Pelatihan on site relawan pemerhati Tzu Chi Hospital pada Minggu, 11 September 2021 diikuti oleh 36 relawan pemerhati.
Dengan berpegang teguh pada misi menyelamatkan kehidupan, menjaga kesehatan, dan menjunjung tinggi semangat cinta kasih, Tzu Chi Hospital Indonesia yang terletak di Pantai Indah Kapuk akan membuka pelayanan pasien rawat jalan pada 1 Oktober 2021 mendatang.
Relawan Tzu Chi yang berkomitmen untuk menjadi software Tzu Chi Hospital atau sebagai relawan pemerhati rumah sakit yang humanis harus mengikuti pelatihan langsung di lapangan. Pelatihan itu berlangsung selama tiga hari: 11, 18, dan 25 September 2021.
“Ini adalah suatu hal yang sangat spesial, suatu panggilan. Bila tidak ada panggilan ini, rasanya sulit untuk bertugas sebagai relawan pemerhati rumah sakit,” kata Dokter Suriyanto, Direktur Medis Tzu Chi Hospital, memaknai arti relawan pemerhati.
Pelatihan langsung selama 3 hari di bulan September ini adalah lanjutan dari pelatihan online yang pernah diadakan setiap hari Minggu di pekan pertama pada September 2020 hingga April 2021 lalu. Pelatihan tersebut diisi materi mengenai visi misi Tzu Chi Hospital, mengapa Master Cheng Yen membangun rumah sakit, juga do and don’t saat menjadi relawan pemerhati di rumah sakit.
“Hari ini, sebulan menjelang dibukanya Tzu Chi Hospital, kami kembali mengundang shixiong shijie untuk bersama-sama, pertama untuk me-refresh, kedua untuk melihat secara langsung lokasi yang nantinya kita akan bertugas,” jelas Suriadi kepada 36 relawan Tzu Chi bersama 7 orang manajemen Tzu Chi Hospital.
Pelatihan ini bertujuan agar relawan Tzu Chi lebih mengenal Tzu Chi Hospital. “Mengetahui (mendalami) lebih detail, mengenal secara fisik, mengenal staf yang bekerja di tiap ruang, sehingga pada saat relawan pemerhati aktif nantinya, kita akan lebih memahami baik alur rumah sakit, alur pelayanan, dan juga siapa saja yang bertugas,” jelas dokter Suriyanto (55).
Pelatihan pada 11 September 2021 ini, lebih dikhususkan kepada relawan Tzu Chi yang bertugas di lobby, rawat jalan lantai 2 dan lantai 5, serta tim farmasi/linen atau Instansi Sterilisasi Sentral (ISS). Pelatihan ini juga difokuskan bagi relawan pemerhati yang akan bertugas pada 1 Oktober 2021 nantinya.
Dokter Suriyanto (55), Direktur Medis Tzu Chi Hospital sangat berterima kasih dan menyambut baik relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital.
Selain itu, juga ada 1 tim yang akan aktif sesuai kebutuhan pada 1 Oktober 2021 ini adalah Intensive Care Unit (ICU) dan Operating Theater (kamar operasi), serta rawat inap lantai lobby, Intensive Care Unit and Operating Theater.
“Ketika dibutuhkan maka (relawan) akan dihubungi, datang membantu. Secara bertahap, akan aktif,” ungkap Suriadi tentang pengenalan pembukaan Tzu Chi Hospital.
“Bagian Tzu Chi Hospital yang akan beroperasional pada 1 Oktober 2021 adalah IGD, rawat jalan lantai 1, 2, 3. Kemudian untuk rawat inap akan dimulai dengan 200 bed pada 25 Oktober 2021, diikuti dengan dibukanya perawatan intensif, kamar operasi, medical check-up, dan layanan penunjang lainnya. Sebenarnya nantinya, rawat jalan akan ada di lantai 5, di lantai 10. Namun, untuk tahap awal ini, akan digabung semua di lantai 1, 2 dan 3,” jelas Suriadi.
Tetapi, jika dalam proses rawat jalan, ada pasien yang memang urgent membutuhkan untuk di rawat inap, Tzu Chi Hospital akan upayakan untuk dirawat inap.
Pelatihan Secara Bertahap
Tzu Chi Hospital yang dibuka secara bertahap diikuti dengan pelatihan on site secara bertahap, materi pelatihan juga secara bertahap pula, tidak terlalu banyak atau pun sekaligus, tujuannya agar penangkapan materi akan menjadi lebih baik sehingga relawan pemerhati lebih memahami secara dalam mengenai Tzu Chi Hospital. “Secara bertahap, rawat jalan dulu, lanjut rawat inap. Bila kita jadikan satu sekaligus, itu tidak efektif. Start slow lebih baik, supaya kita bisa siap semuanya,” papar Dokter Suriyanto.
Alasan lainnya, Tzu Chi Hospital beroperasi secara bertahap, bahwa sesuai dengan ketenagaan yang ada tentunya, Tzu Chi Hospital berusaha semaksimal mungkin.
“Tenaga yang ada sekarang ini, hingga saat ini masih terus berproses, baik in house training, pengenalan terhadap alat, pengenalan terhadap alur kerja, Standard Prosedur Operational (SPO) dan semua terkait dengan pelayanan, sekarang ini masing-masing unit, masing-masing ruangan, masing-masing kepala bidang, terus melakukan persiapan,” jelas Dokter Suriyanto. Ia juga menjelaskan bahwa tim medis cukup confident dengan usaha keras, mulai dari pimpinan hingga pada level paling bawah, telah siap untuk melayani masyarakat.
Pada materi Pengenalan Lingkungan Tzu Chi Hospital di Lobby, Lantai 1, 2, dan 3, Dokter William, Asisten Kepala Bagian Pelayanan Medis melihat peserta training sangat bersemangat dan antuasias dalam menanyakan kesiapan dan kelengkapan alat medis yang tersedia di Tzu Chi Hospital.
“Peserta training bersedia memberikan edukasi kepada pasien yang datang berkunjung, yang membutuhkan fasilitas dan pelayanan kesehatan di Tzu Chi Hospital,” tutur Dokter William yang merasa kagum atas dedikasi relawan pemerhati untuk membantu kelancaran operational Tzu Chi Hospital nantinya.
Menjadi Rumah Sakit Teladan di Indonesia
Liu Sumei yakin semua insan Tzu Chi yang hadir dalam pelatihan ini, tentunya datang dengan sebuah perasaan sukacita ingin bersumbangsih.
Semua relawan Tzu Chi yang hadir dalam pelatihan ini, Liu Sumei yakin bahwa tentunya datang dengan sebuah perasaan sukacita ingin bersumbangsih. Di saat ini, memang tidak mudah untuk membangun rumah sakit, rumah sakit beroperasional ditengah pandemi Covid-19 juga sangat sulit, “Dokter Gunawan dan tim managemen dan seluruh karyawan Tzu Chi Hospital juga mengalami masa-masa yang cukup sulit dengan banyak kendala pada pembukaan rumah sakit di tengah pandemic Covid-19 ini. Ini adalah sesuatu hal yang sangat kita hargai,” jelas Liu Sumei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Pada kesempatan ini, karena pandemi Covid-19 juga, Liu Sumei memaparkan bahwa kita tidak bisa ke Taiwan mengikuti pelatihan relawan pemerhati yang ada di Taiwan. “Tetapi tentunya, di antara kita di sini juga beberapa orang sudah pernah training di Taiwan,” ujarnya.
Nantinya di dalam pelayanan sebagai relawan di Tzu Chi Hospital, Liu Sumei berharap relawan pemerhati benar-benar memegang teguh prinsip budaya humanis. Yang terpenting adalah menghormati professional tim medis yang bertugas di rumah sakit. “Kita tidak hanya memberikan perhatian kepada pasien, tetapi juga menyayangi dan memberikan perhatian kepada tim medis dan staff yang bertugas di Tzu Chi Hospital,” harap Liu Sumei.
Semua protokol kesehatan tentu tidaklah mudah, kadang kala pasti akan menemui kesulitan. Namun kesulitan tersebut, satu demi satu, kita berusaha mencari solusinya. Tak lupa, Liu Sumei mengucapkan gan en kepada para peserta yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi relawan pemerhati Tzu Chi Hospital.
Kontribusi dan Partisipasi Relawan Pemerhati
Dokter Gunawan Susanto, Sp.BS., Direktur Utama Tzu Chi Hospital, menjelaskan peran relawan pemerhati sangat besar dalam operational Tzu Chi Hospital.
Keinginan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk mendirikan rumah sakit bertaraf International yang high-tech dan high-touch telah terwujud, sebuah rumah sakit yang humanis dan penuh cinta kasih dalam melayani pasien.
Menjelang beroperasinya Tzu Chi Hospital di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, untuk rawat jalan pada 1 Oktober 2021, kebutuhan akan kontribusi dan partisipasi relawan Tzu Chi sebagai relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital semakin dibutuhkan.
“Peran relawan pemerhati untuk memberikan perhatian kepada pasien, menghibur jiwa pasien, memberikan informasi kepada pasien yang tak terbiasa sakit, tak terbiasa dengan kondisi rumah sakit, serta memberikan pelayanan dengan cinta kasih kepada sesama manusia. Tak lupa, relawan pemerhati dapat menjadi role model bagi petugas kesehatan agar lebih peduli kepada penyakit pasien,” kata dr. Gunawan Susanto, Sp.BS., Direktur Utama Tzu Chi Hospital, dengan penuh harapan agar Tzu Chi Hospital dapat menjadi rumah sakit idaman dan menjadi teladan rumah sakit di Indonesia.
Dokter Suriyanto, sangat berterima kasih dan menyambut baik relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital. “Kita bisa berkolaborasi bersama, baik dari segi medis yang ada di Tzu Chi Hospital juga aspek non medis, lebih ke spiritual, lebih ke hal-hal yang menyentuh, kepedulian, dan saling melengkapi dalam pelayanan medis yang baik,” harap Dokter Suriyanto terhadap relawan Tzu Chi yang berkomitmen menjadi relawan pemerhati.
“Alat medis yang canggih, tenaga professional, sarana pembangunan yang baik, saling melengkapi hingga menjadi satu kepingan yang utuh, adanya relawan pemerhati rumah sakit. Itu yang kita harapkan, dan tentunya perlu kita perjuangkan,” tambah Dokter Suriyanto.
Dokter Suriyanto secara pribadi sangat terkesan terhadap komitmen Tzu Chi Hospital yang luar biasa, untuk membangun rumah sakit yang megah, dengan alat medis yang canggih, tenaga yang luar biasa untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, siapapun mereka. “Ini suatu hal yang luar biasa. Boleh dikatakan pada zaman ini, kita cukup sulit untuk mencarinya,” kata dokter Suriyanto.
“Tanpa pamrih untuk memberi tenaga, pikiran dan hati tentunya untuk membantu Tzu Chi Hospital, memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien (masyarakat). Ini suatu kesan bagi saya yang sangat luar biasa, hingga timbul tekad untuk saling bekerjasama untuk memberikan yang terbaik,” tutupnya.
Panggilan Menjadi Relawan Pemerhati
Dokter William, Asisten Kepala Bagian Pelayanan Medis melihat peserta training sangat bersemangat dan antuasias dalam menanyakan kesiapan dan kelengkapan alat medis yang tersedia di Tzu Chi Hospital.
Salah satu relawan pemerhati, Laksmi Widyastuti, akan terus berkoordinasi dengan para koordinator masing-masing unit yang bertugas untuk memastikan tugas bisa berjalan dengan baik dan lancar. “Melihat relawan Tzu Chi sangat antusias untuk saling bersumbangsih tanpa pamrih, dan bersemangat. Itu yang selalu kita pegang, sesuai dengan keinginan Master Cheng Yen,” kata Laksmi Widyastuti. Ia ditunjuk sebagai wakil relawan pemerhati Tzu Chi Hospital. Dirinya sangat berharap Tzu Chi Hospital menjadi teladan bagi rumah sakit lainnya di Indonesia, rumah sakit yang ada relawan yang memperhatikan pasien.
Lilyean Celia P, koordinator rawat jalan di lantai 3 dan 10, tetap mempersiapkan diri dengan matang walau berpengalaman pernah mengemban tugas sebagai relawan pemerhati di Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK), Cengkareng. Sebelum bertugas, ia bersama timnya melakukan briefing, mengingatkan kembali panduan relawan pemerhati, seperti apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam bertugas nantinya.
“Dari Tangerang ke Pantai Indah Kapuk cukup jauh, relawan pastinya mengalami kesulitan di transportasi, menjadi tugas bersama di He Qi Tangerang, agar dapat mengemban tugas ini dengan baik,” ujar Lilyean Celia P, masih harus belajar untuk mengenal lingkungan Tzu Chi Hospital.
Sebagai relawan pemerhati, Hendra Tanumihardja (73), koordinataor di lobby, juga relawan pemerhati di RSCK selalu mengingatkan diri sendiri, harus memperhatikan budaya humanis. “Melayani pasien harus menggunakan budaya humanis. Tidak hanya dipraktikkan dalam tugas relawan pemerhati, namun di amal juga, tetap memperhatikan budaya humanis,” imbuh Hendra Tanumihardja, sangat berharap banyak relawan tertarik menjadi relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital.
Editor: Metta Wulandari