Mengasihi Terhadap Sesama
Jurnalis : M. Galvan (Tzu Chi bandung), Fotografer : M. Galvan & Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)Para relawan Tzu Chi mendampingi pasien pada saat screening katarak pada tanggal 21 dan 28 Mei 2014. Di Priangan Medical Center, Bandung.
Mengalami gangguan penglihatan adalah hal yang sangat mengganggu dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Contohnya pengidap katarak dimana kerusakan mata menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun, akibatnya mata menjadi keruh serta cahaya tidak dapat menembusnya. Dampak tersebut, perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika tidak diobati. Biasanya penyakit ini menyerang pada usia di atas 40 tahun. Selain itu faktor lainnya seperti mempunyai diabet, sejarah keluarga dengan katarak, kebiasaan merokok, pernah mengalami cedera atau radang pada mata, pernah mengalami operasi mata, terkena sinar matahari secara berlebihan dan terkena radiasi ion.
Di Indonesia, masih banyak orang yang mengidap katarak. Bagi masyarakat yang kurang mampu tentu hal ini sangat membebani untuk membiayai operasi katarak, jangankan untuk operasi, untuk biaya sehari-hari pun sulit didapatkan. Sehingga penyakit katarak yang dideritanya semakin memburuk, kehidupan seperti ini yang sering dijumpai pada masyarakat kurang mampu.
Hal tersebut dimanfaatkan secara positif oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Dengan melihat kekurangan dan penderitaan yang mereka alami, Tzu Chi senantiasa hadir untuk memberikan pertolongan kepada mereka. Maka, pada tanggal 15 Juni 2014, Tzu Chi Bandung mengadakan bakti sosial operasi katarak dan pterygium secara gratis yang dilaksanakan di Priangan Medical Center (PMC), Jl. Nana Rohana No. 37, Bandung. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama antara Yayasan Buddha Tzu Chi kantor perwakilan Bandung dan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP).
Para pasien menunggu panggilan pada kegiatan screening katarak dan pterygium yang berlokasi di Priangan Medical Center. Jln. Nana Rohana. No. 37 Bandung.
Satu per satu pasien menuju ruang cek kesehatan mata sebelum operasi dilakukan.
Sebelumnya pada tanggal 21 dan 28 Mei 2014 diadakan screening katarak dan pterygium terlebih dahulu. Sebanyak 58 warga tidak mampu mengikuti screening tersebut. Setelah melakukan tahap tersebut, sebanyak 10 pasien yang terdiri dari 9 katarak dan 1 pterygium dinyatakan lolos screening dan berhak untuk mendapatkan tindakan operasi. Tentu hal ini menjadi kabar baik bagi para pasien, karena penantian selama mengidap penyakit tersebut akhirnya mendapatkan penanganan secara medis.
Bakti sosial ini bertujuan untuk meringankan beban para pasien yang masih kesulitan dalam menjalani roda kehidupan. Diharapkan setelah mendapatkan penanganan ini, para pasien dapat menciptakan harapan baru baik dari segi perekonomian dan kualitas hidup. Kegiatan baksos dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB. Sebelum operasi dimulai, bulu mata pasien terlebih dahulu dicukur serta mendapatkan obat khusus tetes mata, hal ini dilakukan agar lensa mata terbuka secara maksimal dan memudahkan untuk dilakukan pengoperasian pada mata yang mengidap katarak atau pterygium.
Di samping itu, peran relawan Tzu Chi selalu mendampingi pasien mulai dari kedatangan hingga mengantarkan pasien ke ruang pemulihan sementara. Selain itu para relawan Tzu Chi pun berinteraksi langsung dengan setiap pasien seperti memberikan dorongan hidup dan mendoakan pasien agar lekas sembuh serta mejalani hidup dengan penuh kebajikan.
Keharmonisan relawan Tzu Chi dirasakan oleh salah satu pasien pterygium yaitu Euis (43), menurutnya, apa yang diberikan oleh insan Tzu Chi baik pertolongan melalui pendanaan baksos serta pendekatan moral adalah perbuatan yang sangat mulia. Adanya bantuan ini benar-benar menolong nasib para kaum marginal, sehingga apa yang dirindukan untuk mendapatkan kesembuhan kini bisa terwujud. “Relawannya baik-baik dari tadi saya diingatkan untuk selalu berdoa sewaktu operasi, dikasih minum, dikasih makan. Waktu saya keluar dari ruang operasi relawannya juga langsung bantu saya, nuntun saya gitu,” ucapnya.
Dengan penuh kewaspadaan tim dokter dari Priangan Medical Center, melakukan pengoperasian kepada setiap pasien yang menderita katarak.
Relawan Tzu Chi memberikan penjelasan atau aturan pakai obat kepada setiap pasien yang telah dilakukan tindakan operasi sekaligus mendampingi pasien usai operasi.
Membangkitkan rasa percaya diri bagi para pasien yang telah berhasil dilakukan tindakan operasi dan mendapatkan kesembuhan yang selama ini mereka nantikan adalah sebuah berkah yang tak ternilai. Mungkin ini yang dirasakan oleh setiap pasien yang mengikuti baksos operasi katarak Tzu Chi Bandung, salah satunya adalah Diah (56). Ia bersyukur atas adanya baksos ini, penantian selama 13 tahun kini sudah terjawab. "Buramnya sudah lama dari umur 40 tahun. Tapi nggak bisa lihatnya baru sekitar 3 bulanan," kata Diah.
Ia pun menambahkan, "Ah, Nggak bisa diungkapkan. Terima kasih banget, sekarang sudah bisa melihat lagi, terima kasih, terima kasih sekali, udah lama pingin melihat, sekarang sudah bisa melihat lagi, banyak yang membutuhkan ibu, ibu kan tukang di suruh-suruh gitu, jadi Alhamdulilah sekali bisa melihat lagi, bisa ngurus cucu. Dulu kan mata sebelah nggak bisa melihat yang sebelah suka puyeng gitu. Jadi sekarang mah Alhamdulilah sekali bisa melihat lagi ada bantuan dari yayasan Tzu Chi," lengkap Diah.
Sebagai wujud dalam misi kesehatan, yayasan Buddha Tzu Chi terus memperluas cinta kasihnya hingga pelosok daerah. Sehingga apa yang dicita-citakan oleh Tzu Chi untuk hidup berdampingan tanpa membeda-bedakan status, agama, ras, dan golongan bisa tercapai. Sehingga di dunia ini penuh dengan jiwa kewelasasihan dan sikap keharmonisan antar sesama.