Mengelola Sampah dengan Cara Sederhana

Jurnalis : Robby Mulia Halim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Liani, Robby Mulia Halim (Tzu Chi Medan)

Tzu Chi Medan Mandala bekerja sama dengan Sekolah Wiyata Dharma mengadakan kegiatan pemilahan sampah daur ulang di Sekolah Wiyata Dharma. Relawan Tzu Chi Mandala beserta guru-guru dan murid-murid Sekolah Wiyata Dharma ikut serta dalam kegiatan ini.

Pengelolaan sampah merupakan salah satu masalah krusial di Indonesia, khususnya di Kota Medan. Data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan menyebutkan masyarakat Medan sepanjang tahun 2023 menghasilkan rata-rata 2.000 ton sampah setiap harinya, dan mirisnya 800 ton di antaranya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sisanya, banyak tersebar di berbagai tempat dan rawan tidak tertangani. Angka ini diperkirakan akan bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk sekitar 1,5% per tahun, sementara kepasitas TPA sudah semakin penuh. Sampah rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar dari tahun ke tahun, ditambah dengan masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan sampah yang bisa didaur ulang.

Kehadiran sampah selain mengganggu kesehatan juga merusak keindahan dan kelestarian lingkungan dan bumi. Begitu pentingnya kelestarian lingkungan sehingga Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi) menetapkan pelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu misi Tzu Chi setelah misi amal, kesehatan, pendidikan, budaya humanis. Master Cheng Yen kerap mengimbau insan Tzu Chi untuk konsisten dan giat melaksanakan misi pelestarian lingkungan mengingat kondisi bumi yang semakin tidak sehat dan memprihatinkan dari tahun ke tahun. Kepedulian relawan Tzu Chi terhadap kelestarian lingkungan dan bumi terutama dalam hal pengelolaan sampah direalisasikan dengan mengadakan pemilahan sampah daur ulang, seperti yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi Medan Mandala pada hari Minggu, 22 Oktober 2023 di Sekolah Wiyata Dharma Jl. Wahidin No. 31, Medan Kota, dengan melibatkan 22 relawan dan didukung oleh 11 guru dan 20 siswa-siswi SMA Sekolah Wiyata Dharma serta 3 relawan umum.

Guru-guru Sekolah Wiyata Dharma memilah sampah kertas bersama para relawan Tzu Chi.

Murid-murid Sekolah Wiyata Dharma memilah botol-botol minuman plastik dengan antusias.

Sekolah Wiyata Dharma telah cukup lama berjodoh dengan Tzu Chi Medan Mandala dan tidak terlepas dari peran Kepala SMA Wiyata Dharma. Kegiatan pemilahan sampah daur ulang kali ini adalah yang kedua. Yang pertama bersama dengan murid-murid Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen (Jing Si Ban) pada bulan April 2023 yang lalu.

“Tujuan kegiatan ini, selain menanamkan semangat cinta lingkungan kepada generasi muda, juga berbagi pengalaman kepada siswa dan guru Sekolah Wiyata, apa-apa saja barang yang bisa didaur ulang dengan memilah secara langsung,” kata Elsa Huang selaku koordinator kegiatan. Ia berharap kegiatan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat, semakin banyak lagi yang mengerti sampah apa saja yang dapat didaur ulang dan bernilai ekonomi sehingga tidak berakhir di TPA. “Semoga kesadaran masyarakat semakin tinggi akan dampak sampah yang merusak lingkungan akibat tidak dikelola dengan baik. Dimulai dari lingkungan sekolah, kemudian dapat diterapkan di lingkungan tempat tinggal masing-masing,” sambung Elsa.

Tony Honkley, Ketua Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Mandala sangat mengapresiasi kegiatan pemilahan sampah daur ulang ini. Ia berkomitmen kegiatan ini akan dilakukan pada hari Minggu ketiga setiap bulannya bekerja sama dengan Sekolah Wiyata Dharma.

Tony Honkley, Ketua Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Mandala mengatakan alasan diadakanya kegiatan ini di Sekolah Wiyata Dharma, selain lokasinya yang strategis di pinggir jalan besar, juga dapat untuk mengenalkan kebaikan. “Ini sebagai suatu daya tarik. Masyarakat sekitar yang kebetulan lewat akan dapat melihat bahwa di sekolah ini ada kegiatan yang baik dan positif. Harapannya mereka akan membawa sampah (barang) daur ulang ke sini, ikut memilah, dan setelah beberapa kali mengikuti kegiatan ini mungkin akan terpanggil untuk menjadi relawan Tzu Chi,” tutur Tony optimis. Tony menambahkan, ke depannya akan rutin diadakan di hari Minggu ketiga setiap bulan. 

Sebelum kegiatan dimulai, para peserta terlebih dahulu diberikan pengarahan singkat oleh relawan Sujono tentang jenis-jenis sampah daur ulang dan tata cara pemilahannya sesuai dengan jenisnya. Pemilahan sampah daur ulang berlangsung di pelataran depan sekolah. Peserta kegiatan dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang. Dalam setiap kelompok terdapat dua relawan untuk memberi contoh dan arahan. Sampah daur ulang yang akan dipilah berasal dari Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan Mandala dan terdiri dari berbagai jenis, yaitu bahan plastik, bahan kaca, bahan kaleng, kertas, kardus, karton, logam dan elektronik. Sampah tersebut disortir terlebih dahulu lalu dikumpulkan di keranjang-keranjang yang tersedia menurut jenisnya, baru kemudian dipilah. Setiap kelompok memilah satu jenis sampah daur ulang. 

Relawan Tzu Chi Medan Mandala bergabung dengan guru dan murid-murid Sekolah Wiyata Dharma memilah botol-botol minuman plastik.

Para relawan, guru-guru dan siswa-siswi Sekolah Wiyata Dharma dengan bersemangat saling bergotong royong memisahkan botol plastik dari label dan tutupnya, melipat dan merapikan kertas-kertas kardus dan karton, memisahkan kertas buku dari sampul (cover) lalu mengumpulkan semuanya secara terpisah dalam karung-karung goni besar menurut jenisnya. Sampah daur ulang hasil pemilahan akan diangkut kembali ke depo dan nantinya akan dijual. Hasil penjualan akan disalurkan kepada yang membutuhkan. Semakin banyak sampah yang dapat didaur ulang, semakin banyak yang dapat tertolong dan semakin berkurang pula sampah yang dibawa ke TPA.

Berliana R. Boru Naipospos (ketiga kiri) selaku koordinator bidang pendidikan dan Kepala SD Wiyata Dharma memberikan pengarahan mengenai pembuatan kompos dengan dibantu relawan dan siswa.

Pemilahan sampah daur ulang berlangsung sekitar satu jam, kemudian dilanjutkan dengan pengarahan dan demo pembuatan kompos oleh Berliana R. Boru Naipospos selaku koordinator bidang pendidikan sekaligus Kepala SD Wiyata Dharma. Kompos merupakan hasil penguraian sisa-sisa organik yang kita hasilkan. Kompos dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan organik berupa sisa makanan dan kulit buah-buahan dengan tanah dalam wadah (ember) yang sisinya telah dilubangi kecil-kecil untuk pertukaran udara, lalu dibiarkan selama 30 hari di tempat yang tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Bahan bertekstur keras seperti tongkol jagung dan tulang hewan (misalnya ayam dan ikan) sebaiknya dipotong-potong terlebih dahulu untuk mempercepat penguraian sehingga lebih cepat menyatu dengan tanah. Bahan yang basah tidak diperbolehkan karena dapat menimbulkan bau busuk dan menimbulkan belatung sehingga menyebabkan kualitas kompos kurang maksimal. Kompos dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dalam bercocok tanam dan juga bernilai ekonomi.

“Mengelola sampah organik menjadi kompos adalah satu cara sederhana untuk mengurangi sampah yang kita hasilkan setiap hari di rumah. Sampah daur ulang dipilah dan sampah organik yaitu sisa-sisa makanan dijadikan kompos. Hal ini akan meminimalisasi sampah yang diangkut ke TPA sehingga terwujud zero waste (tidak ada sampah). Asalkan ada niat dan kemauan, kita pasti bisa melakukannya,” pesan Berliana kepada peserta kegiatan usai membuat kompos.

Selain sampah plastik, kertas kardus, dan karton juga tidak ketinggalan dipilah sesuai dengan jenisnya.

Sukacita dalam Memilah Sampah Daur Ulang
Dari pihak Sekolah Wiyata Dharma sangat mengapresiasi kegiatan pemilahan sampah daur ulang ini. Para guru dan siswa-siswi peserta kegiatan menunjukkan antusiasme yang tinggi dan merasa terkesan dengan mengikuti kegiatan ini. Christina, S. Kom., S. Pd., Kepala TK Wiyata Dharma, mengungkapkan kesan dan perasaannya, “Senang sekali hari ini Tzu Chi kembali mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan berupa pemilahan sampah daur ulang di Sekolah Wiyata Dharma. Para guru dan murid-murid sangat antusias dan saling bekerja sama memilah sampah daur ulang.”

Dalam kegiatan ini, Christina mendapat pengetahuan berharga terutama mengenai apa-apa saja sampah yang bisa didaur ulang dan yang tidak bisa. Kepala TK Wiyata Dharma itu mengungkapkan bahwa di lingkungan TK telah diajarkan sejak dini tentang pelestarian lingkungan, misalnya botol-botol minuman dan kaleng makanan atau minuman dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, Christine menambahkan, “Saya berharap bumi akan lebih sehat dengan langkah yang sederhana ini. Yang kita lakukan ini adalah hal kecil, tapi jika semua orang melakukannya, akan membuat lingkungan dan bumi menjadi lebih baik dan asri.” 

Relawan Tzu Chi Medan Mandala berfoto bersama dengan guru-guru dan murid-murid Sekolah Wiyata Dharma setelah selesai kegiatan.

Hal senada diungkapkan oleh Willius Wong, Ketua OSIS Wiyata Dharma yang saat ini duduk di kelas XI IS (Ilmu Sosial). “Ada suatu perasaan sukacita dengan mengikuti pemilahan sampah daur ulang. Saya dan teman-teman memperolah pelajaran berharga bahwa kita harus menjaga alam dan lingkungan. Dengan langkah kecil berupa pemilahan sampah daur ulang, jumlah sampah akan berkurang, polusi juga menurun sehingga lingkungan lebih sejuk,” kata Willius. Ia mengungkapkan sebagian besar murid Sekolah Wiyata Dharma telah membawa kotak makan sendiri sehingga mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai. Ia berharap ke depannya semakin banyak lagi orang yang peduli terhadap lingkungan dan tergerak hatinya untuk melakukan pelestarian lingkungan, khususnya dari lingkungan Sekolah Wiyata Dharma.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Geliat Pelestarian Lingkungan di Lokasi Pemilahan Baru

Geliat Pelestarian Lingkungan di Lokasi Pemilahan Baru

21 September 2018

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 melakukan kegiatan pelestarian lingkungan untuk pertama kalinya di bundaran Hotel Aston, Cengkareng Timur. Kegiatan ini sekaligus mengenalkan Tzu Chi serta memberi informasi tentang pentingnya menjaga lingkungan.


Keceriaan Anak-anak di Depo Pelestarian Lingkungan

Keceriaan Anak-anak di Depo Pelestarian Lingkungan

30 Juni 2016
Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan kehadiran tamu istimewa, anak-anak dari Chloe Learning Centre. Mereka datang untuk mengenal pelestarian lingkungan.
Menyebar Pesan Pelestarian Lingkungan

Menyebar Pesan Pelestarian Lingkungan

23 April 2013 Sosialisasi ini dimaksudkan agar warga sekitar mengetahui pentingnya pelestarian lingkungan dan tersentuh untuk ikut serta melakukan pelestarian lingkungan. Pemberian contoh untuk daur ulang sendiri dapat dimulai dari lingkup kecil, yaitu lingkup rumah dan daerah kompleknya terlebih dahulu.
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -