Mengasah Welas Asih
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : YuliatiRelawan Misi Pendidikan Tzu Chi penuh ceria mengikuti ice breaking di sela-sela mengikuti kegiatan training relawan pendidikan pada Sabtu, 24 Februari 2018.
“Tata krama bukan larangan, bukan peraturan tapi alat untuk pelatihan diri dan bersumbangsih. Kita memberikan sumbangsih keindahan grup,” ucap Christine Tjen saat memberikan sharing tentang Keindahan Budaya Humanis & Tata Krama Tzu Chi (24/02/2018).
Sharing tersebut Christine sampaikan kepada 67 relawan pendidikan yang bergabung dengan Tzu Chi terhitung 1 – 3 tahun di Misi Pendidikan Tzu Chi. Para relawan pun sangat antusias mendengarkan sharing tersebut. Menjadi relawan Tzu Chi memang sering mendapatkan sharing dengan materi yang sama tentang Keindahan Tata Krama di Tzu Chi, terlebih sebagai seorang relawan pendidikan Daai Mama maupun Daai Papa. Materi ini cukup penting untuk dipahami karena mereka menjadi teladan bagi anak-anak.
“Penekanannya lebih ke arah konsep dari tata krama. Kita sebagai Daai Mama dan Daai Papa mengerti pentingnya tata krama dan budaya humanis Tzu Chi,” ungkap Wakil Koordinator Relawan Pendidikan He Qi Utara 2 ini.
Kegiatan training setengah hari relawan pendidikan perdana pada tahun 2018 ini memang bertujuan agar relawan pendidikan tetap mendapatkan semangat. Kelas pun dibagi menjadi dua bagian. Bagian 1 untuk relawan pendidikan yang bergabung pada misi pendidikan selama rentang waktu 1-3 tahun, sementara itu bagian 2 diperuntukkan bagi relawan pendidikan yang telah berdedikasi di Misi Pendidikan Tzu Chi sudah 4 tahun ke atas.
Sebanyak 125 relawan mengikuti training relawan pendidikan yang dibagi dalam dua kelas: relawan lama, dan relawan baru.
Christine Tjen yang merupakan Koordinator Kelas Budi Pekerti komunitas He Qi Utara 2 memberikan sharing tentang Keindahan Budaya Humanis & Tata Krama Tzu Chi pada kelas untuk relawan baru.
“Materi untuk relawan lama lebih banyak tentang semangat-semangat pendidikan, relawan baru materi yang disampaikan lebih sederhana,” ucap Ernie Lindawati, koordinator kegiatan usai kegiatan di Gedung Gan En lantai 3 Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta.
Total peserta training relawan pendidikan ini sebanyak 125 relawan baik relawan lama maupun relawan baru.
Menularkan Semangat Cinta Kasih
Salah satu peserta dalam training relawan pendidikan adalah Christine Kusnadi Hioe (64). Meski kondisi kesehatannya masih dalam masa pengobatan dan terapi, namun semangatnya di misi pendidikan mengalahkan penyakit yang dideritanya. Sudah empat bulan relawan yang bergabung dengan misi pendidikan sejak 2006 ini mengalami stroke ringan. Sejak itu pula Christine tentunya tidak dapat mengikuti kegiatan kerelawanan untuk sementara waktu.
Merasa kangen berkegiatan Tzu Chi, Christine lantas mendaftarkan diri mengikuti training pendidikan setengah hari ini tanpa sepengetahuan putrinya, Livia Dharmali. Ia merasa tubuhnya sudah bisa diajak untuk menjalin jodoh baik lagi bersama relawan Tzu Chi lainnya.
Para relawan sangat antusias mengikuti training setengah hari perdana di tahun 2018 ini.
hristine Kusnadi Hioe ditemani sang buah hati, Livia Dharmali mengikuti training relawan pendidikan di gedung Gan En lantai 3 Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta.
“Mama kemarin tiba-tiba bilang ‘aku daftar ikut training’ saya bilang ‘mama ikut training yakin?’ melihat semangat mama aku bilang boleh tapi harus jaga badan, aku dampingin karena aku khawatir kalau mama (ikut training) sendirian,” ucap Livia.
“Anak-anak sekarang sudah banyak. Karena untuk pendidikan, saya mau tahu untuk materi training makanya ikut,” sahut Christine dengan nada lirih.
Livia Dharmali memang mengikuti jejak mamanya menjadi relawan pendidikan. Sejak dibukanya kelas budi pekerti pertama kali, Livia menjadi Daai Jie-jie. Setelah berumah tangga dan anaknya juga dimasukkan ke dalam kelas budi pekerti tersebut, Livia kembali ikut menggarap ladang berkah dengan menjadi Daai Mama.
Dalam training pendidikan ini, Livia yang sudah lama tidak aktif dalam kegiatan kerelawanan juga diingatkan kembali bagaimana peran seorang Daai Mama dalam berbagai sharing. “Bagaimana kita menjaga sikap kita sebagai Daai Mama, karena tindakan kita jadi figur untuk anak-anak dan orang tua. Walaupun ke anak sendiri saya kadang juga marah-marah jadi harus lebih banyak sabar,” ungkap Livia tersenyum. “Di misi pendidikan lebih welas asih lebih sabar untuk anak-anak ke depannya,” timpal sang mama.
Baik relawan baru maupun relawan lama Misi Pendidikan Tzu Chi, Ernie Lindawati berharap melalui training ini para relawan dapat mengajak dan menularkan semangat dan cinta kasih kepada orang lain. “Bisa membawakan manfaat bagi mereka sehingga mereka merasakan apa yang dapat bermanfaat untuk misi pendidikan,” ujar Ernie Lindawati.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Mengenal Tzu Chi Lebih Dekat
09 April 2015Pelatihan Relawan Tzu Chi Pekanbaru: Menggalang Barisan Bodhisatwa Dunia
14 November 2017Pelatihan relawan Tzu Chi Pekanbaru diadakan selama dua hari, 4-5 November 2017. Turut hadir dalam pelatihan ini, beberapa relawan dari Jakarta yang memberikan sharing materi kepada para peserta.
Pelatihan Relawan Biru Putih: Memoar Perjalanan Seorang Insan Tzu Chi
16 Oktober 2015Bagi saya perjalanan saya menjadi seorang insan Tzu Chi baru saja dimulai. Terutama setelah saya mendapat kesempatan berkunjung ke Hualien, Taiwan pada bulan Juni silam. Pelantikan saya menjadi relawan biru putih pada 11 Oktober 2015 di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, juga semakin memantapkan langkah saya menapaki jalan Bodhisatwa dunia Tzu Chi.