Anak asuh di Sekolah Insan Teratai berbaris rapi menuangkan celengan bambu.
”Dua hal yang tidak bisa ditunda dalam hidup ini, berbakti kepada orang tua dan berbuat kebaikan.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Tangis haru terlihat saat relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas menggelar peringatan Hari Ibu bagi 15 anak asuh di Sekolah Insan Teratai, Tangerang, Sabtu (2/12/23). Acara yang diawali penyerahan bantuan beasiswa, penuangan celengan bambu ini dirangkai dengan membasuh kaki, menyajikan teh, dan memijat tangan untuk ibu/orang tua yang mewakili. Banyak orang tua dan anak yang tidak kuasa membendung air mata dalam proses yang penuh kekyusukan ini.
Peringatan Hari Ibu ini bersamaan dengan penyerahan bantuan beasiswa dan penuangan celengan bambu. Fransiscus Costan, salah satu relawan pemerhati anak asuh di Sekolah Insan Teratai mengatakan jika perayaan Hari Ibu ini ia ingin mengajak anak-anak bisa lebih menghargai dan mencintai orang tuanya khususnya ibu yang telah mendidik merawat dan menjaga sejak kecil sampai dewasa. “Dengan membasuh kaki ibunya, anak-anak mengekspresikan bakti mereka ke orang tuanya,” ujarnya.
Fransiscus Costan berbincang dengan anak asuh yang didampingi orang tuanya.
Ralifa Avrillyos dan ibunya berbincang dengan Pedy Harianto, relawan pemerhati anak asuh di Sekolah Insan Teratai.
Siang Riani Hadiman, Ketua Yayasan Insan Teratai Sejati yang membawahi sekolah ini menyambut baik kesempatan yang diberikan relawan agar anak asuh yang menimba pendidikan di sekolah ini bisa mewujudkan rasa baktinya ke orang tua. Saat menyaksikan anak-anak membasuh kaki orang tuanya, ia juga tak kuasa menahan air mata mengingat sang ibu yang telah tiada.
“Saya ingat juga orang tua saya yang begitu baik. Tapi Zaman dulu waktu saya kecil belum ada kesempatan untuk merayakan Hari Ibu seperti saat ini, jadi saya rasanya belum sempat minta ampun, mohon maaf secara dari hati nurani saya yang sebenarnya yang paling dalam begitu ya belum pernah ada kesempatan seperti ini jadi mama saya sudah gak ada,” ujar Siang Riani Hadiman, yang biasa disapa Mami Ai Siang.
Meski sederhana, peringatan Hari Ibu ini membawa kesan mendalam bagi Jessica Alexander. Sejak lahir ia tinggal bersama kakek dan neneknya, setelah kedua orang tuanya berpisah. Kali ini sang bibi menggantikan ibunya yang tidak bisa hadir. “Karena sejak kecil aku sudah tinggal terpisah sama mama, jadi tadi tante yang gantiin. Meski tinggal berjauhan aku tetap bisa kontak mama. Dan hari ini, tante yang wakili mama. Meski begitu aku tetap terharu dengan kata-kata tante. Makanya tadi aku terharu, menangis juga,” ucap Jessica Alexander, siswa kelas 6.
Jessica Alexander diikuti Ralifa Avrillyos (baris paling kanan) bersiap mengikuti prosesi peringatan Hari Ibu.
Ralifa Avrillyos membasuh kaki ibunya, sementara disebelahnya Jessica Alexander membasuh kaki tantenya.
Keharuan juga dirasakan Ralifa Avrillyos, siswa kelas 8. Ia datang bersama Yuli, sang ibu. “Terharu, bahagia, senang bisa mengungkapkan kasih sayang kita sama ibu. Juga bisa mengenang jasa ibu karena yang sudah lelah bekerja demi saya sekolah dan telah merawat saya sampai saat ini,” ujarnya.
Sepekan kemudian, relawan kembali menggelar peringatan Hari Ibu untuk 14 anak asuh yang menempuh pendidikan di Sekolah Bodhisatta, Kampung Melayu, Kecamatan Teluknaga, Tangerang. Tony salah satu relawan yang mendampingi acara ini merasa sangat terharu. “Yang saya rasakan hari ini kan momen spesial baru kali ini setelah beberapa tahun saya melakukan pembagian beasiswa ini sangat bagus dan saya sangat terharu karena dalam momen ini anak asuh yang ada di sini seperti belum pernah membasuh kaki sebagai tanda cinta kasih, bakti kepada orang tuanya. Saya rasa ini bagus sekali dan saya sangat terharu,” ungkapnya.
Salah satu anak asuh yang membasuh kaki ibunya adalah Mudita Tiara Wangsa. Siswa kelas 8 ini tak kuasa menahan haru kala membasuh kaki Agnes, sang ibu. Meski dulu pernah melakukan hal serupa di vihara, tetapi momen kali ini tetap membawa kesan tersendiri. “Tadi ketika melakukannya lagi tetap terharu. Sedih juga merasakan perjuangan orang tua selama ini yang tidak mudah. Mama itu pedoman hidup dan panutanku,” ungkapnya menahan haru.
Seorang anak menyuguhkan teh kepada orang tuanya yang disambut tangis haru.
Mudita Tiara Wangsa (baris kedua) membasuh kaki yang disambut tangis haru Agnes, sang ibu.
Selain Mudita, Agnes sang ibu beberapa kali terlihat mengusap air matanya. “Rasanya sangat terharu ya. Ingat sikap dan perbuatan dia yang patuh sama orang tua, jarang melawan. Juga ingat mereka sejak kecil sampai besar. Sangat terharu karena kita diberi kesempatan seperti ini. Terharu, bahagia apalagi kalau anak kita bisa jalankan hal yang baik. Semoga dia jadi anak yang baik berbudi pekerti, berbudi luhur bisa membalas budi terus menjadi anak yang berprestasi,” ujar Agnes.
Momen peringatan Hari Ibu ini selalu menjadi pengingat akan jasa luhur orang tua. Untuk itu berbakti kepada orang tua tidak sebatas ketika bulan Desember saja, tetapi bisa dilakukan sepanjang waktu. Seperti yang dikatakan Master Cheng Yen bahwa ada dua hal yang tidak bisa ditunda yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan.
Editor: Khusnul Khotimah