Mengasah Hati Sehingga Seperti Cermin
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Juliana Lie (Tzu Chi Medan)Tujuh puluh orang relawan Tzu Chi Tebing Tinggi menghadiri acara Sharing Session untuk sama-sama mendengarkan Dharma dari Master Cheng Yen dan berbagi kesan setelah menontonnya. |
| |
Dengan umurnya yang masih muda, wilayah Tebing Tinggi masuk sebagai bagian Xie Li 6 di dalam Hu Ai Medan yang diketuai oleh Wardi Shixiong. Para relawan Xie Li Tebing Tinggi tidak kenal lelah untuk datang ke Kantor Tzu Chi Medan yang berjarak hampir 1 jam lebih dari tempat mereka, untuk belajar dan meminta saran. Xie Li Tebing Tinggi sendiri sudah mulai menerima pasien bantuan pengobatan khusus dan menjalankan kegiatan-kegiatan Tzu Chi. Pada tanggal 17 Maret 2010, 10 orang relawan Tzu Chi Medan menuju ke Tebing Tinggi untuk mengadakan acara Sharing Session di salah satu perumahan di Komplek Tebing Indah Permai. Acara tersebut dihadiri oleh 5 orang komite, 13 orang biru putih, 19 orang abu putih dan 11 relawan rompi. Acara tersebut dimulai pada pukul 20.00 WIB dan berakhir pada pukul 22.00 WIB. Acara yang dipersiapkan dan dikoordinasikan dengan baik oleh Sese Shijie yang bertanggung jawab di bagian kegiatan, berjalan lancar. Semua relawan Xie Li Tebing Tinggi hadir tepat waktu dan sangat rapi. Ini menunjukkan semangat mereka yang besar terhadap Tzu Chi. Selaku pembawa acara Leo Shixiong menjelaskan, “Acara ini bertujuan agar kita bisa bersama-sama mendengarkan ceramah Master Cheng Yen dan menyerapnya. Kemudian kita lakukan sharing, sehingga kita nantinya lebih paham akan Tzu Chi itu sendiri dan memperkaya batin.” Ceramah Master Cheng Yen yang pertama bertajuk Ladang Pelatihan Spiritual yang menceritakan kisah hidup Bapak Hu (76 tahun) yang mempunyai 4 orang anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Siapa sangka semenjak dilahirkan, anak laki-laki satu-satunya ini menderita keterbelakangan mental dan sekarang salah satu kakinya harus diamputasi karena penyakit diabetes. Beban penderitaan ini diterima dengan lapang dada oleh suami-istri Hu. Bapak Hu setiap harinya membantu anaknya untuk mandi, berganti pakaian, dan makan. Anaknya ini sekarang sudah berumur 53 tahun. Selama itu pula Bapak dan Ibu Hu saling bergantian untuk menjaganya. Master Cheng Yen sendiri memuji kebijaksanaan Bapak Hu yang memegang prinsip dengan hati yang bahagia mengikis karma buruk dan dengan hati yang penuh syukur menciptakan berkah. Bapak Hu sangat mengerti bahwa ini adalah sesuatu yang harus dihadapinya dan ia sendiri juga turut menciptakan berkah dengan menjadi relawan daur ulang Tzu Chi.
Ket : - Harimukti Shixiong juga bercerita tentang Yayasan Buddha Tzu Chi yang tanpa paksaan mengajak semua orang untuk membantu meringankan penderitaan orang lain yang membutuhkan. (kiri). Setelah melihat ceramah Master yang pertama, Peter Shixiong mengatakan, ”Bapak Hu dengan hati yang lapang mengikis karma buruknya dan menciptakan karma baik. Sebenarnya semua ini kembali lagi bagaimana kita memandang dan berpikir tentang dunia ini.” Demikian juga dengan Harimukti Shixiong yang juga bercerita tentang pandangannya terhadap Tzu Chi yang telah mengajarkannya banyak hal tentang kehidupan ini. “Tzu Chi dengan tanpa paksaan merangkul semua orang untuk bersama-sama menolong orang banyak,” tambahnya. Harimukti Shixiong sendiri mengenal Tzu Chi lewat DAAI TV dan akhirnya memutuskan untuk menjadi salah satu relawan. Relawan lain yang turut sharing adalah Harianto Shixiong yang memberi pandangannya tentang prinsip “Sudah Tidak Banyak Waktu Lagi”. Ceramah Master yang kedua bertajuk Saling Bertautan Hati dalam Jalinan Dharma. Dalam ceramah ini, Master menceritakan kembali cikal bakal lahirnya Tzu Chi dan perkembangannya sampai saat ini. Master juga mengatakan di Tzu Chi inilah hati semua orang yang pada awalnya seperti cermin yang tertutup debu, diasah hingga mengkilap sehingga kita bisa menampilkan apa yang ada di hati kita. Di dalam Tzu Chi kadang-kadang demi terselenggarakannya dengan baik sebuah acara, sesama relawan bisa saling bergesekan dan menimbulkan konflik. Master menasehati semua relawan agar bisa menghilangkan kerisauan hati dan mengecilkan ego serta mengosongkan kemelekatan hati sehingga bisa merangkul segenap alam semesta. Malini Shijie yang setelah melihat ceramah Master mengungkapkan bahwa kisah seorang Bapak Hu yang bisa dengan lapang dada dan sabar menghadapi kenyataan hidup yang pahit, membuat Malini lebih tegar dan merasa penderitaan dan permasalahannya itu sangatlah kecil. “Mungkin semua orang belum tahu bahwa saya sekarang mempunyai masalah. Di mana apa yang saya punya sekarang terancam hilang dan orangtua saya terus menanyakan keadaan saya. Saya selalu mengatakan kepada mereka agar tidak usah khawatir. Saya lebih banyak diam di rumah. Tetapi setelah melihat tegarnya Bapak Hu, saya merasa permasalahan yang saya hadapi itu masih tergolong kecil. Dan saya akan belajar terus dalam menghadapi hidup ini,” ujar Malini Shijie. Pada kesempatan yang sama, Malini Shijie juga meminta maaf kepada shixiong shijie di Xie Li Tebing Tinggi karena kesalahpahaman yang sering timbul antara dirinya dengan relawan lain.
Ket : -Setelah melihat kehidupan bapak Hu yang dengan sabar dan lapang dada menghadapi kehidupannya yang pahit, Malini shijie merasa permasalahan yang dihadapinya termasuk ringan. (kiri). Sebuah sharing yang menarik adalah salah seorang relawan yang bernama Akang Shixiong yang bercerita kepada semua relawan Tzu Chi bagaimana dirinya bisa berjodoh dengan Tzu Chi. “Awalnya saudara saya sakit dan karena keterbatasan dana untuk operasi, saya dianjurkan untuk mencari Yayasan Buddha Tzu Chi di Medan. Dan ditanggapi dengan baik oleh Tzu Chi,” ujarnya. Saudara Akang Shixiong inilah yang menjadi pasien bantuan pengobatan khusus pasien Tebing Tinggi yang pertama. “Dulu saya suka mabuk-mabukan, pergi ke diskotik dan sangat bandel,” tambahnya. Menurut Wardi Shixiong yang urun suara, “Akang Shixiong sudah berubah total, dulu teman-temannya adalah semua orang di diskotik, sekarang teman-temannya adalah para pasien Tzu Chi.” Erni Shijie yang juga adalah istri Akang Shixiong, juga mengakui perubahan pada suaminya. “Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Sekarang suami saya sudah berubah dan saya akan dukung dia terus di Tzu Chi,” ujar Erni dengan mata berkaca-kaca. Sebelum diakhiri, Anam Shixiong mewakili fungsional Tzu Chi juga memberikan pujian kepada Xie Li Tebing Tinggi, “Di Tebing Tinggi ini, meski tempatnya kecil dan sumber dayanya kecil tetapi semangatnya sangat besar sekali.” Anam Shixiong juga berpesan agar semua relawan bisa bersatu meskipun adanya gesekan di sana sini. Acara Sharing Session ditutup dengan berdoa bersama, semoga dunia ini senantiasa dalam keadaan aman dan tentram. Setelah acara Sharing Session berakhir, semua relawan Tzu Chi merayakan bersama 1 tahun Tzu Chi di Tebing Tinggi. | ||
Artikel Terkait
Mengerahkan Kekuatan untuk Menjalin Jodoh dengan Sesama
13 September 2017Belajar Memperbaiki Diri
20 November 2015 Setelah banyak belajar di Kelas Budi Pekerti ini diharapkan para murid dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tekad yang sudah ditulis harus dilaksanakan dengan baik.Tzu Chi Dukung Program Penurunan Stunting di Legok, Tangerang
02 Desember 2022Tzu Chi Indonesia mendukung TNI AD dalam Program Penurunan Stunting dan Bakti Sosial dengan memberikan 2000 paket beras bagi masyarakat kurang mampu di Desa Serdang Wetan, Legok, Tangerang.