Mengenal Tiga Hari Besar Tzu Chi

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Selasa, 10 Mei 2016, Sekolah Tzu Chi Indonesia mengadakan perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia.

Perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia, tidak hanya dirayakan oleh relawan Tzu Chi, namun juga dirayakan oleh seluruh bagian dari Tzu Chi termasuk siswa Sekolah Tzu Chi Indonesia. Seluruh jenjang pendidikan di Sekolah Tzu Chi Indonesia melaksanakan prosesi ini pada Selasa, 10 Mei 2016 di Aula SD Tzu Chi Indonesia. Perayaan tiga hari besar ini pun diikuti oleh sekitar 900 siswa dari TK, SD, dan SMP.

“Kali ini kami membagi prosesi menjadi 3 bagian sesuai jenjang pendidikan. Siswa SMP memulai prosesi pada pukul 08.00, sedangkan TK pada pukul 10.00, dan SD pada pukul 12.45,” ucap Chen Pei Wen, salah satu guru sekolah Tzu Chi sekaligus penanggung jawab kegiatan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan jam belajar dari masing-masing jenjang pendidikan.

Pei Wen juga menuturkan bahwa setiap jenjang dipastikan mengadakan prosesi termasuk siswa TK. “Hal ini karena Waisak adalah acara yang sangat penting bagi Tzu Chi,” katanya. “Jadi sebagai guru dan murid harus mengikuti Waisak. Di dalam kelas kami juga mengajarkan makna Waisak dan toleransi antar-agama. Kami mengajarkan kepada siswa yang berbeda-beda agama untuk menghormati agama lainnya,” tambahnya.

Walaupun terasa susah untuk mengatur siswa TK, namun antusiasme mereka membuat mereka mendengar dan mengikuti aba-aba dari pembawa acara ketika prosesi berlangsung.


Perayaan tiga hari besar ini dilakukan di Aula SD Tzu Chi Indonesia dan diikuti oleh sekitar 900 siswa dari TK, SD, dan SMP.

Sementara itu, Iing Felicia Joe, Kepala Sekolah TK Tzu Chi merasa selalu ada tantangan tersendiri dalam mendidik siswanya untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi. “Karena pada dasarnya, usia TK adalah usia siswa untuk movement, mereka selalu bergerak, dan susah untuk berdiri diam. Sementara itu prosesi Waisak harus dilakukan secara khidmat,” ucapnya. Prosesi yang memakan waktu hampir 30 menit ini pun dirasa sangat lama bagi siswa TK. Tak jarang mereka saling berbincang satu sama lain, bercanda, namun tetap bersikap anjali (menelangkupkan tangan di depan dada), dan berdiri sesuai urutannya.

“Antusiasme siswa terlihat sangat besar,” kata Iing. Walaupun mereka susah untuk diam, namun mereka mendengar dan mengikuti aba-aba dari pembawa acara ketika prosesi berlangsung. Hal ini disambutnya dengan senang karena prosesi berjalan dengan lancar. “Prosesi ini menurut saya memang membutuhkan konsentrasi yang tinggi, dari sini kami juga ingin menanamkan bagaimana belajar konsentrasi pada anak. Dan senang sekali karena mereka bisa ikut, walaupun agak susah di awal belajarnya,” imbuhnya.

Pei Wen pun menambahkan bahwa selain untuk melatih konsentrasi, prosesi Waisak juga mereka manfaatkan untuk berbagi makna mengenai arti menghormati. Hal ini karena pada saat yang sama, siswa yang berbeda agama pun ikut mendengarkan sosialisasi Waisak. “Sekarang sangat banyak bencana dan peperangan, ini sebenarnya karena batin manusia tidak seimbang, ketegangan antar-agama menimbulkan banyak konflik dan bencana. Jadi kami mengajarkan anak-anak bahwa walaupun kamu bukan umat Buddha, tapi harus belajar menghargai agama orang lain, dan umat agama lain juga akan menghargai agama kita,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Menghimpun Doa Jutaan Insan

Menghimpun Doa Jutaan Insan

18 Mei 2016 Pada Perayaan Hari Raya Waisak tahun ini, Yayasan Buddha Tzu Chi Pekanbaru bertekad mengajak lebih banyak masyarakat untuk turut serta menghimpun doa bersama. Karena itulah tema yang diambil adalah “Doa Jutaan Insan”.
Mengenal Tiga Hari Besar Tzu Chi

Mengenal Tiga Hari Besar Tzu Chi

11 Mei 2016
Di dalam kelas kami juga mengajarkan makna Waisak dan toleransi antar-agama. Kami mengajarkan kepada siswa yang berbeda-beda agama untuk menghormati agama lainnya,” tambahnya.
Waisak 2016: Persaudaraan Antar Manusia

Waisak 2016: Persaudaraan Antar Manusia

16 Mei 2016

Sebanyak 320 hadirin memenuhi Hall D Mangga Dua Surabaya dalam rangka Perayaan Waisak 2016.  Relawan Tzu Chi Surabaya menampilkan drama yang menyentuh perasaan para relawan dan peserta yang hadir. 

 

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -