Mengembangkan Cinta Kasih Melalui Bakti Sosial Kesehatan

Jurnalis : Joewita (He Qi Pusat), Fotografer : Susi Christine, Men Hao (He Qi Pusat)

Di bagian pendaftaran, pasien disambut dengan ramah oleh tim relawan.

Rangkaian Peringatan HUT RI ke-79 dan HUT Pusrehab Kemhan RI (Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan) ke-56 terasa lebih bermakna dengan diselenggarakannya bakti sosial kesehatan umum, gigi dan mulut, mata, penyuluhan kesehatan, dan pembagian paket sembako. Bakti sosial ini, Pusrehab Kemhan berkolaborasi dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, digelar pada Rabu 21 Agustus 2024 di Desa Sirnajaya Rawa Gede, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Bogor.

Desa Sirnajaya dipilih sebagai lokasi bakti sosial kesehatan dengan pertimbangan karena fasilitas kesehatan di sana masih sangat minim, kurang memadai dan juga jauh dari rumah sakit. Lokasi desa Sirnajaya yang terpencil, jauh dari jangkauan dengan jalan yang berkelok-kelok, tidak menyurutkan semangat para relawan.

Sebanyak 52 relawan dari komunitas He Qi Pusat maupun Xie Li Bogor turut bersumbangsih membantu bakti sosial kesehatan ini. Puluhan tenaga medis dikerahkan, mulai dari dokter dan perawat baik dari pihak Tzu Chi (TIMA) maupun Pusrehab Kemhan, keduanya bersinergi memberikan pelayanan dan pengobatan yang terbaik.

Masyarakat mengantre pengecekan tekanan darah.

Dokter mengecek tekanan darah seorang ibu sebelum diperiksa.

Bakti sosial kesehatan ini dimulai sesaat setelah penyampaian sambutan dari Kapusrehab Kemhan dr. Daniel Lumadyo Wartoadi, Sp. Rad. Brigadir Jenderal TNI dan Perwakilan dari Tzu Chi, Sukendro. Antrean dari banyaknya masyarakat baik lansia maupun anak-anak yang berdatangan untuk berobat sudah terlihat sejak pukul 08.00 pagi. 

Pasien yang datang harus melalui proses pendaftaran, lalu diberi nomor antrean dan menunggu sampai dipanggil untuk pengecekan tekanan darah. Selanjutnya pasien diperiksa sesuai penyakit yang diderita; pemeriksaan terdiri dari pengobatan umum, gigi dan mulut serta mata. Ada beberapa pasien yang datang dalam kondisi stroke, ibu-ibu membawa anaknya untuk berobat dan ada pula seorang Ibu yang sedang periksa gigi sambil menggendong anak, dikarenakan anak tersebut selalu menangis jika terpisah sebentar saja dari ibunya.

Para relawan menuntun seorang ibu menuju meja dokter.

Dokter memeriksa gigi seorang ibu yang sedang mengendong anaknya yang tertidur.

Dokter dan perawat dengan telaten dan cekatan menangani setiap pasien yang datang dengan beragam keluhan penyakitnya. Para relawan juga sabar memberikan pendampingan dan pengarahan untuk berpindah dari satu tenda pemeriksaan ke tenda lainnnya, sehingga alur pengobatan lebih terarah.

"Animo masyarakat sungguh luar biasa, sebenarnya kami hanya memperkirakan yang datang hanya 100 sampai dengan 200 orang, tetapi setelah kami data melalui Babinsa dan aparat kecamatan ternyata jumlahnya hampir mencapai 500 orang, " ujar Kepala urusan data dan informasi Kemhan Bp. Bernadus Yogi Kurniawan.

"Alhamdulillah bisa berobat gratis, biasanya suka bayar," ucap Siti Nengsih (30) ibu rumah tangga, salah satu pasien asma & bronkitis yang sebelumnya bila penyakitnya kambuh hanya bisa berobat ke bidan yang dekat dengan rumahnya, karena untuk berobat ke Rumah Sakit jaraknya jauh, harus ke RS Cileungsi atau RS Cimacan.

Pemeriksaan mata dilakukan oleh dokter karena Eva mengalami masalah penglihatan.

"Masalah di mata kalau melihat jadi seperti ada dua, kata dokter minus dan disuruh periksa dulu ke puskesmas. Kaki juga sakit karena asam urat tinggi dan ada darah tinggi juga. Jadi disuruh pantang makan ikan asin, kacang-kacangan, sayur ijo,”ujar Eva Romadon seorang ibu rumah tangga (34 ).

“Terima kasih untuk para dokter, jadi saya tahu penyakit yang dirasa saya itu apa. Kalau boleh, kegiatan baksos ini kedepannya lebih maju lagi,” lanjut Eva.

Banyak pasien lainnya juga berharap kegiatan semacam ini dapat diadakan kembali, sehingga mempermudah masyarakat dalam mengakses kesehatan.

“Kebutuhan pemeriksaan mata sangat tinggi, terbukti dengan banyaknya antrean poli mata, pemeriksaan kacamata ataupun pemeriksaan katarak juga cukup tinggi. Jadi warga juga sangat terbantu dengan kehadiran baksos ini,” ucap dokter Justina Ningsih, dokter umum yang bergabung dengan TIMA sejak 2011, saat ini berpraktik di RS Cinta Kasih Tzu Chi di daerah Cengkareng.

Dokter Moses Bernard Homenta, dokter dari TIMA yang turut serta memberikan layanan pengobatan pada baksos kali ini juga menyampaikan bahwa bakti sosial adalah salah satu penerapan dari visi misi Tzu Chi. “Membagikan apa yang kita punya, membantu orang yang sakit menjadi tidak sakit, membahagiakan insan manusia sehingga setiap makhluk terbebas dari kecelakaan dan malapetaka."

Bakti sosial ini berjalan lancar berkat dukungan semua pihak. Sebanyak 626 pasien sudah menjalani pemeriksaan dan pengobatan umum maupun gigi.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-143: Hari yang Ditunggu-tunggu

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-143: Hari yang Ditunggu-tunggu

09 Juli 2024

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-143 menghadirkan beragam kebahagiaan bagi para pasiennya. Rupanya beberapa pasien yang pernah mengikuti pengobatan katarak Tzu Chi tahun 2017 lalu sudah menantikannya.

Perhatian Tzu Chi Terhadap Kesehatan Pasien Pascaoperasi

Perhatian Tzu Chi Terhadap Kesehatan Pasien Pascaoperasi

19 September 2024

Proses pemulihan pasca-operasi adalah fase penting yang mempengaruhi kesembuhan pasien. Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan pemeriksaan untuk 9 pasien pasca-operasi benjolan dan hernia, dan 31 pasien katarak.

Merangkul dan Membangun Semangat Bersama

Merangkul dan Membangun Semangat Bersama

19 September 2024
Tzu Chi Batam kembali menggelar Sosialisasi Relawan Baru di Aula Jing Si Batam. Dengan sosialisasi ini, calon relawan baru, khususnya para sukarelawan yang sebelumnya bersumbangsih di kegiatan Bakti Sosial Kesehatan jadi makin mengenal Tzu Chi
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -