Mengalang Hati Welas Asih

Jurnalis : Iea Hong (He Qi Utara), Fotografer : Iea Hong (He Qi Utara)

fotoDalam sosialiasi calon relawan ini, relawan Tzu Chi memeragakan isyarat tangan yang berjudul "Satu Keluarga".

 

 “Hati yang penuh dengan cinta kasih, membangkitkan kekuatan tidak terhingga ; Berikrar untuk bersumbangsih, maka tidak akan ada hal yang tidak berhasil dilakukan.” (Kata Perenungan Master Cheng Yen)

 

 

 

 

Pada dasarnya setiap manusia memiliki hati Buddha, yaitu hati yang penuh cinta kasih dan welas asih, tetapi karena berbagai kesulitan, baik karena pekerjaan, kondisi kesehatan, dan berbagai kendala lainnya membuat kita sulit untuk menunjukkan cinta kasih dan welas asih kita. Terkadang kita ingin bersumbangsih,  tetapi kita tidak menemukan tempat yang tepat untuk bersumbangsih dan lebih seringnya kita tidak tahu harus memulai dari mana?

Namun saat ini Master Cheng Yen telah membuka lahan yang sangat baik bagi kita untuk dapat mengekspresikan cinta kasih dan welas asih kita melalui Yayasan Buddha Tzu Chi. Inilah mengapa saat setiap awal bulan di hari Sabtu pertama, Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di ITC Mangga Dua Lt. 6 Jakarta selalu dipenuhi oleh masyarakat dari berbagai latar belakang yang ingin mendaftarkan diri untuk menjadi relawan.

Demikian yang terlihat pada siang hari itu (Sabtu, 10 September 2011). Sosialisasi calon relawan yang dimulai sejak pukul 1 siang ini diikuti oleh 25 orang calon relawan yang berasal dari berbagai latar belakang. Untuk acara sosialisasi kali ini acara dikoordiniir oleh relawan dari komunitas Jelambar. Yang menjadi koordinator lapangan kali ini adalah Hendri Shixiong dengan didampingi oleh para relawan dari komunitas Jelambar sebanyak 12 orang.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 25 orang calon relawan hadir untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Yayasan Buddha Tzu Chi. (kiri)
  • Sosialisasi calon relawan ini rutin diadakan di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia setiap hari Sabtu di awal bulan (minggu pertama). (kanan)

Sosialisasi kali ini dimulai tepat pukul 1 siang. Acara dimulai dengan pemutaran film dokumentasi tentang Tzu Chi dan dunia Tzu Chi, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang Tzu Chi Indonesia yang dibawakan oleh Hendri Shixiong. Tidak ketinggalan di sela-sela acara ditampilkan juga budaya humanis Tzu Chi yang selalu menghiasi setiap kegiatan Tzu Chi, yaitu peragaan isyarat tangan (shou yu) yang dibawakan oleh para relawan dan diikuti oleh para calon relawan. Walaupun masih terlihat kaku karena baru pertama kali memeragakan gerak isyarat tangan, tetapi para calon relawan terlihat cukup antusias mengikuti setiap gerakan para relawan di depan panggung.

Dari Penerima Bantuan Terinspirasi Menjadi Relawan
Salah satu calon relawan kali ini bernama Bapak Efendi. Dalam linangan air mata, ia menceritakan bahwa sebelumnya ia merupakan keluarga penerima bantuan pengobatan Tzu Chi. Istrinya terserang kanker dan mengharuskannya untuk menjalani pengobatan yang cukup mahal, sedangkan keluarganya bukanlah keluarga yang berada. Sampai saat ini di usianya yang sudah lebih dari 60 tahun, ia tetap bekerja sebagai tukang ojek walaupun ia juga mengalami ketidakleluasaan menggerakkan tangan kanannya.

Kini sudah 4 bulan ia menjalani hidupnya tanpa didampingi sang istri yang telah meninggal dunia. Ia bertekad untuk membalas kebaikan yang telah diterimanya selama ini dengan ikut bersumbangsih sebagai relawan Tzu Chi. Inilah yang membuatnya mau mengikuti sosialisasi calon relawan baru. Ia pun  sudah pernah ikut membantu di beberapa kegiatan amal di bawah bimbingan Johny Shixiong relawan He Qi Barat. Dengan mengikuti sosialisasi kali ini, ia berharap dapat lebih banyak lagi bersumbangsih setelah terdaftar secara resmi sebagai relawan. Ia merasa usianya sudah cukup tua, dan kehidupannya pun tidak tahu berapa lama lagi, maka ia pun bertekad untuk dapat ikut bersumbangsih semaksimal mungkin dengan sisa waktu yang ada.

Lain lagi dengan Rudi Mulia yang tinggal Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah menonton DAAI TV Indonesia dan mendengarkan program “Lentera Kehidupan” yang ditayangkan setiap hari pada pukul 8 malam, ia pun langsung tertarik dengan ajaran yang disampaikan oleh Master Cheng Yen.  Setelah mendengarkan cukup banyak ajaran yang disampaikan oleh Master Cheng Yen, ia merasa sudah saatnya untuk mengamalkan apa yang telah diperolehnya saat ini dalam kehidupan nyata. Hal ini pun membuatnya datang mendaftarkan diri untuk menjadi relawan Tzu Chi, dan berharap bisa menerapkan semua teori yang telah diperolehnya dalam tindakan nyata.

  
 

Artikel Terkait

Bukan Siapa, Tetapi Apa yang Dilakukan

Bukan Siapa, Tetapi Apa yang Dilakukan

29 Agustus 2009 Pada hari itu, sebanyak 25 siswa Taman Kanak-kanak Little Rainbow dan 55 siswa dari Sekolah Ehipassiko mengunjungi posko daur ulang guna mempelajari apa yang dinamakan pelestarian lingkungan.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131: Sebuah Kehormatan Dapat Membantu Sesama Melalui Kegiatan Kemanusiaan

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131: Sebuah Kehormatan Dapat Membantu Sesama Melalui Kegiatan Kemanusiaan

28 Juni 2022

Bagi Ipda Irwan, menjadi seorang koordinator pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 merupakan sebuah kehormatan dan kebanggaan karena ia bisa membantu sesama. “Di sini banyak warga saya, banyak masyarakat dari daerah saya, yang saya bisa membantu," ujarnya.

Melindungi Bumi dengan Bervegetarian

Melindungi Bumi dengan Bervegetarian

25 September 2012 Selama tiga hari berturut-turut, para Bodhisatwa Tzu Chi Pekanbaru menjalin jodoh baik dengan masyarakat melalui acara makan siang vegetarian bersama. Masakan yang dipersiapkan oleh relawan sebagian telah dimasak di rumah mereka masing-masing.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -