Mengemban Tanggung Jawab dengan Keyakinan

Jurnalis : Robby Mulia Halim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Liani (Tzu Chi Medan)

Merry Sudilan memandang pentingnya pelatihan bagi relawan pendidikan di tengah-tengah kemajuan teknologi saat ini untuk membekali relawan dengan semangat dan pengetahuan baru dalam mengembangkan misi pendidikan Tzu Chi.

Untuk lebih mendalami tentang semangat dan perlunya tekad dalam menjalankan misi pendidikan, Tzu Chi Indonesia mengadakan pelatihan relawan pendidikan pada Sabtu, 7 September 2024 bertema “Dengan Keyakinan Berikrar dan Bersedia Mengemban Tanggung Jawab.” Sebanyak 182 relawan dari tujuh He Qi di Jakarta dan 52 dari luar Jakarta serta dari Sumatra Utara (Medan dan Tebing Tinggi), Pekanbaru, Bandung, Surabaya, Kepri (Batam) dan Palembang mengikuti pelatihan yang berlangsung di Tzu Chi Center Jakarta ini melalui sambungan zoom.

Peserta dari Medan sendiri sebanyak 36 orang yang mengikuti pelatihan ini di Jing Si Books and Cafe Medan. Kegiatan yang dimulai pukul 13.30 dan berlangsung selama empat jam ini diisi dengan sesi pendalaman materi dan sharing relawan.    
  
“Kemajuan teknologi saat ini terutama berbasis internet dan kehadiran AI (Artificial Intelligence / kecerdasan buatan) memberi dampak positif dan negatif terhadap tumbuh kembang anak sehingga sangat penting para relawan dibekali semangat dan pengetahuan baru dalam mengembangkan misi pendidikan Tzu Chi,” kata koordinator kegiatan, Merry Sudilan. Ia menambahkan bahwa relawan pendidikan juga merupakan teladan dan contoh bagi anak-anak agar memiliki pandangan hidup yang tepat dalam segala hal dan nilai-nilai spiritual yang bisa dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Para peserta mendengarkan penjelasan materi dalam pelatihan pendidikan dengan antusias dan bersungguh hati.

Sesi materi diawali dengan integrasi nilai-nilai spiritual dalam pendidikan untuk masyarakat modern yang dibawakan Hendry Chow. Ia menjelaskan hubungan antara nilai-nilai spiritual dengan agama yang sebenarnya merupakan sebuah pendidikan cara hidup untuk mencapai tujuan kehidupan dan filosofi pendidikan Tzu Chi yang meliputi mengajarkan perilaku penuh tata krama, membina akhlak yang mulia, mewariskan jalan kebenaran dan membimbing ke arah yang benar.

Di zaman kini yang didominasi digital dan kecerdasan buatan (AI), seorang pendidik harus mampu mengedukasi anak didiknya tentang prinsip-prinsip kebenaran yang terkandung dalam tata krama dan mendidik mereka untuk mampu merendah hati ke dalam dan bertata krama ke luar serta membina pengertian yang benar kemudian mengembangkannya menjadi perhatian benar. Semua itu pada akhirnya bermuara ke keseimbangan batin tanpa pamrih.

Para peserta juga diajak ikut serta dalam sesi games (permainan) untuk melatih fokus, konsentrasi dan refleks.


Di sesi Kecerdasan Emosional dalam pekerjaan sosial yang dipandu oleh Emil Atmadjaja, Co-founder EQ World Indonesia dan EQ Trainer & Coach, peserta dibekali penjelasan tentang kecerdasan emosional, seluk beluk emosi, perbedaannya dengan IQ, cara mengenali emosi yang timbul dalam diri serta tips mengelola emosi dan melatih otak untuk senantiasa berpikir positif. Emosi hanyalah reaksi kimia yang bertahan dalam otak selama 6–10 detik, tapi jika dibarengi dengan pikiran, timbullah perasaan.

Kecerdasan emosional secara efektif menggunakan pikiran dan perasaan untuk membuat keputusan yang tepat pada ruang dan waktu yang tepat dengan alasan yang tepat dan orang yang tepat. Kecerdasan emosional penting sebagai modal relawan di misi pendidikan. Kecerdasan intelektual berguna saat memberikan edukasi di kelas, namun saat menghadapi anak-anak atau ketika timbul masalah, yang digunakan adalah kecerdasan emosional.

Pelatihan pendidikan ini diselingi peragaan isyarat tangan lagu Ni Xiao Qi Lai Zhen Hao Kan (Senyummu Sungguh Mempesona) yang penuh makna dan diikuti peserta dengan tepukan tangan.

Dalam kesempatan ini, peserta diajak mendengarkan sharing pengalaman relawan pendidikan yakni Ernie Lindawati, Lim Ai Ru, Ritawati dan Jok Khian dalam sesi talkshow bertema “Mengemban Tanggung Jawab? Saya Bersedia” dari awal jalinan jodoh mereka dengan Tzu Chi hingga menjadi relawan pendidikan dan mengemban tanggung jawab di misi pendidikan Tzu Chi. Sharing relawan ini menambah wawasan dan memberikan landasan yang kuat bagi peserta untuk mengemban tugas dan tanggung jawab tidak hanya di misi pendidikan, tapi juga di misi lainnya.

Para peserta juga disuguhi video Lentera Kehidupan bertema “Membina Insan Berbakat dengan Proyek Harapan”. Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen berkata bahwa pendidikan pada dasarnya adalah proyek harapan yang juga merupakan pelukis jiwa kebijaksanaan. Pendidikan sangat penting dalam membina insan berbakat. Pendidikan Tzu Chi bukan hanya untuk misi Tzu Chi, tapi untuk disebarkan ke seluruh dunia.

Phei Yin (kanan) dan Widiyani (kedua kanan, relawan abu putih logo) mendapat kesan batin mendalam dari pelatihan relawan pendidikan.

Pelatihan ini tentu memberikan kesan batin tersendiri bagi masing-masing peserta. Salah satunya Widiyani yang anak perempuannya adalah murid kelas budi pekerti He Qi Cemara. Ia tamat SMA tahun ini dan melanjutkan studi ke Universitas Tzu Chi di Hualien, Taiwan, dengan dukungan dan guan huai (perhatian) dari relawan pendidikan. Menurut Widiyani, materi yang disajikan dalam pelatihan merupakan bekal dasar bagi relawan dalam menjalankan kegiatan Tzu Chi.

“Terutama EQ (kecerdasan emosional) tidak hanya penting dalam berkegiatan di Tzu Chi, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya saya menganggap IQ lebih penting, ternyata EQ juga tidak boleh diabaikan terutama dalam kegiatan-kegiatan Tzu Chi agar terjalin hubungan yang harmonis antar relawan. Saya sangat bersyukur dapat mengikuti pelatihan ini,” ungkap Widiyani.

Hal yang sama dirasakan Phei Yin, Ketua Kelas Kata Perenungan (Jing Si Ban) Mandala. “Pelatihan ini untuk merecharge semangat dan sebagai pengingat bagi relawan pendidikan akan makna dan filosofi pendidikan Tzu Chi,” tutur Phei Yin. Ia mengungkapkan bahwa nilai-nilai spiritual dan EQ sangat penting bagi relawan pendidikan dalam masyarakat modern saat ini yang didominasi teknologi sehingga mengurangi aktivitas fisik dan interaksi sosial dengan sekitarnya. Hal ini akan berdampak pada krisis karakter dan emosi yang labil.

Yanny (kedua kiri), mengapresiasi semangat dan kesungguhan hati relawan mengikuti pelatihan pendidikan.

Semangat dan kesungguhan hati para relawan dalam mengikuti pelatihan pendidikan mendapat apresiasi dari Yanny selaku Wakil Ketua He Qi Jati. Yanny berterima kasih atas sumbangsih yang tulus dari relawan pendidikan dalam membimbing dan mendidik murid-murid sehingga berjiwa welas asih dan berbudi pekerti luhur. Tidak lupa pula ia mendorong semangat relawan baru untuk mengambil tanggung jawab dalam misi-misi Tzu Chi.

Shixiong Shijie (relawan) bisa hadir di sini berkat jalinan jodoh yang istimewa. Saya berharap jalinan jodohnya diperpanjang. Semua relawan saling bahu membahu bersumbangsih dan menumbuhkan ikrar dan keyakinan untuk mengemban tanggung jawab sesuai tema pelatihan hari ini,” kata Yanny.

Hal senada diungkapkan Sylvia Chuwardi, Wakil Ketua Tzu Chi Medan. Ia menyampaikan syukurnya atas komitmen relawan pendidikan selama ini dan mengapresiasi antusiasme relawan mengikuti pelatihan. “Dari awal telah tampak semangat dan sukacita peserta mengikuti pelatihan ini. Semoga mendapat manfaat dari pelatihan ini dan dapat diimplementasikan tidak hanya di kegiatan misi Tzu Chi, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari,” tutup Sylvia.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Membina Kebijaksanaan Lewat Pelatihan Relawan Abu Putih

Membina Kebijaksanaan Lewat Pelatihan Relawan Abu Putih

08 Juli 2022

Relawan Tzu Chi Medan mengadakan pelatihan relawan Abu Putih ke-2 di tahun 2022. Pelatihan dilakukan untuk mengenalkan Visi dan Misi Tzu Chi kepada relawan, serta membina kebijaksanaan menjadi Bodhisatwa dunia.

Menjalin Jodoh Baik Melalui Pelatihan Relawan Abu Putih

Menjalin Jodoh Baik Melalui Pelatihan Relawan Abu Putih

01 April 2022

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih pada Minggu, 27 Maret 2022. Sebanyak 29 orang relawan ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Kesempatan Bersumbangsih Adalah Berkah

Kesempatan Bersumbangsih Adalah Berkah

27 Maret 2015 "Setelah mengikuti kegiatan hari ini, saya semakin mantap dan tahu tentang Tzu Chi itu apa sih. Semuanya dan termasuk ajarannya itu bagus sekali ya. Senanglah senang banget saya mengikuti kegiatan ini. Kesan hari ini yaitu melatih diri, saya sangat setuju dengan shijie tadi yaitu kita datang ke Tzu Chi untuk melatih diri,” pungkas Ahok.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -