Mengenal Warga Bantar Gebang

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoMurid-murid Sekolah Dasar Yayasan Dinamika Indonesia sangat antusias mempelajari seni melipat kertas. Selain mengajarkan seni lipat kertas, relawan Tzu Chi juga berpesan kepada mereka agar selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Dua orang relawan Tzu Chi, Ho Chun Lan dan Dina Hartati tengah sibuk mengajarkan origami bak sampah kepada murid-murid kelas 5 Sekolah Dasar Yayasan Dinamika Indonesia, Bantar Gebang, Bekasi. Suasananya pun begitu ceria, karena 40 murid di kelas itu sangat antusias memerhatikan setiap ucapan dan gerakan dari setiap relawan. Satu di antaranya adalah Ayu, anak perempuan berumur 11 tahun yang duduk di barisan terdepan ini begitu fokus menyimak setiap pesan yang disampaikan oleh Ho Chun Lan dan Dina Hartati.

Ayu yang tinggal tak seberapa jauh dari lokasi sekolah memiliki harapan menjadi orang sukses jikalau dewasa nanti. Ayahnya yang bernama Saman setiap hari bekerja sebagai pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang. Sejak pukul 5 pagi Saman sudah pergi mengais rezeki di antara sampah yang menggunung. Bila rezeki sedang berpihak padanya, dalam satu minggu Saman bisa memperoleh penghasilan lebih dari Rp 100.000. Tidak hanya kaleng dan plastik daur ulang saja yang Saman ambil, terkadang bila mendapatkan mainan ia membawanya pulang untuk diberikan kepada putri bungsunya, Ayu. Momen inilah yang sering ditunggu-tunggu Ayu – sebuah mainan dari kerja keras ayahnya selama seharian. “Bapak biasa pulang bawa botol, plastik, kaleng. Tapi kadang suka bawa mainan, saya paling suka kalau bapak bawa mainan,” kata Ayu.

Saman yang berasal dari Cilincing, Jakarta Utara ini sebelumnya pernah bekerja sebagai buruh pabrik sabun di kawasan industri Cilincing. Namun setelah ia menikah dengan Umayah dan berhenti sebagai karyawan kontrak, salah seorang temannya mengajak Saman untuk mengais rezeki di Bantar Gebang sebagai pengumpul sampah daur ulang. Maka sejak saat itulah, Saman pindah ke Bantar Gebang dan selalu mengawali harinya dengan kerja keras. Tak terasa, ternyata sudah lebih dari 17 tahun Saman tinggal di TPST Bantargebang dan profesi ini pun telah diikuti oleh putra sulungnya Leman. Maka tak berlebihan jika Ayu ingin tetap bersekolah dan akhirnya sukses agar ia tak mengikuti jejak ayahnya yang bekerja penuh kerja keras dan persaingan.

foto  foto

Keterangan :

  • Sejak pagi Dina Hartati (kiri) dan Ho Chun Lan (kanan) menghibur murid-murid dengan mengajarkan pelajaran origami dan bernyanyi bersama. (kiri)
  • Ayu (kaus merah) dengan riang bernyanyi dan memperagakan bahasa isyarat tangan di depan kelas. Kehadiran relawan Tzu Chi telah menghadirkan keceriaan di wajah murid-murid sekolah. (kanan)

Pengobatan Umum untuk Murid
Pagi itu  hari Sabtu 20 November 2010 di tengah keceriaan murid-murid yang tengah bermain, relawan Tzu Chi bersama 6 orang dokter datang untuk memberikan pengobatan umum bagi murid-murid di sekolah itu. Setelah relawan Tzu Chi merapikan salah satu ruang belajar dan menjadikannya sebagai ruang periksa pasien, bakti sosial kesehatan pun dimulai. Murid-murid yang telah menanti sedari pagi mulai berbaris rapi di depan meja pendaftaran. Ketika pengobatan dimulai, dengan tertib para murid memasuki ruang periksa dan keluar sambil membawa sebungkus makanan ringan pemberian relawan.

Dari 290 murid yang diperiksa oleh dokter kebanyakan dari mereka memiliki kondisi fisik yang sehat dan hanya sedikit yang menderita sakit ringan, seperti batuk dan pilek. Kendati demikian, tim medis tetap memberikan vitamin kepada para murid dengan maksud agar kesehatan mereka tetap terjaga.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 290 murid-murid mendapatkan pengobatan. Karena banyak di antara mereka dalam kondisi sehat, dokter pun hanya memberikan vitamin untuk tetap menjaga kesehatan.  (kiri)
  • Menurut Theresia (kaus biru) perkenalan Tzu Chi dengan sekolah Yayasan Dinamika Indonesia berawal ketika ia mengantar jurnalis DaAI TV Taiwan meliput ke Bantar Gebang beberapa waktu lalu. (kanan)

Tidak hanya para murid yang merasakan kebahagiaan. Warsih salah satu orang tua murid yang menjemput putrinya juga merasakan perasaan yang sama. Betapa tidak, Muhamad Saputra, putra bungsunya yang baru berusia 2 tahun yang sedang mengidap batuk dan pilek turut mendapatkan pengobatan hari itu. Ketidaksanggupan Warsih membiayai pengobatan Muhammad Saputra adalah gambaran perjalanan hidupnya yang berada dalam kondisi sulit. Karena keterbatasan kemampuan dan pendidikan, Samin sang suami yang penduduk asli Bantar Gebang hanya mampu bekerja sebagai seorang pengumpul sampah daur ulang. Sementara Warsih bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengasuh 2 orang anak. Maka setelah putra bungsunya mendapatkan pengobatan perasaan Warsih pun menjadi lega.

Menurut Warsih, bantuan pengobatan yang sering diadakan di TPST Bantar Gebang kebanyakan berasal dari berbagai instansi, salah satunya adalah Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Karena itu kunjungan dan bakti sosial kesehatan hari itu sesungguhnya bukan sekadar menunjukkan kepedulian, tetapi juga menghibur, dan lebih dalam lagi adalah mengenal kehidupan warga di sekitar TPST Bantargebang. ”Dengan mengenal kondisi sebenarnya kita jadi lebih tahu keadaan mereka dan kita mulai membantu mereka dengan turut mengajar membaca bagi murid-murid,” jelas Theresia, relawan Tzu Chi dari Bekasi.
  
 

Artikel Terkait

Sharing Relawan Pendamping Pasien

Sharing Relawan Pendamping Pasien

18 Juni 2010
Dalam pasien penanganan khusus memang dibutuhkan banyak relawan dan kita bukan sedang melakukan penanganan kasus saja tetapi sebenarnya kita sedang mencatat sejarah. Saat menangani pasien penanganan khusus kita memang membutuhkan waktu, panjang dan berkelanjutan. “Ini adalah bentuk pertanggung jawaban kepada donatur kita, itulah bedanya Tzu Chi,” tandas Rensy shijie.
Bacang Cinta Kasih untuk Gan En Hu

Bacang Cinta Kasih untuk Gan En Hu

01 Juli 2013 “Perbuatan baik yang dilakukan oleh banyak orang lebih besar daripada yang dilakukan oleh satu orang saja. Tak peduli sebesar apa sebuah lilin, cahayanya tetap terbatas. Namun bila sebuah lilin kecil dapat menyulut ratusan ribu lilin lainnya, cahaya mereka dapat bersinar kemana saja.”
“Relawan Seperti Keluarga Saya”

“Relawan Seperti Keluarga Saya”

30 Mei 2011 “Saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Tzu Chi karena sudah membantu membiayai pengobatan saya dan sekarang relawan datang berkunjung ke rumah saya. Saya sangat bahagia,” ujar Encep R. Kosasih
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -