Mengecilkan Ego Demi Sesama

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Rusli Chen, Juliana Lie (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoDi antara masing-masing bagian, terdapat pula relawan yang bertugas untuk memperhatikan kenyamanan dan kebutuhan para peserta donor darah di Medan.

Waktu menunjukkan pukul 06.30 pagi dan angin bertiup lembut di Kompleks Cemara Asri, Medan. Tampak para relawan sudah berkumpul di kantor Tzu Chi untuk melaksanakan kegiatan donor darah hari itu, tanggal 11 Juli 2010. Kegiatan ini dilangsungkan bekerja sama dengan RSU Adam Malik. Para relawan yang memegang posisi koordinator di masing-masing pos memastikan apakah semua perlengkapan sudah pada tempatnya.

Perlengkapan itu sudah disiapkan satu hari sebelumnya. Rusli Shixiong, seorang relawan abu putih, kali ini mendapat tugas sebagai koordinator lapangan. Dengan sepenuh hati ia mengecek setiap pos, mulai dari pos pendaftaran relawan maupun calon donor, pengecekan tensi dan HB, ruang donor serta ruangan istirahat bagi donor. “Kali ini saya memberikan kesempatan kepada relawan abu putih untuk mengkoordinasikan kegiatan ini supaya mereka dapat berkembang dan mendedikasikan diri di Tzu Chi,” ujar Leo, Ketua Xie Li 4 yang dipercayai untuk melaksanakan kegiatan ini. “Meskipun memang Xie Li 4 yang menjadi koordinator, tetapi Tzu Chi adalah satu, sehingga relawan dari Xie Li lain pun dapat bergabung untuk bersumbangsih demi sesama,” tambahnya.

Ada satu pos, di mana relawannya tak kalah sibuk, yakni pos konsumsi. Dengan sigap para relawan konsumsi ini mempersiapkan makanan yang akan disantap oleh para calon donor yang mungkin belum sempat makan pagi dan mempersiapkan makanan bagi donor yang sudah mendonorkan darahnya. “Kami akan mempersiapkan mie goreng dulu, mana tau ada (calon donor -red) yang belum sarapan,” ujar Li Sien Shijie koodinator bagian konsumsi. “Lima ratus porsi makanan harus disiapkan, untung banyak relawan yang datang membantu,” tambahnya.

Ketika waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, semua relawan berbaris dan dipimpin oleh masing-masing koordinator bagian. Setiap koordinator bagian memperkenalkan diri mereka sekali lagi kepada para relawan di bagiannya masing-masing karena kebanyakan relawan yang ikut bergabung adalah relawan baru. Setelah sesi perkenalan, acara dilanjutkan dengan menyanyikan Mars Tzu Chi dan prosesi penyerahan rompi relawan. Rusli Shixiong menitikberatkan pentingnya budaya kemanusiaan di dalam berkegiatan Tzu Chi. “Kita harus ber-anjali dan membungkukkan badan kita dan memberikan pelayanan yang baik kepada semua calon donor sebagai wujud terima kasih kita kepada mereka,” ujar Rusli Shixiong.

Satu persatu calon donor berdatangan dan mendaftarkan diri. Relawan penerima tamu dengan sopan menyapa setiap calon donor tersebut dan memberikan nomor urut serta mengarahkan mereka ke meja pendaftaran. Tanpa terasa hari semakin siang, dan calon donor yang datang semakin banyak. Secara keseluruhan ada sekitar 365 orang yang mendaftarkan diri untuk mendonor, namun hanya 281 yang lolos seleksi. Ada beberapa calon donor yang tidak diizinkan mendonorkan darahnya karena kondisi kesehatan yang tidak mendukung. “Kemarin saya kurang tidur, makanya tekanan darahnya turun. Ya, mungkin ini belum jodohnya saya untuk donor darah. Nga apa-apa, masih ada kesempatan lain,” ujar Toni salah satu calon donor yang kali ini tidak dapat mendonorkan darahnya.

foto  foto

Ket : - Dalam kegiatan kali ini cukup banyak relawan baru yang ikut berpartisipasi. Sebelum acara dimulai,              para relawan baru ini diberi briefing dan kemudian dilakukan prosesi pemberian rompi relawan.(kiri)
         - Semenjak jam 7 pagi, para relawan konsumsi sudah sibuk mempersiapkan makanan yang nantinya              akan disantap oleh donor dan relawan. (kanan)

Sewaktu calon donor yang lolos tes kesehatan masuk ke ruangan donor, suasana menjadi berbeda. Ruangannya lebih sejuk dan beraroma harum serta diiringi dengan musik yang lembut. Ditambah dengan kehadiran relawan yang bertugas sebagai Guan Huai atau pemerhati, membuat para calon donor merasa lebih tenang dan tidak gugup. “Donor darah di Tzu Chi memang beda ya. Semuanya ramah-ramah dan yang bagusnya, yah itu, ruangannya, enak banget, nga terasa seperti mau donor darah,” ujar Yenny yang kali ini benar-benar terkesan dengan pelayanan dan suasana donor darah di Tzu Chi Medan.

Memasuki tengah hari, pendaftaran pun ditutup. Dan pada pukul 13.30 WIB, selesailah semua proses kegiatan donor darah. Semua relawan bersatu merapikan dan mengembalikan semua ruangan seperti sediakalanya. “Badan terasa capek tetapi hati bahagia,” ujar Sukesih relawan baru yang ikut bergabung dalam kegiatan ini.

foto  foto

Ket : - Dokter Leo dari TIMA juga melibatkan diri mengecek apa kondisi tubuh calon donor memenuhi syarat             untuk menyumbangkan dari mereka. (kiri)
         - Semangat warga Medan untuk mendonorkan darahnya ternyata cukup tinggi. Jumlah pendaftar sampai             sekitar 300-an orang jauh lebih banyak dibanding jumlah umumnya. (kanan)

Setelah semuanya selesai dirapikan dan dibersihkan, semua relawan kembali berkumpul dan melakukan sharing tentang kesan-kesan selama berkegiatan dan masukan-masukan yang bisa diberikan agar di kegiatan yang sama dapat lebih baik lagi. Beby Shijie menceritakan bagaimana ia menenangkan salah satu calon donor yang menangis karena tidak berhasil melewati tes kesehatan. “Saya hibur dia dan saya katakan, saya sendiri seumur hidup ini tidak dapat mendonorkan darah karena saya ada diabetes, tetapi saya masih bisa tetap bersumbangsih dengan menjadi relawan,” tambahnya. Beby Shijie terus menenangkan calon donor tersebut dan menyampaikannya agar mencobanya sekali lagi. Alhasil calon donor tersebut berhasil lolos tes kesehatan dan dapat mendonorkan darahnya.

Sebenarnya di setiap kegiatan Tzu Chi, semua orang dapat bersumbangsih. Sembari bersumbangsih, kita pun belajar banyak, tentang bagaimana saling menghormati, saling menghargai, dan memupuk kasih sayang kepada sesama. Seperti yang dikatakan Freddy Shixiong yang baru bergabung dengan Tzu Chi, “Biasanya orang lain yang membungkukkan badannya ke saya, tetapi hari ini, saya yang membungkukkan badan saya kepada orang lain.” Di dalam Tzu Chi kita dapat belajar bagaimana mengecilkan ego kita dan bersumbangsih demi sesama.

  
 
 

Artikel Terkait

Memulai dari Diri Sendiri (Bag. 1)

Memulai dari Diri Sendiri (Bag. 1)

16 Juli 2010
Rumah Arifin dan Mariani yang biasa dijadikan tempat kursus bahasa Mandarin, memiliki fungsi sebagai tempat  daur ulang dari para warga di sekitar. Kini ada 3 orang yang bersedia menjadikan rumahnya untuk menampung sampah daur ulang sebelum diangkut mobil daur ulang Tzu Chi.
Menjadi Lebih Dewasa dan Mandiri

Menjadi Lebih Dewasa dan Mandiri

08 Juni 2018
Pelepasan siswa-siswi TK Tzu Chi Indonesia ditandai dengan kegiatan prosesi kelulusan yang dihadiri para orang tua. Setiap murid mengikuti prosesi kelulusan tersebut dengan sangat khidmat dan rapi yang merupakan wujud pendewasaan mereka selama belajar di sekolah.
“Semangat Saya Kembali untuk Bisa Sembuh”

“Semangat Saya Kembali untuk Bisa Sembuh”

20 Agustus 2021
Setelah menunggu dua tahun karena keterbatasan biaya, akhirnya berkat bantuan Tzu Chi operasi kelainan pembuluh darah di otak Umi Komariatun dapat terlaksana melalui proses Gamma Knife pada 2021.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -