Mengajak Para Lanjut Usia Mengenal Aula Jing Si

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)

doc tzu chi

Agus Rijanto Suryasim, komite senior Tzu Chi menjelaskan foto-foto yang berada di Exhibition Hall kepada para peserta tur dari umat gereja Santo Yoseph Matraman.

Sebuah gedung kokoh yang penuh makna telah berdiri. Sebuah bangunan yang dapat mengisahkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan semangat Buddha dan dunia Tzu Chi. Sebuah bangunan yang dapat merekam dan mewariskan jejak sejarah cinta kasih Tzu Chi kepada generasi masa depan. Tzu Chi Center yang terletak di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, sebuah bangunan yang dapat menghadirkan semangat pengabdian diri yang penuh welas asih dan cinta kasih dari para insan Tzu Chi yang berlandaskan rasa empati yang mendalam.

Untuk mengenal lebih dalam dan lebih dekat tentang Tzu Chi, Tan Guan Nio (69) mengajak  83 umat gereja Santo Yoseph Matraman berkunjung ke Tzu Chi Center, Sabtu, 17 Juni 2017. Umat gereja ini berasal dari komunitas Adi Yuswo atau lebih dikenal dengan komunitas para lanjut usia, yang terbentuk sejak empat tahun silam.

Semangat Guan Nio, panggilan akrabnya, mengajak para lanjut usia itu dalam wadah komunitas yang dihimpunnya agar para lansia memiliki kegiatan di masa tua. Walau sudah usia senja, mereka masih berpikir bahwa mereka masih bermanfaat bagi orang lain.

Kekaguman terhadap Tzu Chi juga dirasakan oleh Robertus Bambang Sartono (paling kiri depan),  menjadi semangatnya untuk lebih bersumbangsih dan berkegiatan sosial bagi banyak orang.

“Berlandaskan pada cinta kasih, memiliki rasa simpati, tetapi juga berempati.” ujar Guan Nio, yang juga seorang aktivis organisasi seperti komunitas senam, komunitas angklung, dan komunitas dekorasi.

“Tujuan utama terbentuknya wadah lanjut usia ini adalah selain menghibur para lanjut usia, juga mengajarkan mereka tentang kebajikan (dalam usia tua), cara menghadapi masa usia tua, cara menghadapi kematian melalui pembicara (undangan pembicara).” jelas Tan Guan Nio.

Jalinan Jodoh Tujuh Tahun Silam

Tujuh tahun silam adalah awal jalinan jodoh Tan Guan Nio dengan Tzu Chi. Kala itu, dia diajak oleh Teguh, Ketua Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) dari Gereja Katolik Santo Yoseph Matraman dalam acara kunjungan studi banding yang dilaksanakan di Tzu Chi Center. Masa itu, Tan Guan Nio adalah salah satu anggota yang bertugas untuk membantu anak-anak yang putus sekolah untuk bekerja di supermarket.

Kekaguman atas cinta kasih para insan Tzu Chi yang terus bersumbangsih membuat Guan Nio mau kembali berkunjung ke Tzu Chi Center ini. Banyak pembelajaran yang didapatkannya dari tur aula Jing Si kali ini. Banyak moment dokumentasi di setiap lorong Tzu Chi Center, diabadikannya dalam bentuk foto. Kata perenungan Master Cheng Yen yang inspiratif juga didokumentasikannya dalam bentuk foto.

“Cinta kasih universal para insan Tzu Chi, pelayanan terhadap orang lain adalah tulus dalam hati. Kedisplinan dalam setiap tindakan, kepedulian terhadap lingkungan untuk melindungi bumi, bersimpati juga berempati dan kemandirian. Adalah serangkaian hal yang terlihat mudah tetapi sangatlah susah untuk dijalankan. Semua ini merupakan tujuan utama saya agar para lanjut usia merealisasikannya dalam usia tua mereka. Bukan keluhan bahwa usia tua tidak bisa berbuat kebajikan untuk diri sendiri juga orang lain,” imbuh Guan Nio.

Tak lupa Guan Nio juga mengajak para lanjut usia selalu tersenyum bagi orang banyak dan selalu bersemangat dalam bertindak terutama memupuk kebajikan. “Anggap saja touring ini adalah jalan-jalan bersama para lanjut usia,” tutupnya.

Agus Rijanto Suryasim memperkenalkan salah satu produk Jing Si kepada Tan Guan Nio (berbaju oranye, syal pink) beserta peserta lainnya.

Salah satu peserta tur merasa kagum terhadap product Jing Si yang berbahan dasar barang daur ulang.

Kekaguman terhadap Tzu Chi juga dirasakan Robertus Bambang Sartono (67), seorang aktivis gereja, juga aktivis komunitas lanjut usia. Selama ini Ia mengenal Tzu Chi melalui DAAI TV. Rasa penasaran tentang Tzu Chi, seperti kegiatan amal sosial yang dijalankan insan Tzu Chi Indonesia maupun Tzu Chi sedunia, akhirnya terjawab dalam tur aula Jing Si.

“Saya ingin menggali lebih dalam untuk menambah wawasan tentang Tzu Chi. Cinta kasih universal Tzu Chi tidak memandang agama, suku, ras. Ini menarik perhatian bagi saya.” kata Robertus Bambang Sartono.

Baginya ajaran cinta kasihlah yang mendorongnya dan para lanjut usia untuk saling berkomunikasi dan saling berbagi kasih antar para lanjut usia. “Selama ini, apa yang sudah saya lakukan itu ternyata hanya sebagian kecil dari apa yang saya lihat dari dokumentasi dalam Aula Jing Si ini. Ini menjadi semangat saya untuk lebih bersumbangsih dalam berkegiatan sosial bagi banyak orang. Kebersamaan dalam cinta kasih ini menjadi inspirasi dan menarik bagi saya,” pungkas Bambang Sartono.    

Keingintahuan Sri Setianingsih (68) tentang Tzu Chi, juga telah terjawab setelah ikut dalam touring ini. “Cinta kasih dan kepedulian untuk menolong orang susah.” ungkap Sri Setianingsih terhadap Tzu Chi.

Walau telah menginjak lanjut usia tidak membuat peserta lansia patah asa dalam mengikuti touring. Rasa senang terpancar di setiap wajah peserta membuat insan Tzu Chi terus bersemangat dalam menemani mereka. Tak lupa di akhir touring, peserta lansia bersama insan Tzu Chi mengabadikan momen ini melalui foto bersama di tangga seribu Tzu Chi.

Editor: Khusnul Khotimah   


Artikel Terkait

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -