Mengenal Lebih Jauh Tentang Tzu Chi
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Bali), Fotografer : Maggie, Leo Samuel Salim (Tzu Chi Bali) * Isyarat tangan yang merupakan bagian dari misi budaya humanis ditampilkan dengan menawan oleh para relawan Tzu Chi Bali. | Orang yang memahami teori belum tentu paham bagaimana menerapkannya, tetapi orang yang mampu menerapkannya tentu telah memahami teorinya dengan baik, itulah sebuah pesan dari Master Cheng Yen. Master Cheng Yen mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi pada tahun 1966 dengan tujuan agar dapat menjernihkan hati manusia dengan menolong sesama. Hal ini terus berlangsung hingga saat ini dan menjadikannya sebagai sebuah wadah untuk melatih batin setiap insan manusia. Master Cheng Yen juga selalu berpesan bahwa kewelasasihan setiap manusia hendaknya dibarengi dengan kebijaksanaan. |
Mendalami Visi dan Misi Tzu Chi Oleh karena itu, pada hari Minggu, tanggal 19 April 2009, diadakanlah sebuah pelatihan relawan abu putih. Hal ini bertujuan agar setiap relawan bisa memperdalam visi dan misi Tzu Chi sehingga bisa mengenal lebih jauh mengenai Tzu Chi. Sejumlah 18 orang relawan abu putih telah berkumpul di Rumah Sehat untuk mengikuti pelatihan relawan abu putih. Tepat jam 09.30 Wita, acara pelatihan dimulai. Dengan sangat rapi, para relawan berbaris di lantai satu. Semua relawan dibagi menjadi 4 kelompok: 2 kelompok shixiong (relawan laki-laki -red) dan 2 kelompok shijie (relawan perempuan -red). Masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang relawan biru putih. Setelah diberi sinyal kalau acara sudah akan dimulai, para relawan abu putih mengikuti ketua kelompoknya yang sudah memegang nomor kelompok masing-masing dan menuju ke lantai 2. Setelah memasuki ruangan, para relawan dengan mengikuti instruksi dari pembawa acara, memberi hormat kepada foto Master Cheng Yen selaku pendiri dari Yayasan Buddha Tzu Chi, dan kemudian bersama-sama menyanyikan lagu ”Mars Tzu Chi”. Setelah itu, para relawan dipersilahkan untuk duduk dan bersama-sama menyaksikan kisah Master Cheng Yen. Film dokumenter tersebut menampilkan cikal bakal Yayasan Buddha Tzu Chi yang dimulai dari 30 orang ibu rumah tangga, yang mana setiap harinya menabung 50 sen dollar Taiwan untuk disumbangkan ke Tzu Chi. Kini Tzu Chi telah mendunia dan memiliki 45 cabang di seluruh dunia, dan telah membantu lebih dari 100 negara di dunia ini. Ket : - Para relawan bersama-sama mempelajari isyarat tangan Tzu Chi. (kiri) Banyak relawan terkesan akan sepak terjang Tzu Chi yang tidak memandang latar belakang orang yang dibantu, dan juga menunjukkan sebuah organisasi yang sangat rapi dan disiplin, tetapi selalu bergerak cepat jika terjadi suatu bencana. Hal yang menarik adalah sebuah kebiasaan setiap relawan yang mengucapkan terima kasih kepada orang yang dibantu. Presentasi Budaya Humanis Tzu Chi Ket : - Dengan penuh perhatian para relawan abu putih menyaksikan ceramah Master Cheng Yen. (kiri) Sebelum itu, saya menjelaskan jenjang-jenjang relawan di dalam Yayasan Buddha Tzu Chi dan mencoba menjelaskan apa tugas dan tanggung jawab sebagai relawan Tzu Chi. Dalam kesempatan ini juga, Khimberly menjelaskan tentang misi amal Tzu Chi. Misi amal Tzu Chi adalah tonggak pertama berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi. Di dalam materi mengenai misi amal, diperkenalkan kegiatan survei. Kegiatan survei ni sangatlah penting bagi setiap insan Tzu Chi karena dengan melakukan kegiatan survei maka kita dapat membangkitkan kesadaran jiwa akan penderitaan di dunia ini. Dengan menyadari adanya penderitaan di dunia maka kita akan merasa beryukur dengan kondisi kita sekarang ini. Pada misi amal tersebut juga dijelaskan apa yang menjadi prinsip misi amal Tzu Chi, yakni mewujudkan sikap welas asih kepada setiap orang tanpa melihat latar belakangnya dan mampu merasakan penderitaan orang lain sehingga kita bersedia menolong orang tersebut. Ket : - Setelah acara selesai, para relawan senior berterima kasih kepada relawan abu putih atas kesediaan “Kesan yang mendalam terhadap Tzu Chi adalah disiplin, kerendahan hati, dan memberi dengan cinta kasih. Tzu Chi juga mengajarkan untuk memanage (mengatur -red) diri sendiri. Master Cheng Yen juga berpesan untuk bisa mengelola diri kita dahulu, barulah kita mengapresiasikannya kepada orang lain,” kata George, salah seorang peserta pelatihan dalam sesi sharing peserta. George sendiri sudah sering menonton DAAI TV sewaktu di Jakarta dan pernah mengunjungi DAAI TV di ITC Mangga Dua, tetapi sewaktu di Bali barulah berjodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan terlibat langsung dengan kegiatannya. Kegiatan pertama yang diikutinya adalah survei, pembagian kupon beras, dan mengikuti pembagian beras di Btan Nyuh, Karang Asem yang dilaksanakan oleh Kantor Penghubung Bali pada tanggal 8 Maret 2008. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, barulah George menyadari betapa mulianya Master Cheng Yen, dimana telah mendirikan sebuah yayasan sosial yang tidak memandang latar belakang dan menjadikannya tempat untuk melatih diri. | |