Mengajar dengan Budaya Humanis
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto Para guru diajarkan bahasa isyarat tangan (shou yu) dan merangkai bunga sebagai bagian dari budaya humanis Tzu Chi. |
| ||
Ia juga menerangkan agar para guru memiliki kasih sayang yang tulus kepada anak didiknya agar para orangtua merasa tidak khawatir menyerahkan anak-anaknya untuk dididik. Sebab bagi orangtua anak adalah anugerah yang terbesar, oleh karena itu membuat keseimbangan antara kasih guru dan orangtua akan menghasilkan anak-anak yang baik. Lebih lanjut Zhou Qiu Ju menjelaskan bagaimana para guru di Sekolah Tzu Chi Taiwan mengajarkan prinsip moral melalui 5 tahapan, yaitu pengalaman, cerita, filosofi, perenungan, dan praktik. Melalui pengalaman biasanya para murid diajak dalam sebuah permainan mengalami tentang sesuatu-wajahnya ditutup dengan kain seolah menjadi orang tunanetra. Tahap berikutnya adalah mendengarkan perasaan dari murid-murid tentang pengalamannya menjadi tunanetra dan guru menjelaskannya menggunakan Kata Perenungan Master Cheng Yen. Dengan demikian murid-murid akan melakukan perenungannya sendiri dan dapat langsung menerapkannya sebagai pengalaman batin.
Keterangan :
Oleh karena itu, Zhou Qiu Ju menekankan, bahwa peran dan figur para guru menjadi penting tatkala perilaku baik menjadi tujuan yang hendak dicapai. Di Sekolah Tzu Chi guru tak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai teladan bagi murid-muridnya. "Melalui pelatihan ini guru-guru juga berlatih berbaris, bagaimana cara duduk yang benar, makan yang benar, dan berbicara yang benar. Karena pada dasarnya para guru adalah contoh model dari murid-muridnya. Jadi pembekalan inilah yang harus dimengerti oleh para guru. Kalau para guru sudah mengerti lebih dalam, maka ia akan lebih mudah mengajar murid-muridnya melalui contoh," terang Caroline Widjanarko Principal Primary Sekolah Tzu Chi (Kepala Sekolah SD). Mengembangkan Kreativitas
Keterangan :
Iing juga menjelaskan kalau etiket yang diberikan tentunya tidak membatasi kreativitas anak, tapi lebih merupakan pemahaman yang mengajarkan seorang anak agar dapat bersikap dan berperilaku sesuai pada situasi dan kondisi lingkungan. Pada hari itu selain dijelaskan mengenai materi pengajaran menggunakan kata perenungan, para guru juga diajarkan merangkai bunga. Maka sebanyak 50 guru yang hadir terlihat antusias memerhatikan seorang guru Sekolah Tzu Chi Taiwan dalam merangkai bunga. Kegiatan merangkai bunga ini juga bertujuan agar para guru bisa menyampaikan pesan cinta lingkungan yang dituangkan dalam seni dan kreativitas. Sebab dalam seni merangkai bunga para murid nantinya diajarkan untuk memanfaatkan barang daur ulang sebagai media hias. Materi merangkai bunga adalah sesi terakhir dari pelatihan hari itu. Setidaknya pelatihan yang diadakan selama 2 hari telah memberikan pemahaman kepada para guru akan visi dan misi Tzu Chi serta cara mengajar yang diharapkan di Sekolah Tzu Chi. “Melalui pelatihan ini guru-guru yang berasal dari berbagai latar belakang dapat memahami visi dan misi Tzu Chi. Tujuannya tak lain agar mereka lebih siap untuk membangun kekompakkan dan menyerap budaya humanis Tzu Chi,” jelas Caroline.
| |||
Artikel Terkait
Berbagi Kasih di Bulan Ramadan
20 Maret 2024Menyambut Hari Raya Idul Fitri, relawan Tzu Chi Medan memberikan bantuan 500 paket sembako kepada warga di Bakti 2 Desa Sekip Lubuk Pakam, Kab. Deli Serdang. Setiap paket berisi beras (10 kg), sirup (2 botol), dan minyak goreng (1,8 liter).