Mengenal Rasa Puas
Jurnalis : Wismina (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Patmawati (Tzu Chi Pekanbaru)Dalam kelas budi pekerti, para murid belajar menggambar dengan hanya menggunakan 3 batang pensil warna.
“Menyayangi dan merawat benda di sekitar kita berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas” (Kata Perenungan Master Cheng Yen)
Kata Perenungan Master Cheng Yen tersebut menjadi pedoman materi pembelajaran bagi anak-anak Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban yang berlangsung pada 17 Januari 2016, dari pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB. Sebanyak 20 anak hadir di pertemuan ketujuh ini.
Ervyna memandu para murid untuk bersama-sama membaca kata perenungan dalam bahasa Mandarin, dan kemudian Ti She, relawan pendamping menjelaskan makna yang terkandung di dalam kata perenungan, yakni kita harus belajar untuk tidak tamak dan dapat berpuas diri. Selain itu juga harus menyayangi dan menghargai barang-barang serta tidak berperilaku hidup boros. Kita juga harus menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan berkah kembali.
Memahami Lewat Cerita
Agar mereka dapat memahami materi pembelajaran, Ervyna kemudian menceritakan sebuah cerita yang berjudul “Sebuah Pensil yang Berukuran 1 cm”. Cerita ini mengisahkan tentang keluarga Xiao Ding Zi yang tinggal di sebuah desa kecil di dataran tinggi jauh di Tiongkok. Awalnya di desa tersebut tidak ada sekolah, kemudian ada sekelompok orang yang baik hati mendirikan sekolah sehingga Xiao Ding Zi dan kakaknya dapat bersekolah. Anak-anak dari usia 5 tahun sampai 13 tahun semua belajar di satu ruangan yang sama. Mereka sama-sama duduk di kelas satu sekolah dasar. Kakak Xiao Ding Zi sangat hemat, dia hanya menggunakan sedikit air untuk membersihkan baju yang penuh dengan tanah kuning. Persediaan air bersih di desa tersebut sangat terbatas. Setelah selesai membantu mama mengerjakan pekerjaan rumah, Kakak Xiao Ding Zi mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Kakak Xiao Ding Zi menggunakan ibu jari dan jari telunjuk memegang pensil yang berukuran 1 cm untuk menulis angka-angka. Xiao Ding Zi bertanya kepada kakaknya kenapa tidak menggantikan dengan pensil yang baru. Kakak Xiao Ding Zi menjawab bahwa pensil ini adalah hasil dari gaji kakak sulung mereka yang bekerja di kota. Karena tidak bersekolah, kakak sulung Xiao Ding Zi bekerja sebagai buruh di kota dengan gaji yang kecil. Kakaknya Xiao Ding Zi ingin menggunakan pensil tersebut hingga habis tak bersisa supaya tidak boros. Tulisan kakaknya Xiao Ding Zi ini tetap bagus walaupun menggunakan pensil berukuran 1 cm. Pada saat kakak sulungnya yang bekerja di kota pulang ke kampung, ia membelikan dua batang pensil. Saat itu Xiao Ding Zi berkata lagi kepada kakaknya bahwa kakaknya sudah dapat menggunakan pensil yang baru, namun kakaknya Xiao Ding Zi tetap bersikeras selagi pensil yang berukuran 1 cm belum habis dipakai maka ia tidak akan menggunakan pensil yang baru.
Pada saat cerita selesai dibacakan, Tishe bertanya kepada para murid kenapa kakaknya Xiao Ding Zi tidak mau menggunakan pensil baru? Ini mencerminkan sifat apa? Para murid langsung menjawab jika itu merupakan sifat tidak boros.
Para relawan pendamping membimbing para murid selama belajar di Kelas Budi Pekerti Tzu Chi
Dalam acara, para murid diajak bermain untuk membedakan keinginan dan kebutuhan.
Mempraktikkan Sifat Tidak Boros
Para murid kemudian mendapat kesempatan untuk mempraktikkan sifat tidak boros dan memahami bahwa barang yang penting ialah cukup pakai. Mereka mewarnai sebuah gambar, namun hanya boleh menggunakan 3 batang pensil warna. Dan warnanya terserah, mereka yang menentukan. Awalnya Malvin, salah seorang murid terus berusaha meminta untuk bisa menggunakan 4 batang pensil warna. Namun relawan pendamping terus memberikan pengertian bahwa dengan 3 batang pensil warna tetap akan bisa menghasilkan gambar yang bagus. Akhirnya dapat dibuktikan oleh para murid termasuk Malvin sendiri yang berhasil mewarnai gambarnya dengan bagus dengan hanya menggunakan pensil warna kuning emas, cokelat, dan hijau.
Mengenal rasa puas juga berkaitan dengan keinginan. Oleh sebab itu para murid diberi pemahaman mengenai kebutuhan dan keinginan. Tishe memberi penjelasan tentang pengertian kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah sesuatu yang kita butuhkan dan jika tidak ada akan mempengaruhi kelangsungan hidup misal makanan, pakaian, rumah tinggal. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang kita inginkan dan jika tidak ada sebenarnya tidak bermasalah. Misalnya sudah punya 1 kotak pensil yang masih bagus, belum rusak, tapi ingin model kotak pensil yang lain.
Para murid juga belajar memeragakan bahasa isyarat tangan yang diajarkan oleh para relawan pendamping
Kemudian dicontohkan beberapa kondisi seputar kebutuhan dan keinginan, murid-murid diminta untuk menjawab. Contohnya setiap hari kita perlu makan nasi, termasuk kebutuhan atau keinginan? mereka bisa menjawab bahwa itu termasuk kebutuhan. Contoh lain seperti makanan snack tidak baik untuk kesehatan, termasuk kebutuhan atau keinginan? Awalnya William, salah seoran murid menjawab itu adalah kebutuhan, kemudian oleh Tishe dijelaskan bahwa jika kita tidak makan snack sebenarnya tidak mempengaruhi kelangsungan hidup kita, dan sayup-sayup ada terdengar murid lain yang mengatakan bahwa makan snack bisa menyebabkan batuk, akhirnya William mengganti jawabannya dari kebutuhan menjadi keinginan. Anak-anak terlihat sangat antusias menjawab.
Memahami Sedikit Keinginan , Kegembiraan Akan Menjadi Banyak
Para murid dipandu oleh Helen dan Meidiana untuk bermain permainan. Dibuat kondisi di mana pada hari minggu, anak-anak diajak mama ke mal, lalu mereka melihat ada es krim, donat, snack-snack, permen, biskuit, coklat, susu, kotak pensil, pensil. Kemudian mereka diminta untuk menulis keinginan mereka di kertas ”Daftar Keinginan” dan juga masing-masing anak dikasih kantong tas. Setelah semuanya sudah siap menulis keinginan, mereka kemudian menukarkan keinginan mereka di Pos Penukaran Keinginan. Para murid menyerahkan daftar keinginan dan juga kantong tas kepada relawan yang bertugas di pos penukaran keinginan. Satu keinginan akan ditukarkan menjadi 1 bungkusan koran yang berisi batu. Jadi sepuluh keinginan, maka sepuluh bungkusan koran. Setelah menukarkan keinginan, murid-murid harus berjalan mengikuti jejak langkah yang telah ditempel di lantai sambil membawa kantong tas yang berisi keinginan mereka menuju Pos Pelepasan.
Sampai di Pos Pelepasan, para relawan siap menyambut mereka yang kemudian diarahkan untuk mengeluarkan atau membuang keinginan-keinginan mereka. Para relawan bertanya perasaan murid-murid yang membawa kantong tas berat. “Lebih enakan membawa kantong tas yang ringan atau kantong tas yang berat?” para murid menjawab jika kantong tas yang ringan. Ada murid yang punya keinginannya banyak, namun ada juga yang punya keinginan sedikit. Setelah dari Pos Pelepasan, para murid diarahkan membawa kantong tas yang sudah kosong dari keinginan ke Pos Kebahagiaan. Gessy yang menjawab harus mengurangi keinginan ketika Tishe menanyakan, kita harus mengurangi keinginan atau menambah keinginan supaya ingin bahagia?
Terakhir para relawan mengajak murid-murid bersama-sama memeragakan isyarat tangan lagu Xing Fu De Lian yang artinya Wajah yang Bahagia. Makna yang terkandung dari lagu ini adalah kebahagiaan ada di dalam diri dan dengan mengurangi keinginan maka kegembiraan akan bertambah serta harus menghargai sumber daya alam yang ada.