Mengenal Lebih Dalam Budaya Humanis Tzu Chi
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)Hendry Chayadi, memberikan penjelasan tentang Budaya Humanis Tzu Chi, yang menjadi spirit di misi-misi Tzu Chi lainnya.
Biasanya hari Minggu adalah hari bagi setiap orang untuk istirahat dari segudang kesibukan (rutinitas) aktivitas sehari-hari. “Kebetulan kita ada jalinan jodoh yang baik, hari ini training. Menurut saya, sangat baik kalau kita memulai itu semua dengan relaksasi, dengan meditasi untuk menenangkan diri kita,” pinta Hendry Chayadi (33), salah satu insan Tzu Chi He Qi Timur. Memang kebanyakan orang selalu berpikir hari Sabtu ataupun hari Minggu, mereka sudah beristirahat. Walaupun banyak orang sudah istirahat, tidur, duduk, makan, namun kebanyakan diantara mereka tidak merasakan suatu ketenangan.
“Dengan waktu sebentar tadi itu, dengan berbagai guidances-guidances tadi itu, bagaimana kita semua berusaha untuk benar-benar mengambil waktu tenang untuk diri kita sendiri. Ini juga merupakan suatu recharges untuk diri kita menghadapi hari-hari ke depannya,” ungkap Hendry . Tak lupa Hendry Zhou, sapaan akrabnya menambahkan bahwa dengan kondisi relaksasi tadi, ketika selesai, mereka akan lebih segar, lebih siap untuk menerima materi yang disampaikan hari ini.
Pelatihan relawan He Qi Timur yang dilaksanakan pada hari Minggu, 15 September 2019, di Kantor Tzu Chi He Qi Timur, gedung MOI lantai P3, diawali dengan meditasi (relaksasi) kepada 46 insan Tzu Chi komunitas He Qi Timur. Sesuai dengan tema pelatihan adalah Misi Budaya Humanis Tzu Chi, tentunya tidaklah jauh dari 3 pilar Tzu Chi, bersyukur (gan en), menghormati (zhung zong) dan cinta kasih/mengasihi (ai), adalah salah satu pedoman bagi Master Cheng Yen. Terlebih lagi tiga pilar ini adalah sifat hakiki yang ada di dalam hati setiap manusia.
Kebetulan kita ada jalinan jodoh yang baik, hari ini training. Menurut saya, sangat baik kalau kita memulai itu semua dengan relaksasi, dengan meditasi untuk menenangkan diri kita,” kata Hendry Chayadi.
Budaya humanis adalah bagaimana kita membangkitkan kembali nilai-nilai luhur ataupun sifat-sifat luhur yang ada di dalam diri kita sendiri. “Lewat kegiatan-kegiatan Tzu Chi, lewat misi-misi Tzu Chi, sebenarnya kita diingatkan kembali untuk membangkitkan nilai-nilai itu, sifat-sifat itu di dalam diri kita. Bagaimana ketika kita melakukan kunjungan kasih kita bisa bersyukur. Bagaimana kita menghormati orang lain ? Bagaimana kita mengasihi diri kita, dan orang lain serta bumi kita lewat pelestarian lingkungan,” tutur Hendry Zhou. Sesungguhnya semua Misi Tzu Chi adalah didasari oleh gan en, zhong zung, ai.
“Tentu juga, bagaimana Tzu Chi mengembangkan badan misi budaya humanis itu, terutama dari DAAI TV,” jelas Hendry Chayadi. Ia juga mau mengingatkan kepada para relawan bahwa DAAI TV itu sebenarnya selain untuk memperkenalkan Tzu Chi di masyarakat juga menjadi sarana bagi relawan mendalami Dharma. “Kita bisa mendengar wejangan-wejangan Master Cheng Yen. Jadi itu juga satu sarana penting buat kita sebagai insan Tzu Chi,” tambahnya.
Wie Sioeng, relawan Komite Tzu Chi dari He Qi Timur membawakan materi tentang daur ulang dan pelestarian lingkungan.
Budaya humanis (ren wen) itu adalah keteladanan manusia (ren pin dian fan) dan mewariskan nilai dan sejarah (wen shi liu fang). Mengapa DAAI TV termasuk misi budaya humanis? “Karena memang tujuan DAAI TV adalah mewariskan nilai-nilai kebajikan dari keteladanan manusia, dari keteladanan insan Tzu Chi, dan dari orang-orang yang bersumbangsih bagi masyarakat. Nilai-nilai teladan ini perlu kita sebarkan ke masyarakat supaya masyarakat tahu bahwa di dunia ini juga masih ada kebajikan,” kata Hendry Zhou, salah satu Komite Tzu Chi Indonesia. Humanis itu ialah nilai-nilai yang luhur dari sifat-sifat manusia. Semua nilai ini disebarkan melalui DAAI TV. Itu sebabnya dengan adanya DAAI TV tentu termasuk ke dalam misi budaya humanis.
Master Cheng Yen sering mengatakan bahwa budaya humanis itu ada di dalam semua Misi Tzu Chi. Semua misi Tzu Chi dilandasi oleh budaya humanis. Bagaimanapun kita menjalankan semua Misi Tzu Chi, kita harus berlandaskan pada 3 pilar Tzu Chi: Bersyukur (Gan En), Menghormati (Zhong Zung), dan Mengasihi (Ai). Master Cheng Yen juga sering mengatakan budaya humanis itu ada 4, karena Misi Tzu Chi ada 4. Budaya humanis di dalam misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan dan di dalam misi budaya humanis itu sendiri. “Pengertian budaya humanis Tzu Chi sangat luas, mencakup semua misi. Misal di amal, penerapan budaya humanisnya seperti apa? Di misi kesehatan, penerapan budaya humanisnya seperti apa? Di dalam misi pendidikan dan di misi budaya humanis itu sendiri sebenarnya seperti apa? Ini tentu perlu didalami oleh semua insan Tzu Chi,” jelas Hendry.
Guntur Angjaya (dua dari kiri) mengaku sering menonton DaAi TV bersama istrinya di rumah.
Harapan Master Cheng Yen sesungguhnya adalah kita sebagai insan Tzu Chi bisa menerapkan nilai-nilai budaya humanis ini di dalam kehidupan kita sehari-hari. Master Cheng Yen juga sering mengatakan di dalam menghadapi semua orang, di dalam menghadapi semua masalah, kita harus mengutamakan keharmonisan. Dengan demikian kita akan sejalan dengan kebenaran. Keharmonisan itu bisa tercapai, tentunya hanya jika kita benar-benar memiliki 3 sifat luhur yang menjadi pilar budaya humanis. “Kalau semua orang bisa saling bersyukur, semua orang bisa saling menghormati, semua orang bisa saling mengasihi, keharmonisan itu bisa tercapai. Baru bisa juga visi Tzu Chi, mensucikan hati manusia, masyarakat harmonis, dunia bebas bencana, baru bisa tercapai. Master Cheng Yen tentu sangat mengharapkan bahwa ini sebenarnya menjadi bagian dari kehidupan semua insan Tzu Chi,” tambah Hendry.
Jalinan Jodoh Adanya DAAI TV
DAAI TV adalah harapan dari Master Cheng Yen.
Berawal dari insan Tzu Chi Indonesia yang mau membangun rumah sakit. Namun
Master Cheng Yen mengatakan bahwa di Indonesia masih kekurangan satu misi yaitu
DAAI TV. “Master Cheng Yen dengan kebjaksanaannya melihat Tzu Chi di Indonesia
memiliki jalinan jodoh untuk memiliki stasiun televisi. Tentunya kita butuh
stasiun tv yang berciri khas Indonesia. Kita tahu di Indonesia, banyak orang
tidak bisa bahasa Mandarin. Karena itu, kita butuh stasiun tivi yang berbahasa
Indonesia, jadi bisa menyampaikan nilai-nilai Tzu Chi ke masyarakat yang lebih
luas,” ujar Hendry Chayadi, yang juga salah satu karyawan di stasiun DAAI TV.
Relawan mulai mempraktikkan salah satu ciri budaya humanis Tzu Chi, yakni budaya mengantri dengan rapi dan teratur.
Tentunya dengan jalinan jodoh yang sudah terbentuk lama, sejak Tzu Chi di Indonesia berdiri. “Yaitu bagaimana seperti Master Cheng Yen pernah bilang bagaimana Tzu Chi telah bersumbangsih di Kali Angke, di Aceh dan sebagainya, sehingga jalinan jodoh untuk terwujudnya DAAI TV di Indonesia ini benar-benar terwujud,” kata Hendry. Ia juga menjelaskan bahwa secara hardware, Tzu Chi di Indonesia sudah mewujudkan harapan Master Cheng Yen. Master berharap DAAI TV itu bukan hanya sebuah hardware, tetapi juga dapat terus bertumbuh, dapat terus menyebarkan nilai-nilai budaya humanis ini lebih luas lagi, lebih dijangkau lebih banyak masyarakat, dan tentu bisa juga menyajikan nilai-nilai, kisah-kisah yang lebih mendalam sehingga orang-orang lebih tersentuh.
Jayanti Hidayat, salah satu relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Timur sangat bersyukur ada DAAI TV di Indonesia, karena dengan begitu setiap hari ia bisa bertemu dengan Master Cheng Yen dalam program Lentera Kehidupan. “Pelatihan kali ini mengingatkan saya kembali akan program-program DAAI TV sehingga kita bisa mengatur waktu untuk menontonnya. Keluarga dan teman-teman sangat mendukung saya dalam berkegiatan Tzu Chi. Mereka melihat banyak perubahan dalam diri saya,” kata Jayanti Hidayat.
Hal yang sama juga dirasakan oleh relawan Tzu Chi lainnya, Guntur Angjaya (54) dan Solni (48). “Sering menonton DAAI TV bersama Shijie saya, Angela,” kata Guntur. Sementara Solni, mengaku hampir setiap hari menyaksikan tayangan DAAI TV. “Setiap malam saya nonton DAAI TV, program Inspirasi, Lentera Kehidupan, serta Master Cheng Yen Bercerita,” kata Solni.
Editor: Hadi Pranoto