Mengenal Tzu Chi Lebih Mendalam

Jurnalis : Triana Putri (He Qi Utara 2) , Fotografer : Triana Putri, Aris Widjaja (He Qi Utara 2)

Para Gan En Hu tampak mendengarkan arahan dari Suwarni sebagai penanggung jawab acara.

Kondisi pandemi yang masih berlangsung saat ini tidak menyurutkan niat dan semangat para relawan Tzu Chi untuk mengadakan kegiatan awal bulan yaitu Gathering Gan en Hu (penerima bantuan). Seperti di komunitas He Qi Utara 2, pada Minggu, 7 Agustus 2022 yang berlokasi di Basement gedung DAAI, Tzu Chi Center PIK, Penjaringan, Jakarta Utara. Gan En Hu yang datang sebanyak 45 orang beserta pendamping.

Kegiatan kali ini cukup berbeda. Para Gan En Hu diajak tour berkeliling aula Jingsi.

“Kali ini kita adakan tour Aula Jingsi. Ini bertujuan supaya para penerima bantuan kita dapat mengetahui dari mana Tzu Chi berasal dan tujuan didirikan Tzu Chi serta mengenal tentang visi dan misi Yayasan Buddha Tzu Chi,” ujar Suwarni, penanggung jawab acara.

Sebelum acara dimulai, para Gan En Hu dibagi dalam 4 kelompok kecil. Mereka diajak berkeliling Aula Jingsi dengan tertib. Ada yang mulai dari lantai 1, ada yang dari lorong kiri, lorong kanan dan ruang exhibition. Secara bergantian, kelompok-kelompok kecil tersebut mendapatkan penjelasan mengenai perjalanan Tzu Chi di Indonesia.

Rusni menjelaskan relief di lantai 1 mengenai perjalanan hidup manusia dan misi Tzu Chi di Indonesia.

Jodi Lienardy memberitahukan GEH tentang duplikat rumah yang Master Cheng Yen tempati pertama kali di Hua Lien.

Ketika berada di lantai 1, Ci Bei Da ting (Lobby Ci Bei) mereka mendapatkan penjelasan mengenai 8 helai daun Bodhi yang menghiasi lantai lobby. Delapan helai daun Bodhi melambangkan ajaran Buddha mengenai jalan mulia beruas delapan yang terdiri dari pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Kemudian di Lobby Ci Bei juga terdapat relief yang menceritakan perjalanan hidup manusia dan misi Tzu Chi di Indonesia.

Saat berada di Ruang Exhibiton, para Gan En Hu dijelaskan mengenai perjalanan kasih yang Tzu Chi sebarkan di Indonesia. Misalnya membersihkan Kali Angke dan membangun rumah susun untuk para penghuni pinggiran kali, membangun Aceh yang telah terkena tsunami, pembangunan rumah sakit Tzu Chi, membantu pesantren dan sekolah-sekolah yang ada di beberapa daerah. Sambil berjalan di lorong dan mendengarkan penjelasan mengenai jejak langkah Tzu Chi, para Gan En Hu tiba di lantai 4.

Hoklay menjelaskan mengenai misi kesehatan Tzu Chi yang ditandai dengan didirikannya rumah sakit.

Nicholas yang membantu dorong kursi roda Gan En Hu, Riana.

Pada lantai 4 terdapat Jiang Jing Tang Da Ting (Auditorium Pembabaran Sutra) yang dapat menampung 1.600 orang. Di halaman luar lantai 4 terdapat duplikat rumah Master Cheng Yen seperti di Hua Lien, Taiwan. Rumah kecil yang menjadi tempat bernaung Master Cheng Yen dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan melakukan misi Tzu Chi.

Para Gan En Hu yang tidak leluasa untuk berjalan disediakan kursi roda oleh panitia dan didorong oleh relawan. Salah satu relawan yang bersedia untuk mendorongkan kursi roda adalah Nicholas. Dari awal di basement DAAI sampai ke lantai 4 lalu kembali lagi ke basement, Nicholas dengan sabar mendorong kursi roda seorang Gan En Hu. “Yah awalnya saya merasa kasihan terhadap Gan En Hu tersebut. Jadi saya bersedia untuk membantu. Ada rasa lelah juga namun saya senang karena saya dapat mengetahui tentang Tzu Chi juga,” ujar Nicholas.

Ibu Cicih dan Reihan yang merasa mendapatkan siraman rohani selama touring.

Hasil dari touring Aula Jingsi dirasakan secara langsung oleh ibu Cicih yang merupakan orang tua dari M Reihan Efendi (14 tahun). Ibu Cicih sangat menyimak penjelasan yang diberikan oleh relawan. Walaupun harus mendorong kursi roda Reihan sepanjang touring, ibu Cicih tidak merasa lelah bahkan tidak mau digantikan oleh relawan.

“Saya senang dapat melihat gedung Tzu Chi dan jadi tahu yang dibantu. Tzu Chi ternyata tidak memandang agama, suku. Pokoknya semua yang butuh bantuan pasti dibantu,” ucapnya. Ibu Cicih pun merasa mendapatkan siraman secara rohani juga, “dari keseharian kadang tidak dapat mengontrol emosi, marah. Setelah mendengar penjelasan dari relawan tadi jadi merasa lemah. Semoga tidak mudah marah lagi ” tambahnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Keharuan dan Ungkapan Cinta di Hari Ibu

Keharuan dan Ungkapan Cinta di Hari Ibu

05 Desember 2024

Gathering Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) kali ini mengajak anak-anak mengungkapkan rasa terima kasih kepada ibu dan pentingnya berbakti kepada orang tua. Ini menjadi simbol cinta kasih yang mendalam.

Gathering Gan En Hu : Perayaan Natal dan Toleransi Beragama

Gathering Gan En Hu : Perayaan Natal dan Toleransi Beragama

16 Desember 2016

Selain membagikan bantuan biaya hidup dan pendidikan kepada penerima bantuan, relawan juga merayakan Hari Natal dengan membagikan bingkisan Natal kepada umat Nasrani dalam kegiatan gathering Gan En Hu pada 11 Desember 2016.

Memberikan Teladan dan Motivasi kepada Para Gan En Hu

Memberikan Teladan dan Motivasi kepada Para Gan En Hu

13 Februari 2024

Meski hanya memiliki satu lengan, Karmani yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek daring ini tetap semangat. Kisahnya pun menginspirasi para Gan En Hu lainnya.

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -