Mengenalkan Pluralisme Sejak Dini

Jurnalis : Anand Yahya , Fotografer : Anand Yahya


Orang tua murid menyambut para murid yang datang ke pondok negara Belanda. Di pondok ini murid diperkenalkan dengan ciri khas Negara tersebut seperti makanan keju, kincir angin dan tanaman bunga tulip.

Derap langkah diiringi suara anak-anak berlari kecil yang riang memasuki lantai 2 ruang Aula TK Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Melihat wajah anak Taman Kanak-kanak yang hadir pada hari itu, Jumat 26 April 2019 membuat para orang tua yang hadir turut merasakan kegembiraan.

Anak-anak TK ini memasuki ruang aula dengan menggunakan busana ciri khas dari beberapa negara di dunia. Ada yang mengenakan busana Tiongkok, Perancis, Korea Selatan, Jepang, India, dan Belanda. Kegiatan ini bertemakan International Day yang juga melibatkan orang tua siswa.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan keanekaragaman budaya bangsa-bangsa di dunia. Rangkaian acara dimulai dengan parade perkelompok. Murid-murid masuk dengan berpakaian ciri khas negara masing-masing beberapa busana terbuat dari barang daur ulang.

 

Orang tua murid yang bertugas di pondok negara India sedang menjelaskan bahwa di India  ada sebuah bangunan mewah yang waktu pembangunannya membutuhkan waktu 22 tahun. Taj Mahal namanya, bangunan ini dijadikan situs warisan dunia UNESCO.

Sedangkan di dalam aula sudah ada enam pondok dari masing-masing negara seperti pondok Negara Tiongkok, Belanda, India, Jepang, Korea Selatan, dan Negara Perancis dengan menampilkan makanan, budaya, permaianan tradisional dengan ciri khas masing-masing negara yang dikelola oleh para orang tua murid yang juga berbusana negara yang diwakilinya.

Setiap murid TK secara bergiliran menghampiri pondok-pondok dari berbagai negara dan mendapat penjelasan dari masing-masing penjaga pondok tentang ciri khas negaranya masing-masing. Para murid sangat antusias menghampiri setiap pondok dan menyimak penjelasan.

Salah satunya adalah Carson (6) yang antusias ketika menghampiri pondok negara Belanda. Ia pun ditanya apakah sudah pernah mengunjungi Belanda. Dengan mengangkat tangan Carson berkata dengan lantang, “Saya belum pernah.” “Iyaa seneng mampir ke negara itu (Belanda) dikasih mainan sama makanan….enakkk makanannya ada keju, ke negara jepang juga enak,” ungkap carson yang duduk di bangku TK A4.

 

Seorang anak mengenakan busana negara Belanda yang bahan busananya dibuat dari barang-barang yang bisa didaur ualang seperti kantong plastik, plastik sabun cuci, kepingan disc, sedotan, dan barang lainnya.

Ibu dari orang tua Carson juga mengungkapkan perasaannya terkait kegiatan International Day ini. Menurutnya kegiatan ini sangat bagus mengenalkan ciri khas budaya dari masing-masing negara dengan memanfaatkan barang-barang daur ulang yang memperkenalkan ramah lingkungan pada anak. Orang tua Carson mengakui ini baru kali pertama mengenalkan ciri khas negara tertentu hingga ke permainan tradisionalnya, makanannya sampai ciri khas alamnya.   

Pondok Negara Belanda menampilkan makanan serba keju, tanaman bunga tulip, miniatur kincir air dan seperangkat alat minum teh.  Tak kalah seru, Pondok Negara Jepang juga menampilkan berbagai jenis mainan tradisional anak-anak Jepang seperti Origami, Daruma Otoshi, sepatu potongan bambu dan miniatur rumah adat Jepang. Selain itu ada beberapa ciri khas makanan Jepang.

 

Para siswa merasa senang dengan acara Internatioanal Day yang dekemas dengan penuh hiburan. Seperti dua anak ini menerima mainan kincir angin dan gula-gula.     

Terkait dengan kegiatan International Day, orang tua dari Darma murid TK A3 Gunawan mengatakan bahwa metode pendidikan di sekolah Tzu Chi ini sangat bagus. “Guru-gurunya buat acara selalu melibatkan orang tua siswa. Selain itu para siswa jadi tahu ciri khas keenam Negara yang ditampilkan. Intinya mereka jadi tahu sebuah masyarakat yang majemuk dan keberagaman budaya dari masing-masing Negara,” ungkap Gunawan.

“Kembangkanlah niat baik dengan saling menghormati dan saling mengasihi di antara sesama.”(Master Cheng Yen). Penulis jadi teringat pernah membaca buku kata perenungan Master Cheng Yen. Apalagi untuk sebuah dunia yang terdiri dari berbagai suku dan ras, hendaknya kita dapat menjunjung tinggi pluralisme. Belajar kehidupan dengan saling menghormati dan toleransi (koeksistensi) satu sama lain. Mampu menerima keanekaragaman budaya masing-masing tanpa perselisihan.

 

Editor : Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Mengenalkan Pluralisme Sejak Dini

Mengenalkan Pluralisme Sejak Dini

26 April 2019
Derap langkah diiringi suara anak-anak berlari kecil yang riang memasuki lantai 2 ruang Aula TK Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat 26 April 2019. Mereka tengah bergembira mengikuti kegiatan International Day. 
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -