Mengenang Gempa dengan Rasa Syukur

Jurnalis : Yaya, Ing-Ing (Tzu Chi Padang), Fotografer : Yaya (Tzu Chi Padang)
 
 

fotoMemperingati satu tahun berlalunya gempa di Padang, masyarakat Padang melakukan doa dan renungan bersama.

Pada tanggal 30 September 2010, pagi hari suasana di Kota Padang sangat sunyi dan sepi. Untuk memperingati gempa yang terjadi tepat satu tahun yang lalu, seluruh masyarakat Kota Padang mengadakan doa bersama di tempat-tempat ibadah seperti di Tempat Pemakaman Umum Bungus Teluk Kabung, pukul 08.30 WIB pagi.

 

 

Doa bersama juga dilakukan di monumen gempa –didirikan atas ide masyarakat Kota Padang yang anggota keluarganya terkena musibah– yang diresmikan pada hari itu pula. Lokasi berdirinya monumen ini terdapat di dekat Taman Melati, dan di atasnya tertulis nama-nama korban gempa. Relawan Tzu Chi turut menghadiri kedua acara tersebut.

Malam harinya, pada pukul 19.25 WIB, relawan Tzu Chi sendiri juga mengadakan acara  peringatan satu tahun gempa. Selain relawan Tzu Chi, acara ini juga dihadiri oleh kepala sekolah dan guru SMAN 1 Padang. Acara diawali dengan perenungan yang diiringi dengan lagu Wu Liang Fa Men (Pintu Dharma Tanpa Batas –red). Kemudian seluruh hadirin diajak berdoa berdama menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berharap semoga semua orang terbebas dari segala bencana.

Rasa Syukur di Tengah Bencana
Relawan juga menayangkan video cuplikan program acara Jurnal DAAI yang meliput kegiatan relawan Tzu Chi yang berkumpul di Padang setahun lalu untuk memberi bantuan berupa pengobatan, makanan dan minuman, dan bagi para korban gempa. Sewaktu melihat tayangan tersebut dan mengenang peristiwa satu tahun yang lalu, para tamu undangan dan relawan Tzu Chi tanpa sengaja berlinang air mata terharu.

foto  foto

Ket : - Chaidir Shixiong mengenang kejadian gempa, dan bersyukur bahwa dalam kondisi serba sulit para               relawan Tzu Chi masih dapat mengulurkan bantuan untuk membantu para korban. (kiri)
          - Kepala sekolah dan guru SMAN 1 Padang juga turut mengenang masa duka tersebut, dan berterima              kasih atas perhatian yang telah diberikan semua orang untuk meringankan derita mereka. (kanan)

Dalam sharing-nya, Chaidir Shixiong mengatakan bahwa ia merasa beruntung bahwa dalam keadaan yang demikian sulit, ternyata ia masih dapat membantu orang lain. Karenanya ia berharap supaya relawan Padang lebih bersemangat dan bangkit kembali dalam menjalankan misi-misi Tzu Chi, apalagi di Padang ini tanggal 30 November telah ditetapkan walikota sebagai Hari Tzu Chi.

Eddy Shixiong juga ikut berbagi perasaannya. Saat kejadian gempa di sore hari itu, Eddy Shixiong sedang berada di kantor temannya. Ia melalui masa tersulit saat mengetahui ketiga anaknya terkubur di dalam rumahnya yang berlantai 3. Beruntung setelah beberapa jam, ketiga anaknya itu berhasil diselamatkan atas bantuan dari tetangga sekitarnya dengan menggunakan alat seadanya. Eddy Shixiong sangat bersyukur dapat berkumpul kembali dengan istri dan anak-anaknya, dan ia dapat bergabung kembali dengan relawan Tzu Chi membagikan bantuan penanggulangan gempa.

foto  foto

Ket : - Para shijie dari Tzu Chi Padang memperagakan isyarat tangan yang indah, mewujudkan cinta kasih              dalam gerakan tangan. (kiri).
         - Di akhir acara, para hadirin ikut memperagakan isyarat tangan Satu Keluarga, mewakili rasa              kekeluargaan antar sesama umat manusia. (kanan)

Menatap Masa Depan dengan Kehangatan
Jufril Siri, Kepala SMAN 1 Padang juga menceritakan pengalamannya. Beberapa waktu sebelum gempa, sekolah sedang merenovasi gedung sekolah yang memang telah lapuk dimakan usia. Renovasi itu akhirnya tak pernah dapat diselesaikan. Namun dengan terjadinya gempa banyak sekali  hikmah yang didapat, diantaranya terbangunnya gedung sekolah baru yang megah. Para guru dan kepala sekolah bersyukur dan berterima kasih dapat mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi lebih dekat lagi, sekaligus dapat bergabung dalam kegiatan Tzu Chi seperti mengumpulkan barang-barang daur ulang dan hidup hemat.

Sementara itu, Andre yang menjabat Lurah Kampung Pondok mengatakan sangat bangga bisa bergabung dengan Tzu Chi. Setelah beberapa bulan aktif dan merasakan kebahagiaan yang luar biasa, hatinya dipenuhi rasa syukur. Setiap Sabtu pagi ia selalu menyempatkan diri untuk mengumpulkan barang-barang daur ulang dari rumah ke rumah, bersama dengan shixiong-shijie lainnya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Linda, seorang guru SMAN 1 Padang. Linda juga bersukur karena dalam hidupnya masih dapat memberi kehangatan kepada orang lain yang membutuhkan.

Sebuah isyarat tangan lagu Ren Jian You Ai (Ada Cinta Kasih di Dunia –red) yang diperagakan oleh para shijie dari Tzu Chi Padang, seperti mewakili perasaan hati para hadirin. Bahwa cinta kasih telah mengobati luka fisik dan batin yang dialami masyarakat Padang pascagempa satu tahun yang lalu.

  
 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Melindungi Alam Semesta

Suara Kasih: Melindungi Alam Semesta

31 Agustus 2012 Ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, ini semua adalah lima kekeruhan dan Lima Racun di dalam hati manusia. Kekeruhan  batin itu telah menjadi “racun” yang mencemari udara sekaligus  mencemari seluruh bumi. Itu semua terjadi akibat perbuatan manusia. 
Buka Puasa Bersama Anak Panti Asuhan

Buka Puasa Bersama Anak Panti Asuhan

03 Agustus 2013 Hari ini  relawan Tzu Chi akan mengadakan buka puasa bersama anak-anak yang tinggal di panti Asuhan. Pada kegiatan ini yayasan mengundang 200 anak panti dari 6 panti asuhan yang ada di Makassar .
Rasa Haru Tim Medis Dengan Bantuan Tzu Chi

Rasa Haru Tim Medis Dengan Bantuan Tzu Chi

02 April 2020

Relawan Tzu Chi Medan membagikan 30.000 buah masker (tahap kedua) pada Kamis, 30 Maret 2020 ke-3 rumah sakit di Kota Medan. Bantuan lainnya dibagikan ke rumah sakit di luar Kota Medan seperti Tebing Tinggi, Pematang Siantar , Binjai, dan Lhokseumawe.

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -