Mengembangkan Kemampuan Intuitif Kehidupan
Jurnalis : Chen Ya-ru (Tzu Chi School), Fotografer : Yang Cheng-tai, Chen Ya-ru, Michelle dan Ifana (Tzu Chi School)
|
| ||
Pada tahun ini, anak-anak dari setiap kelas menyelesaikan seluruh “babak” kegiatan uji ketrampilan di ruang kelas masing-masing, sebagai penanggung jawab di pos pengujian adalah guru-guru dari kelas lain. Di awal kegiatan, guru pembimbing dari kelas masing masing memberi pengenalan terhadap kegiatan yang akan berlangsung dan memberi dorongan semangat kepada anak anak untuk berusaha dengan sekuat tenaga, kemudian membagikan “kartu uji ketrampilan” sebagai petanda akan di mulainya kegiatan. Anak-anak kelas N1 yang berusia dua tahun merupakan kelas pertama yang memulai kegiatan uji ketrampilan, meskipun usia mereka masih kecil, di bawah dorongan semangat dari guru pimpinan pos penguji dan Da Ai Mama, mereka juga mampu menyelesaikan uji ketrampilan menyuci tangan dan menyusun peralatan makan. Pada saat melakukan uji ketrampilan, anak-anak kelas N2 yang berusia tiga tahun juga melakukannya dengan sangat sungguh sungguh, mereka mampu mengikuti petunjuk dari guru pimpinan pos penguji dalam menyelesaikan gerakan uji ketrampilan. Walau pun ada sebagian kecil anak-anak yang menangis kencang karena guru pimpinan pos penguji bukan guru yang mereka kenal, atau mereka masih membutuhkan pendampingan guru pembimbing dan Da Ai mama untuk mengingatkan apa yang harus mereka lakukan, tetapi segalanya masih berada dalam pengendalian guru, anak anak tetap mampu menyelesaikan gerakan yang seharusnya di bawah upaya guru yang menenangkan mereka dengan sabar.
Keterangan :
Jenis uji ketrampilan yang harus diselesaikan para sobat cilik kelas K1 dan K2 agak sulit, setiap anak harus menyelesaikan enam pos pengujian, antara lain uji tata krama Tzu Chi berupa “duduk kokoh bagaikan lonceng, berdiri tegak bagaikan pohon pinus”, “lima langkah mencuci tangan, menata peralatan makan dan menyimpannya, menyuci dan memeras kain lap serta mengelap meja, memakai dan melepaskan kaos kaki dan pelapis kaos kaki (Wa Tao) dan memakai baju dan mengancing kancing baju”. Bagi sobat cilik, lima pos pengujian terdepan boleh dikatakan mudah bagai membalikkan telapak tangan, karena hal tersebut sudah melebur ke dalam kehidupan sekolah sehari-hari, menjadi hal yang sudah biasa mereka lakukan sendiri, tetapi pos terakhir “memakai baju dan mengancing kancing baju” malah menjadi pos yang paling sulit dilaksanakan, terutama bagi anak-anak kelas K2 yang harus mengikut sertakan uji “melipat baju”, membuat mereka mengalami kesulitan ganda, karena biasanya di rumah ada pengasuh anak yang membantu si majikan cilik menyelesaikan pekerjaan memakaikan baju dan melipatkan baju, kesempatan untuk berlatih secara nyata bagi sobat cilik memang tidak banyak, oleh karena itu, saat sobat cilik mengikuti pelajaran budaya humanis, kata yang paling sering dikatakan pada guru adalah “saya tidak bisa”, namun melalui kegigihan dan dorongan semangat penuh kelembutan dari guru, pada saat berlangsungnya uji ketrampilan, sebagian besar anak-anak K2 semuanya berhasil menyelesaikan sendiri gerakan mengancing kancing baju dan dan melipat baju.
Keterangan :
Terhadap anak-anak yang penampilannya sangat bagus dalam kegiatan uji ketrampilan kali ini, guru pos penguji akan diberi stempel gambar wajah tersenyum dengan tulisan “sangat hebat” pada kartu uji ketrampilan. Anak-anak yang mendapatkan stempel “sangat hebat” semuanya merasa sangat gembira, dengan tidak sabar beramai-ramai mereka memamerkannya kepada guru masing masing, ada anak-anak yang melampiaskan rasa sangat senang mereka dengan saling menepukan telapak tangan dengan guru, rasa sukacita karena berhasil dalam uji ketrampilan terlukis semua pada wajah mereka. Kegiatan uji keterampilan menghadapi kehidupan sehari-hari kali ini, berhasil sukses terselenggarakan atas kerja keras bersama antara seluruh guru dan Da Ai Mama. Namun tujuan dari kegiatan ini bukan untuk ujian sekolah, melainkan melalui bentuk permainan uji ketrampilan, ingin memupuk kemampuan anak-anak dalam mengurus kehidupan diri sendiri, lebih berharap anak anak dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Kami sangat yakin untuk dapat perkembangan kemampuan intuitif kehidupan harus dimulai dari memupuk rasa tanggung jawab anak-anak dalam melakukan apa yang mampu mereka dilakukan sendiri, juga berarti dimulai dari memupuk kemampuan mengurus diri sendiri dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. | |||
Artikel Terkait
Kuntum Teratai Baru
25 September 2018Sebanyak 21 relawan baru Tzu Chi di Tangerang mengikuti sosialisasi relawan baru. Mereka sangat antusias karena bisa mengenal lebih dalam tentang Tzu Chi, seperti misi-misi Tzu Chi, budaya humanis Tzu Chi, juga tentang Master Cheng Yen.
Kegembiraan dalam Berbagi Kasih
26 Oktober 2015Pada 18 Oktober 2015 relawan Tzu Chi He Qi Selatan melakukan kunjungan kasih ke rumah dua penerima bantuan Tzu Chi. Selain melihat perkembangan mereka, relawan juga mendampingi dan menghibur kedua penerima bantuan ini.