Mengasah Karakter Luhur Anak Desa Binaan

Jurnalis : Novia Ferryani (Tzu Chi Singkawang) , Fotografer : Hendry, Yeri, Novia (Tzu Chi Singkawang)


Suasana kelas saat Dedi Shixiong sedang menyampaikan sebuah materi.

Karakter merupakan suatu implementasi dari tingkah laku dan sikap seseorang. Karakter juga merupakan salah satu pilar penting yang akan menentukan prestasi dan pencapaian seseorang di masa depan. Oleh karena itu proses pemahaman mengenai pendidikan karakter dengan berdasarkan budi pekerti luhur harus mulai ditanamkan sejak dini agar dapat menjadi dasar yang kuat bagi seseorang untuk menghadapi kehidupan di masa mendatangnya.

Mengingat maraknya kenakalan yang dilakukan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah seperti pergaulan bebas dan perilaku yang menyimpang, membuat tim relawan muda-mudi Tzu Chi Singkawang mengadakan kelas budi pekerti khusus anak-anak sekolah Dasar. Desa binaan Tzu Chi yang terletak di daerah pedalaman Kabupaten Landak menjadi sasaran pertama relawan muda-mudi Tzu Chi Singkawang.

Berlokasi di Sekolah Dasar Negeri 14 Nek Maih, pada 16 September 2018 lalu, kegiatan dibuka dengan bersosialisai kepada orangtua murid mengenai pentingnya kelas pendidikan karakter dan budi pekerti ini untuk anak-anak mereka. Di penghujung acara ditutup dengan sesi pendaftaran, sebanyak 47 siswa terdaftar untuk mengikuti kelas ini. Kegiatan dilakukan sebulan sekali dengan tanggal yang disepakati bersama.


Cindy (pakai rompi relawan) adalah mentor dalam grup Saturnus yang dengan teliti dan cermat mengajarkan siswa-siswanya untuk membuat satu kerajinan.

Kelas karakter dan budi pekerti pertama dimulai pada tanggal 21 Oktober 2018. Awalnya yang daftar memang hanya 47 siswa, namun yang hadir ada 60 siswa pada bulan tersebut. Kelas ini diawali dengan pembagian kelompok. Satu kelompok terdiri dari 8 siswa dengan menggunakan nama-nama planet sebagai nama kelompok mereka.

Setiap kelompok ditemani satu kakak mentor yang siap membantu mereka memahami materi yang disampaikan. “Berbakti” adalah tema pertama untuk kelas karakter dan budi pekerti. Acin, selaku ketua pelaksana dalam kegiatan kelas ini, dengan semangat menyampaikan materi-materi ringan mengenai berbakti dengan berbekal video kartun dan slide powerpoint


Salah satu siswi sedang memberikan bunga hasil kerja tangannya dan juga mengungkapkan betapa ia menyayangi ibunya serta mengucapkan terima kasih karena telah merawat ia hingga saat ini.

Selain mendengarkan materi tentang berbakti, siswa-siswi juga diajarkan membuat kerajinan tangan dan diajak untuk bermain. Kerajinan pertama yang dibuat oleh mereka adalah bunga dari origami. Bunga yang mereka buat akan mereka berikan kepada orang tua mereka masing masing sambil mengucapkan syukur dan berterimakasih serta menyampaikan rasa cintanya.

Bersyukur dengan Apa yang Telah Dimiliki

Sementara pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 19 November 2018. Kelas dibuka oleh Acin sekaligus memulai acara dengan membawa sebuah materi yang bertema “Bersyukur”. Usai menyampaikan materi, tidak lupa Acin juga menyiapkan sebuah video tentang seorang anak kecil yang tinggal di pegunungan dan harus menempuh jarak yang jauh untuk bisa ke sekolah dengan berjalan kaki beralaskan sandal jepit, tas sederhana serta harus menirukan suara serigala untuk menghindar dari serangan binatang buas yang ada di hutan.

Dengan perhatian penuh, siswa-siswi menonton dengan tenang dan kemudian mereka mulai mengungkapkan rasa syukur mereka dengan apa yang telah miliki. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi kerajinan tangan dan permainan.


Yanmar Shixiong yang juga merupakan salah satu mentor. Ia sedang memberikan pengarahan dan menyemangati siswa untuk untuk bisa menjaga kekompakan serta bekerjasama menyelesaikan permainan membawa kelereng yang diletakkan di atas bambu dengan menggunakan tali.

Memasuki pertemuan ketiga yaitu pada tanggal 9 Desember 2018, dengan pembawa materinya adalah Dedi Alfonso yang membawakan sebuah tema “Bekerja Sama”. Awal kelas dibuka dengan menonton video-video yang bertemakan kerja sama seperti semut yang berkumpul menjadi satu bulatan agar terhindar dari hewan Anteater. Video kedua yaitu teamwork kepiting agar tidak menjadi santapan burung. Setelah menonton video tersebut, mereka pun tertawa bersama.

Selanjutnya Dedi pun menceritakan makna video tersebut dan menjelaskan pentingnya sebuah kerjasama dalam melakukan sesuatu. Berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, acara dilanjutkan dengan sesi kerajinan tangan dan permainan serta adanya pembagian parsel Natal berupa tas dan alat-alat sekolah lainnya.


Yulianty sedang memberikan materi ringan kepada siswa-siswi PAUD yang memang sengaja dipisahkan dari kelas budi pekerti SD.

Untuk pertemuan keempat jatuh pada tanggal 20 Januari 2019 dengan tema “Sosial”. Materi kembali dibawa oleh Acin shixiong. Kali ini ia bercerita tentang bagaimana cara kita untuk bisa berbuat sesuatu untuk masyarakat. Berbaur dengan lingkungan, berinteraksi dengan masyarakat, serta memberikan bantuan kepada masyarakat juga merupakan wujud dari hubungan sosial.

“Dibutuhkan banyak tetes air untuk membentuk aliran sungai, dibutuhkan banyak butir beras untuk membentuk sekarung beras.” Dengan senantiasa berpikiran baik, seseorang akan menumbuhkan niat baik terus-menerus dan melakukan perbuatan baik setiap hari. Maka dari itu, dalam sesi kerajinan tangan yang dipimpin oleh Achiang, siswa-siswi diajak untuk membuat sebuah celengan dari karton yang kemudian dihias dengan pernak pernik sesuai dengan imajinasi masing-masing. Celengan ini kemudian akan digunakan oleh mereka untuk menyisihkan sedikit uang jajan mereka untuk membantu sesama mereka yang sedang mengalami kesusahan.


Tidak hanya diajarkan untuk memahami materi, membuat kerajinan dan bermain, tapi siswa-siswi juga diajak untuk belajar isyarat tangan “Satu Keluarga”.

Setelah sesi kerajinan tangan, siswa-siswi kemudian kumpul di lapangan untuk bersiap bermain game. Namun sebelum bermain, terlebih dahulu membuat foto group yang akan diberikan kepada masing-masing anak di pertemuan terakhir sebagai sebuah kenangan.

Dan pertemuan terakhir dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2019. Tema terakhir yang dibahas dalam kelas karakter dan budi pekerti ini adalah “Tata Krama”. Dedi pun kembali dipercaya untuk membawakan materi tersebut. Kata-kata seperti terimakasih, maaf dan tolong adalah kata yang sangat sederhana namun sulit untuk diucapkan bagi sebagian orang. Untuk itu Dedi memanggil salah satu siswa untuk mempraktikkannya di depan kelas.

“Menurut kalian sopan santun itu seperti apa sih dan kepada siapa, di mana dan kapan kita harus bersikap sopan? Apa hanya  di sekolah saja?” tanya Dedi kepada murid-murid dan serentak siswa-siswi menjawab “tidak”. Dan Dedi pun meminta salah satu siswa untuk memberikan pendapatnya.


Siswa-siswi berbaris rapi dengan membawa kantong plastik berisikan beras siap untuk menuangkannya ke dalam karung yang sudah disiapkan.

“Mengucapkan salam, meminta izin dan mencium tangan orang tua saat hendak berangkat  kesekolah,” jawab Nabila yang dari awal mengikuti kelas ini. Ia kemudian mempraktikkannya secara langsung di hadapan teman-temannya dengan bahasa khas Dayaknya. Dijelaskan kembali oleh Dedi, bahwa sopan santun tidak hanya diterapkan di sekolah, tapi hendaklah diterapkan di rumah dan di lingkungan sekitar kita.

Di pertemuan terakhir, tidak ada sesi kerajinan tangan yang kemudian diganti dengan pembagian foto dan bingkainya. Yang di mana mereka akan diajarkan untuk menuliskan Kata Perenungan Master Cheng Yen yaitu, Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam kehidupan ini yaitu Berbakti pada orang tua dan melakukan kebajikan. Selain itu, di bingkai foto juga dihias dengan gambar-gambar penuh makna.

Menjadi Lebih Berbakti

Untuk pertemuan terakhir ini, para pengajar dan mentor dikejutkan oleh murid-murid yang datang dengan membawa 1 kantong plastik hitam. Sebelum kelas pada hari tersebut di mulai, relawan sempat menanyakan kepada mereka apa isi dari kantong yang mereka bawa. Dengan senang dan penuh kegembiran mereka menjawab secara bersamaan yaitu “Beras”. Memang sudah menjadi kebiasaan untuk relawan desa setiap kali ada kegiatan penuangan celengan, pasti mereka juga menyisihkan sedikit beras mereka. Dan dari situlah, murid-murid juga ingin membantu sesama yaitu dengan menyumbangkan dan mengumpulkan beras kepada mereka yang membutuhkan.


Salah satu foto grup yang dibagikan ke setiap siswa sebagai sebuah kenangan.

Siswa-siswi di setiap minggunya terus mengalami peningkatan sampai di pertemuan terakhir terdapat 146 siswa yang mengikuti kelas budi pekerti ini. Tidak lupa juga, setiap pertemuan kelas juga ada sesi isyarat tangan. Sesi ini dipimpin oleh Marianty shijie dan rekan-rekan Tzu Shao-nya.

“Saya merasa anak saya bisa mengikuti kelas ini karena dulu ia hampir tidak pernah mengucapkan terima kasih kepada saya dan ia melakukannya sekarang. Serta ia juga mulai inisiatif untuk membantu saya di rumah, terima kasih Tzu Chi,” ungkap salah satu orang tua yang anaknya mengikuti kelas karakter dan budi pekerti.


Editor: Khusnul Khotimah  


Artikel Terkait

Mewariskan Generasi yang Bermoralitas

Mewariskan Generasi yang Bermoralitas

01 Februari 2018
Minggu, 28 Januari 2018 merupakan hari pertama mereka mengikuti kelas bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi di Tebing Tinggi. Kelas baru bimbingan budi pekerti diikuti oleh 50 siswa dan didampingi orang tua.
Mendidik Anak Peduli Lingkungan Sejak Dini

Mendidik Anak Peduli Lingkungan Sejak Dini

30 Juni 2022

Pada Minggu pagi yang cerah anak-anak Perumahan Cinta Kasih Muara Angke memeriahkan seluruh sudut Aula perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Muara Angke.

Bijak Menggunakan Air, Perwujudan Cinta Kasih pada Bumi

Bijak Menggunakan Air, Perwujudan Cinta Kasih pada Bumi

11 Maret 2022

Relawan Misi Pendidikan komunitas He Qi Utara 2 mengadakan kelas budi pekerti Tzu Shao Ban pada hari Minggu 27 Februari 2022. Kelas yang diadakan secara online ini diikuti 21 siswa Tzu Shao.

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -