Mengasihi Semua Makhluk Hidup
Jurnalis : Henny Yohannes (He Qi Utara 2) , Fotografer : Henny Yohannes (He Qi Utara 2)Minggu
22 November 2020 merupakan pertemuan terakhir kelas budi pekerti TSB (Tzu Shao Ban) dari komunitas He Qi utara 2.
Pertemuan terakhir Kelas Budi Pekerti TSB (Tzu Shao Ban) dari komunitas He Qi utara 2, Minggu 22 November 2020 mengangkat tema Cinta Kasih. Kelas secara daring melalui aplikasi Zoom selama 90 menit ini dihadiri oleh 42 peserta; murid: 29 anak, gege jiejie 2 orang, dan daifu mama/papa 11 orang.
Kelas dimulai dengan memberi hormat kepada Master Cheng Yen, lalu meditasi yang dipandu oleh Yunita shigu. Kemudian para Tzu Shao diajak menonton video Master Cheng Yen Bercerita yang berjudul Si Penyu Membalas Budi oleh Tjoeng Mimi shigu.
Si Penyu
Membalas Budi
Ternyata setelah dilepas, hewan juga tahu untuk membalas budi, hewan juga punya perasaan.
Dalam video Master Cheng Yen Bercerita tersebut menceritakan orang-orang pada zaman dahulu percaya hewan memiliki kehidupan seperti manusia. Karena itu banyak orang melepaskan makhluk hidup.
Seperti contoh cerita dalam video tersebut, ada sepasang majikan yang meminta pelayan mereka untuk memasak penyu yang baru saja mereka beli di pasar. Si pelayan melihat penyu itu dan merasa tidak tega, dan akhirnya ia melepaskan penyu itu. Saat majikannya kembali dan melihat di meja makan tidak ada daging penyu ia marah dan mencambuk sang pelayan hingga terluka parah.
Melihat sang pelayan sakit, sang majikan pun meminta orang membawa sang pelayan ke sebuah paviliun dan membiarkannya hingga mati di sana. Mengetahui hal tersebut si penyu keluar dari kolam dan menghampiri si pelayan untuk membalas budinya.
Keesokan harinya semua orang terkejut melihat sang pelayan masih hidup padahal kemarin sudah hampir meninggal. Kemudian sepasang majikan ini penasaran dan mengintai sang pelayan pada malam harinya, ternyata mereka melihat ada seekor penyu keluar dari kolam, penyu itu mirip dengan yang mereka beli di pasar. Penyu itu seperti mengulum sesuatu di mulutnya dan bolak balik mengoles badan, kepala, wajah dan leher pelayan itu.
Ternyata setelah di lepas, hewan juga tahu untuk membalas budi, hewan juga punya perasaan. Sejak saat itu sepasang suami istri tersebut tak lagi berani memakan penyu dan semua makhluk hidup yang bernyawa.
Cinta Kasih dan
bervegetarian
Tjoeng
Mimi menjelaskan, bahwa dengan bervegetaris kita telah mempraktikkan hidup
sehat yang dipenuhi dengan cinta kasih terhadap hewani.
“Sesuai dengan materi kelas hari itu tentang cinta kasih dan bervegetaris, yang paling ingin saya sampaikan ke anak-anak adalah bagaimana menjadi anak yang mengerti membalas budi orang tua. Karena membalas budi orang tua dengan hati yang penuh cinta kasih membuat anak-anak akan menjadi orang yang lebih bijaksana” kata Tjoeng Mimi pembawa materi kelas Tzu Shao hari itu.
Tjoeng Mimi menambahkan, cinta kasih ada pada semua makhluk hidup. Jadi manusia harus selalu membina hati dengan penuh cinta kasih. Salah satu contohnya dengan bervegetaris, yang berarti mempraktikkan hidup sehat yang dipenuhi dengan cinta kasih terhadap hewani. Cinta kasih itu sendiri sifatnya harus universal. Tidak membedakan satu sama lainnya, karena semua makhluk hidup itu setara.
“Saya juga berharap kedepannya anak-anak bisa belajar hidup sehat dengan bervegetaris. Di usia mereka sekarang ini, yang penting mereka harus menjadi anak dan pelajar yang sungguh-sungguh. Selain orang tua, guru-guru pun akan bahagia, ini juga merupakan salah satu wujud cinta kasih,” ungkapnya dengan penuh harapan kepada anak-anak.
“Anak-anak asahlah selalu cinta kasih kalian mulai dari sekarang sampai waktu yang tak terhingga dan yang paling utama hormatilah orang tua kalian dengan menjadi anak yang berbakti,” tutupnya.
Merawat tanaman
Hidroponik
Viryadi Gunawan dari grup Bao Rong berbagi cerita tentang tanaman hidroponiknya.
Sebelum tiba di akhir penghujung acara, Soeryaty shigu mengajak para Tzu Shao untuk me-review hasil pekerjaan rumah mereka yang diberikan pada pertemuan kelas sebelumnya. Ia pun menampilkan beberapa hasil foto dari para murid yang sudah mengumpulkan tugas dan berhasil menanam tanaman hidroponik di rumah mereka masing-masing.
“Tzu Shao men bagaimana tanamannya? Sudah dimasak apa belum? Boleh dong sharing sedikit..” ucapnya.
“Coba Viryadi Gunawan sharing sedikit dong tentang tanamannya? kemarin menanam apa?” lanjutnya.
“Tanam pokcoy shigu”
“Susah tidak menanamnya?”
“Susah pada saat membuat wadahnya saja shigu, terus karena di rumah sudah ada tanah jadi saya ambil tanah yang ada dan langsung tanam saja shigu.”
“Lalu bagaimana dengan pupuknya?”
“Saya hanya siram pakai air saja shigu, selain itu saya juga dibantu mama saya saat menanamnya sehingga tanamannya jadi tumbuh subur.”
“Sudah dipanen Viryadi?
“Belum shigu..”
Mendengar sharing dari Viryadi, Mimi shigu pun memberi masukan bahwa tanaman pokcoy ini jika kita diamkan sampai berbunga, nanti ia akan muncul bijinya. Dan biji tersebut bisa dibuat untuk bibit tanaman selanjutnya.
Penutup
Christine Tjen sebagai Penanggung Jawab Kelas Budi Pekerti He Qi Utara 2 berpesan kepada anak-anak untuk belajar yang rajin.
Demikianlah akhir pertemuan kelas budi pekerti TSB di tahun 2020. Christine Tjen sebagai penanggung jawab Kelas Budi Pekerti He Qi Utara 2 mengucapkan terima kasih kepada para orang tua yang terus mendukung tim relawan pendidikan dari awal tahun hingga sekarang. Ia juga berterima kasih kepada daifu Papa/ Mama yang sudah mengawal anak-anak semua serta semua pihak terkait selama masa pandemi ini.
“Kami berharap semoga apa yang kita sampaikan selama ini dapat diserap oleh anak-anak, walaupun tidak 100% tapi pasti ada yang masuk ke pemikiran mereka misalnya seperti hari ini tentang cinta kasih. Yang terpenting adalah kalian itu pelajar jadi tugas kalian itu belajar, jadi belajarlah yang rajin,” pesannya kepada anak-anak.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Mengasihi Semua Makhluk Hidup
26 November 2020Pertemuan terakhir Kelas Budi Pekerti TSB (Tzu Shao Ban) dari komunitas He Qi utara 2, Minggu 22 November 2020 mengangkat tema Cinta Kasih. Kelas secara daring melalui aplikasi Zoom selama 90 menit ini dihadiri oleh 42 peserta; murid: 29 anak, gege jiejie 2 orang, dan daifu mama/papa 11 orang.