Mengasah Potensi Sembari Membagikan Momen

Jurnalis : Fanny Aprilia (Tzu Chi Surabaya) , Fotografer : Hari Tedjo, Eka Suci R (Tzu Chi Surabaya), Erli Tan


Pada hari pertama, peserta pelatihan diberikan materi oleh Tim Pengembangan ZSM dari Tzu Chi Indonesia. Erli Tan, Henry Tando dan juga Teddy Lianto memberikan materi tentang Filosofi ZSM, Pengarsipan dan juga Etika Peliputan.

“Zhen Shan Mei” (Benar, Bajik, Indah) merupakan salah satu praktik dari Misi Budaya Humanis Tzu Chi dan juga sebutan bagi relawan dokumentasi Tzu Chi. Pelatihan perdana di kota bericon Suro dan Boyo ini dibawakan langsung oleh Tim Pengembangan Relawan Zhen Shan Mei Tzu Chi Indonesia yakni Henry Tando, Erli Tan, dan Teddy Lianto. Bertempat di Ruko Mangga Dua, Kantor Tzu Chi Surabaya, pelatihan ini diselenggarakan dari tanggal 27-28 April 2019.

Di hari pertama sendiri, pelatihan lebih banyak membahas tentang materi, baik mengenai tulis menulis artikel, cara mengambil angle (sudut pandang) foto dan video yang baik serta tips dan triknya. Sedang hari kedua, peserta dibawa terjun ke lapangan untuk praktik langsung meliput kegiatan.

Salah satu peserta pelatihan Zhen Shan Mei, adalah Hafid (18). “Pengen aja untuk coba belajar, kalau sudah mahir ya bakal ikut juga mendokumentasikan kegiatan,” ungkapnya.


Yasir (baju biru) dan Hafid (baju merah) dengan seksama menyimak materi yang disampaikan oleh relawan.

Hafid dan adiknya, Yasir merupakan penerima bantuan Tzu Chi wilayah Perak. Selain penerima bantuan, mereka berdua juga merupakan Tzu Zhao saat menginjak umur 8 tahun dan adiknya 6 tahun. Selain itu mereka berdua juga aktif dalam kegiatan bakti sosial kesehatan dan pembagian sembako.

Relawan Zhen Shan Mei sendiri kerap kali disebut menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen. Dengan mendokumentasikan jejak cinta kasih para Bodhisatwa Tzu Chi dalam menebar kebajikan, Master Cheng Yen juga ikut tahu momen penting yang dilakukan oleh Bodhisatwa dunia.

Hafid juga menambahkan, bahwa penting halnya untuk mencatat kegiatan yang terjadi sebagai bukti sejarah sehingga mendorong anak 18 tahun itu untuk mengikuti kelas menulis di pelatihan Zhen Shan Mei. “Mendengar cerita dari Ida shijie bahwa kisah Tzu Chi Surabaya begitu banyak, tetapi belum ada relawan yang mendokumentasikan sehingga ceritanya belum sampai ke Jakarta”, cerita Erli saat memulai kelas menulis.

Selain Hafid dan Yasir yang sangat antusias dengan pelatihan ini, ada Santoso yang mengajak istri dan anaknya. Meski baru saja mengikuti kegiatan di Tzu Chi tidak menyurutkan tekadnya untuk terus bersumbangsih dan bisa bermanfaat bagi sesama.


Setelah penyampaian materi, peserta dibagi menjadi 3 kelas yaitu Foto, Video dan Teks sesuai dengan peminatan. 

Zhen Shan Mei ini adalah sesuatu yang sudah biasa saya lakukan, namun di Tzu Chi ini sangat berbeda karena lebih tertata dan memiliki management yang berbeda. Di pelatihan kali ini kita tidak hanya sekedar diajak memotret, membuat video atau tulisan namun juga bagaimana bisa menginspirasi orang untuk mengikuti jejak sang guru Master Cheng Yen,” ujarnya.

Erli menjelaskan bahwa relawan Zhen Shan Mei harus selalu memasang mata, telinga, dan hati dalam setiap karyanya. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan hati untuk merasakan agar nantinya pembaca juga bisa ikut merasakan. “Ren Ren Zhen Shan Mei (Setiap orang adalah relawan Zhen Shan Mei), jadi membutuhkan relawan untuk mencatat sejarah cinta kasih bersama-sama,” Erli menambahkan.

“Semua orang bisa menulis” kalimat ini yang ditekankan pada relawan di kelas menulis. Seperti kata pepatah “ala bisa karena biasa” begitu juga dengan halnya menulis. Semakin sering kita menulis, membaca untuk memperbanyak kosa kata sehingga semakin mahir juga kita dalam halnya menulis. Erli mengaku kagum dengan antusias relawan Tzu Chi Surabaya dalam kelas menulis, karena biasanya kebanyakan orang takut untuk menulis.


Susanto yang mengajak istri serta anaknya dalam pelatihan kali ini merasa sangat terkesan dan mendapatkan banyak sekali pengetahuan baru.

Mengasah potensi dan ilmu baru tentu saja tidak akan berhenti sampai kapanpun. Pada kenyataannya ilmu bersifat non-statis (tidak tetap) sehingga semakin berjalannya waktu, tetap akan ada ilmu baru yang dapat dipelajari. Melalui kegiatan Zhen Shan Mei ada banyak hal yang kita dapatkan. Belajar mendokumentasikan sebagai mata dan telinga Master, berbekal prinsip Zhen Shan Mei yang dipegang teguh. Zhen yang artinya benar, seperti berita pada umumnya harus faktual dan aktual tentunya, Shan; kebajikan serta Mei; indah.

Dengan diadakannya pelatihan Zhen Shan Mei ini, Erli Tan menaruh harapan pada relawan Tzu Chi Surabaya. “Jangan pernah berhenti mencatat sejarah dan galilah lebih banyak harta-harta yang masih terpendam selama ini,” tuturnya.

Dalam salah satu ceramahnya, Master Cheng Yen mengungkapkan bahwa kisah, cerita, sejarah jejak cinta kasih Bodhisatwa Tzu Chi merupakan harta kekayaan. Jadi sebagai mata dan telinga Master Cheng Yen, ayo kita menebar cinta kasih kepada dunia dengan catatan sejarah.


Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Pelatihan Zhen Shan Mei di Tzu Chi Aceh

Pelatihan Zhen Shan Mei di Tzu Chi Aceh

14 Juni 2024

Tzu Chi Medan bersama DAAI TV Medan memberikan sosialisasi tentang Zhen Shan Mei bagi 33 relawan Tzu Chi Aceh, Minggu 9 Juni 2024. Pelatihan ini digelar di Depo Pelestarian lingkungan Tzu Chi Banda Aceh.

Mengasah Potensi Jurnalistik

Mengasah Potensi Jurnalistik

29 Mei 2024
Tzu Chi Medan mengadakan pelatihan jurnalistik dan fotografi untuk relawan Zhen Shan Mei yang berlangsung di Gedung DAAI TV, Kompleks Jati Junction Perintis Kemerdekaan. 
Menghasilkan Foto yang Bercerita

Menghasilkan Foto yang Bercerita

11 September 2024

Tzu Chi Medan menggelar pelatihan bertema Tips Foto Inspiratif dan Berbudaya Humanis Menggunakan Handphone. Pelatihan ini membekali para Relawan Zhen Shan Mei (Dokumentasi) Tzu Chi dengan wawasan dan pengetahuan fotografi yang inspiratif.

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -