Mengenal Langkah Tzu Chi

Jurnalis : Sucipta Nio, Indah Natalina (He Qi Timur), Fotografer : Fammy (He Qi Timur)

foto
Salah satu relawan memperkenalkan sejarah dan misi Tzu Chi kepada peserta sosialisasi calon relawan baru pada tanggal 16 Maret 2014.

Pada tanggal 16 Maret 2014, bertempat di Jing Si Book & Café Kelapa Gading, diadakan acara sosialisasi calon relawan baru. Siang itu satu per satu relawan hadir di toko buku. Bahkan mereka bertanya-tanya mengenai produk – produk Jing Si. Didampingi oleh para relawan biru-putih dan Abu-putih, para calon relawan diajak untuk masuk ke dalam kelas dan menikmati teh yang disediakan. Para relawan nampak sabar dalam memberi penjelasan kepada calon relawan baru.

Acara dimulai pada pukul 14.15 WIB. Hendry Zhou Shixiong selaku pembawa materi mengajak para calon relawan baru untuk menyaksikan Video Sejarah Tzu Chi tahun 2013. Hendry Shixiong juga menjelaskan asal muasal Tzu Chi yang berawal dari celengan bambu. Para calon relawan nampak serius mendengarkan materi yang dibawakan oleh Hendry Shixiong. Tampak beberapa mencatat materi yang dibawakan. Hendry Shixiong juga memaparkan apa itu ‘Budaya Humanis’. Budaya dasar Tzu Chi yang bersumber dari rasa “Bersyukur (Gan en), Menghormati (Zhun Zong), dan Cinta kasih (Ai)”

Ditengah acara, Hendry Shixiong mengajak seluruh peserta untuk menyaksikan video korban bencana di Manado yang khusus menciptakan lagu untuk Tzu Chi. Pada saat video tersebut diputar, nampak para calon relawan berkaca-kaca dan menangis. Rasa haru menyeruak ke dalam hati setiap Bodhisatwa yang menyaksikan video tersebut. Ada ketulusan disana, disampaikan lewat iringan lirik dan nada yang menyentuh hati.

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta calon relawan baru dengan antusias mengikuti acara sosialisasi (kiri).
  • Relawan memanfaatkan waktu saat break untuk berinteraksi kepada para peserta sosialisasi (kanan).

“Ada dua hal yang tidak dapat ditunda; Berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan. Terkadang kita berpikir, jika kita harus berbakti kepada orang tua karena orang tua kita sudah tua, takut tidak ada waktu lagi. Tetapi, Master berkata bahwa jika kita merasakan lagi yang  namanya usia tidak dapat ditebak, mungkin saja kita yang tidak memiliki waktu banyak, mungkin saja kita yang akan kehabisan waktu. Mengapa menunda untuk berbakti dan berbuat kebajikan?” papar Hendry Shixiong dalam salah satu materinya. Para relawan maupun calon relawan semuanya tertegun.

“Syarat menjadi relawan itu mudah, cukup memiliki satu hal yaitu ‘Cinta Kasih’ . Saya percaya satu hal, jika menanam benih baik, akan berbuah baik,” tambah Hendry Shixiong. Kemudian  memutarkan video tentang Dr. Prajak Aruntong – sebuah legenda tentang dokter yang ‘membayar’ hutang lamanya. Menceritakan bagaimana cinta kasih lewat 3 buah obat dan satu sup sayuran dapat menyelamatkan hidup seseorang dan ketika tiba waktunya  3 buah obat dan satu sup sayuran itu juga dapat menyelamatkan hidup kita kelak. Ini namanya “menanam benih baik, akan berbuah baik”. Namun, jangan pernah kita mengharapkan dalam berbuat baik akan mendapatkan balasan, karena berbuat baik bukanlah sebuah investasi. Berbuat baik harus dilakukan lewat ketulusan hati.

Di akhir acara, diadakan pertunjukkan Isyarat Tangan (Shou Yu) “Satu Keluarga” oleh para relawan, ketika lewat satu reffrain, para calon relawan pun bangkit berdiri dari kursi masing-masing dan ikut melakukan gerakan isyarat tangan bersama para relawan. Sungguh indah.Suasana kali itu melebur menjadi satu, satu keluarga. Handi adalah calon relawan yang sebelumnya sudah mengenal Tzu Chi namun jalinan jodoh belum berpihak padanya. Setelah menyaksikan acara di DAAI TV, Handi kemudian mencari informasi sosialisasi calon relawan baru. Berbekal tekad jalinan jodoh baik pun menyambut, Handi pun datang dalam acara sosialisasi calon relawan baru. Handi sendiri sangat tersentuh setelah mengikuti acara sosialisasi kali ini. “Saya merasakan bahwa Tzu Chi sangat luar biasa. Dapat membantu orang begitu banyak dan begitu tersebar luas,” kesan Handi Shixiong. Handi sendiri semakin mantap melangkahkan kakinya mengikuti jalan Tzu Chi.  “Umur sudah bertambah, mengapa tidak menggenggam kesempatan atau waktu untuk berbuat kebajikkan?” ucap Handi dengan tersenyum. Jalinan jodoh sudah terbuka lebar, menumbuhkan bibit-bibit Bodhisatwa baru sangatlah menggembirakan.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan memperagakan bahasa isyarat tangan dan mengajak semua peserta untuk melakukannya bersama-sama (kiri).
  • Usai acara, salah satu relawan terus berinteraksi dengan peserta sosialisasi calon relawan baru (kanan).

Ketika video korban bencana Manado mengalun, Silvia (35) begitu tersentuh hingga meneteskan air mata. Nampak suaminya, Yudha (37) menenangkan istrinya. Pasangan suami istri ini pertama kali mengenal Tzu Chi lewat DAAI TV, menonton drama DAAI TV lalu kemudian mencari informasi hingga jalinan jodoh pun berlabuh di Hu ai Kelapa Gading. Niat masuk Tzu Chi rupanya sudah ada sejak Silvia menderita sakit. Yudha berkata kepada istrinya, “jika kamu sembuh, mari kita berbuat kebajikkan lewat Yayasan Buddha Tzu Chi”. Dan mukjizat pun terjadi, istrinya sembuh. Keduanya pun makin mantap melangkahkan kakinya masuk ke barisan Bodhisatwa Yayasan Buddha Tzu Chi.

Sebelum melangkahkan kakinya ke Jing Si Book & Café, Yudha dan Silvia pun mendapatkan tentangan dari pihak keluarganya, “untuk apa kamu masuk Tzu Chi yang kerjaannya hanya mengurusi sampah,” ucap  Yudha dan Istrinya. Namun, hal tersebut tidak menggoyahkan langkah keduanya untuk bergabung.  Beberapa hari sebelum mengikuti acara sosialisasi, keduanya sempat mendengar kabar tidak sedap mengenai Tzu Chi, ada perasaan enggan yang menyelimuti hati Yudha. Hingga Minggu pagi, Yudha ragu melangkahkan kakinya mengikuti acara sosialisasi calon relawan baru. Namun Silvia meyakinkan suaminya untuk tidak ragu dalam melangkah. “Jika niat kita baik, jalannya pasti baik” demikian ucap Silvia kepada Yudha. Mendengar istrinya berkata demikian, Yudha pun memantapkan kembali hatinya.

Ternyata setelah mengikuti acara sosialisasi calon relawan baru, Yudha Shixiong dan Silvia Shijie baru mengerti apa Tzu Chi itu sebenarnya. Dan semakin yakin bahwa langkah yang dipilih keduanya tidak salah. Bahkan sebelum meninggalkan acara, keduanya sempat terlihat mengambil celengan bambu untuk memulai satu langkah kecil mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen.


Artikel Terkait

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -