebih Baik
05 Oktober 2023Siti Komariah tak menyerah karena amputasi kaki. Ia membuktikan bahwa dengan semangat, hidup tetap akan bisa dijalaninya dengan baik walau dengan satu kaki. Kini, semangatnya itu bertambah besar karena Tzu Chi memberikan bantuan kaki palsu untuknya.