Mengenang Sosok Eka Tjipta Widjaja

Jurnalis : Redaksi Tzu Chi Indonesia , Fotografer : Redaksi Tzu Chi Indonesia


Eka Tjipta Widjaja bersama Chia Wen Yu dan Liu Su Mei (Ketua Tzu Chi Indonesia).

Pendiri Grup Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja wafat pada Sabtu (26/1/2019) 19.45 WIB di usia ke-98 tahun. Beliau meninggal karena faktor usia dan kesehatan.

Eka Tjipta Widjaja merupakan salah satu orang yang banyak mendukung perkembangan Tzu Chi di Indonesia di masa awal berdirinya.

Eka Tjipta Widjaja mengenal Tzu Chi Indonesia dari sekretarisnya, Chia Wen Yu. Wen Yu sendiri pertama kali bergabung dengan Tzu Chi pada tahun 1995, dan sejak itu pula ia memberanikan diri untuk memperkenalkan dan menggalang dana (donasi) untuk Tzu Chi dari rekan-rekannya dan juga para pengusaha termasuk atasannya, Eka Tjipta Widjaja.


Dengan penuh semangat Eka Tjipta  Widjaja mengajak para tamu yang hadir dalam Malam Cinta Kasih di Hotel Grand Hyatt (19/03/2002) untuk turut bersama-sama bersumbangsih membantu korban banjir di Jakarta.

Pada tahun 1998, Wen Yu berhasil mengajak Eka Tjipta untuk menemui Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, di Hualien, Taiwan. Kata-kata Master Cheng Yen bahwa pengusaha yang memperoleh keuntungan dari tanah air setempat sudah selayaknya mengabdi kepada masyarakat setempat sangat menyentuh hati Eka Tjipta. Sejak itu ia banyak mendukung kegiatan-kegiatan kemanusiaan Tzu Chi. 

Berkat dukungan Eka Tjipta Widjaja dan putranya pula Franky O. Widjaja (Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia), Tzu Chi Indonesia kemudian berkantor di Gedung ITC Mangga Dua, Lt. 6 Jakarta. Sebelumnya, Tzu Chi Indonesia berkantor di salah satu rumah relawan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Selama tiga belas tahun Tzu Chi Indonesia menempati kantor ini, sampai kemudian pada Oktober 2012 memiliki Aula Jing Si Indonesia di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Mendukung Sepenuh Hati

Dukungan Eka Tjipta terhadap Tzu Chi Indonesia terus bergulir. Dimulai dari pembagian sembako pada tahun 1999 hingga program rehabilitasi warga Kali Angke dan Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Semua bermula dari terjadinya banjir besar yang melanda Jakarta pada tahun 2002. Eka Tjipta  mengamati kondisi banjir yang begitu parah sehingga begitu banyak orang yang menderita kedinginan dan kelaparan serta diliputi kerisauan. Beliau pun berpikir, “Dapatkah Tzu Chi berbuat lebih dari yang telah diperbuat sekarang? Terutama untuk para korban banjir ini.”


Pada tahun 1998, Eka Tjipta Widjaja bertemu dengan Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi di Hualien, Taiwan. Empat tahun kemudian, Eka Tjipta Widjaja beserta istri, Franky O.Widjaja, Liu Su Mei (Ketua Tzu Chi Indonesia), dan para relawan Tzu Chi Indonesia lainnya kembali bertemu dengan Master Cheng Yen untuk melaporkan kondisi Jakarta pasca terjadinya banjir besar. Master Cheng Yen merasa prihatin dan memberikan arahan bagaimana membantu korban banjir tersebut.

Berangkat dari niat tersebut, akhirnya diadakan jamuan makan malam pada tanggal 22 Februari 2002 di Hotel Borobudur Jakarta. Eka Tjipta mengundang rekan-rekannya, beberapa pengusaha di Indonesia, termasuk Sugianto Kusuma. Begitu jamuan makan malam dimula, beliau segera naik ke podium menyampaikan sambutan, menyinggung masalah banjir yang melanda Jakarta. Dengan penuh emosi (sedih dan haru -red) ia berkata, “Dalam tayangan televisi, saya menyaksikan banyak wanita dan anak-anak menyusuri tempat yang tergenang air cukup parah, timbul rasa pilu di hati. Malam itu mereka akan makan apa? Tidur di mana? Bagaimana saya bisa menolong mereka?” Eka Tjipta kemudian menyampaikan kepada para dokter dan tamu undangan lainnya mengenai aktivitas dan keterlibatannya di Tzu Chi. Saat itu Eka Tjipta berkata bahwa ia adalah seorang Kristiani, namun ia sangat bersimpati pada kegiatan kemanusiaan Tzu Chi.

Selama acara, para tamu undangan banyak membicarakan soal banjir di Jakarta. Pada kesempatan itu, secara pribadi Eka Tjipta mengutarakan gagasannya pada Stephen Huang (Pembina Utama Misi Bantuan Internasional Tzu Chi) tentang penyediaan tempat tinggal yang lebih layak untuk para korban banjir. Mendengar ide ini, Stephen Huang secara bijaksana menyarankan agar Eka Tjipta membicarakan hal tersebut secara langsung kepada Master Cheng Yen.


Saat menjalankan Program 5 P (Pengeringan, Pembersihan Sampah, Penyemprotan, Pengobatan dan Pembangunan Perumahan), Eka Tjipta Widjaja ikut turun langsung ke lapangan  membersihkan daerah yang terkena banjir.

Berikutnya pada 6 Maret 2002, Eka Tjipta beserta istri, Franky O.Widjaja, Liu Su Mei (Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia), dan para relawan Tzu Chi Indonesia lainnya bertemu dengan Master Cheng Yen untuk melaporkan kondisi Jakarta pasca terjadinya banjir besar. Master Cheng Yen merasa prihatin saat mendengar laporan tentang kondisi Kali Angke yang begitu kotor dan dipenuhi masyarakat yang tinggal di sisi kanan dan kirinya, bahkan mendirikan tempat tinggal di atas air kali yang hitam. Di hadapan Master Cheng Yen, Eka Tjipta mengungkapkan harapannya agar Tzu Chi bisa membantu para korban banjir lebih banyak lagi.

Saat itu Master Cheng Yen memberikan arahan bagaimana membantu korban banjir tersebut. Eka Tjipta pun segera menyanggupi. Sepulangnya ke Indonesia, beliau dan relawan Tzu Chi Indonesia langsung menyusun program bantuan pascabanjir sesuai dengan arahan Master Cheng Yen. Saat itu Master Cheng Yen memberikan 5 langkah penanggulangan berupa penyedotan genangan air, pembersihan sampah, penyemprotan pencegahan wabah penyakit, pengobatan, dan pembangunan perumahan. Program ini dikenal dengan Program 5 P.


Momen saat peresmian Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat pada 25 Agustus 2003. Eka Tjipta Widjaja memberikan nasi tumpeng kepada Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia yang juga menjadi pimpinan pembangunan perumahan ini.

Dalam rapat, Eka Tjipta menyampaikan rencana pembersihan sampah, bahkan beliau berniat untuk turun ke lapangan esok harinya. Semangat yang luar biasa ini mengejutkan semua yang hadir saat itu. Terinspirasi dari semangat Eka Tjipta yang saat itu sudah mencapai usia 80 tahun, sejumlah langkah persiapan pun dimulai.

Langkah awal dimulai dengan menyusun struktur organisasi. Liu Su Mei yang sudah berpengalaman dalam berbagai aksi pemberian bantuan menjadi pemimpin pelaksanaan semua langkah penanggulangan pascabanjir dengan dibantu oleh Franky O. Widjaja dan Sugianto Kusuma. 

Tzu Chi menyadari bahwa program-program yang dicanangkan untuk penanggulanangan bencana pascabanjir membutuhkan dukungan dari banyak orang, terutama penggalangan dan bantuan dari kalangan pengusaha. Karenanya Tzu Chi menggelar Malam Cinta Kasih di Hotel Grand Hyatt pada 19 Maret 2002. Saat itu Eka Tjipta memberikan sambutan dan dorongan agar semua orang dapat mengembangkan dan memberikan rasa cinta kasih mereka kepada orang lain, agar masyarakat miskin di Indonesia dapat keluar dari kesulitan. Sejak malam itu serangkaian program bantuan pun dimulai.


Hampir 16 tahun berdiri, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi telah banyak mengubah kehidupan warga menjadi lebih baik.

Pada 25 Agustus 2003, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat diresmikan. Perumahan ini dapat menampung 1.100 orang warga asal bantaran Kali Angke. Di dalam kompleks perumahan tersebut, insan Tzu Chi tidak hanya menyediakan fasilitas berupa rumah tinggal namun juga  melengkapinya dengan fasilitas pendidikan berupa sekolah dan fasilitas kesehatan yang kala itu berbentuk poliklinik (kini menjadi Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi). Di lingkungan yang baru, warga dididik untuk menjadi pribadi yang baru pula. Begitu pula dengan anak-anak mereka yang merupakan generasi penerus.

Sejak dipindahkan pada tahun 2003 lalu, kini terlihat sudah hasil dari bibit-bibit cinta kasih yang dulu disemai dengan sepenuh hati. Perubahan terlihat begitu nyata. Anak-anak yang sebelumnya tidak peduli akan pendidikan telah menjadi lulusan-lulusan terbaik di jenjang pendidikan mereka masing-masing. Selama lebih dari 10 tahun, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi telah “melahirkan” sarjana, insinyur, dan juga atlet-atlet berprestasi. Dari seluruh perubahan tersebut, perubahan terpenting bukan hanya pada apa yang tampak di luar, tetapi apa yang terjadi di dalam. Tak hanya kehidupan warga pindah dari ‘pinggiran’ menjadi ‘gedongan’, namun warga juga lebih peduli pada pendidikan. Melalui pendidikan pula, setiap keluarga memiliki harapan untuk memperbaiki kehidupannya. Dan Semua ini terwujud berkat kerja keras dan ketulusan banyak pihak, termasuk para donatur.

Terima kasih Bapak Eka Tjipta Widjaja atas kepedulian, ketulusan, dan dukungannya kepada Tzu Chi Indonesia dalam membantu masyarakat. Apa yang beliau lakukan menjadi sejarah bagi kemanusiaan yang penuh inspirasi dan kehangatan.

Redaksi Tzu Chi Indonesia


Artikel Terkait

Mengenang Sosok Eka Tjipta Widjaja

Mengenang Sosok Eka Tjipta Widjaja

28 Januari 2019

Eka Tjipta Widjaja mengenal Tzu Chi Indonesia dari sekretarisnya, Chia Wen Yu. Pada tahun 1998, Wen Yu berhasil mengajak Eka Tjipta untuk menemui Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, di Hualien, Taiwan. Sejak itulah Eka Tjipta kemudian selalu mendukung kegiatan-kegiatan Tzu Chi di Indonesia.

Mengenang Sosok Eka Tjipta Widjaja dalam Rangkaian Kegiatan Sosial

Mengenang Sosok Eka Tjipta Widjaja dalam Rangkaian Kegiatan Sosial

10 Februari 2020

Keluarga besar Sinar Mas melaksanakan “Tribute to Bapak Eka Tjipta Widjaja - Give Back to Society”. Peringatan ini diadakan dari 26 Januari - 26 Februari 2020, dalam bentuk kegiatan donor darah di berbagai pilar dan unit usaha Sinar Mas di berbagai wilayah. Sebanyak 331 orang berhasil mendonorkan darah mereka setelah mengikuti serangkaian tes kesehatan.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -