Mengetahui Kemampuan Diri Sendiri Ketika Bekerja Sama
Jurnalis : Paulina (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Calvin, Beverly, Abdul Rahim (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)Minggu, 19 Agustus 2018, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun
mengadakan kegiatan Tzu Shao. Kegiatan diawali dengan pantun yang dibawakan
oleh Beverly Clara.
Kerja sama merupakan hal yang penting. Dengan kerja sama, sebuah pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan dapat membentuk relasi yang baik dengan orang lain. Jadi, sangatlah penting pembelajaran mengenai kerja sama diberikan kepada anak-anak sejak dini agar bisa menerapkan di kehidupan sosial mereka nantinya. Seperti pada Kelas Budi Pekerti yang diadakan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Minggu, 19 Agustus 2018, kegiatan Tzu Shao Ban ini mengangkat tema tentang Bekerja Sama.
Rumah kayu rumah papan
Semua dibangun dengan peluh dan keringat
Selamat datang di acara Tzu Shao Ban
Marilah kita ikuti dengan penuh semangat
Anak-anak Tzu Shao diberikan sebuah tayangan Lentera Kehidupan yang
berjudul Mengendalikan Diri dan Menjalankan Pola Hidup yang Baik.
Tampak para Tzu Shao
dengan serius saat mendengarkan ceramah Master Cheng Yen tersebut.
Untuk menghangatkan suasana, salah satu murid Tzu Shao yang bernama Beverly Clara membawakan pantun yang ia buat sendiri. Pantun ini juga yang mengawali kegiatan pada hari itu. Anak-anak Tzu Shao pun tersenyum dan tertawa terbahak-bahak saat mendengarkan pantun yang dibawakan oleh teman mereka sendiri.
Kegiatan dilanjutkan dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan pembacaan Sepuluh Sila Tzu Chi. Setelah itu para peserta diberikan sebuah tayangan Lentera Kehidupan yang berjudul Mengendalikan Diri dan Menjalankan Pola Hidup yang Baik. Intisari dari ceramah Master Cheng Yen dalam Lentera Kehidupan tersebut adalah “Ketidakkekalan membawa penderitaan, memberikan kehangatan dan barang bantuan kepada para korban bencana, berintrospeksi atas ketidakselarasan iklim dan bencana yang terjadi, mengendalikan diri, bervegetaris, dan menjalankan pola hidup yang baik.”
Wiyzhien selaku pembawa materi mengangkat tema “Kerja Sama” dalam kegiatan
Tzu Shao ini.
Lentera Kehidupan tersebut menceritakan tentang bencana alam yang sering terjadi di berbagai daerah. Hal tersebut terjadi karena iklim ekstrem yang terjadi akibat pencemaran lingkungan akibat ulah manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia terlalu boros dan tidak menghargai sumber daya alam.
Masalah pelestarian lingkungan sebenarnya lebih besar, bukan hanya masalah sampah, binatang yang dibunuh setiap hari ada ratusan ekor hanya untuk memenuhi nafsu manusia. Di dalam ajaran Buddha ini disebut menanam karma kolektif. Meski kita tidak membunuhnya, tapi karena kita makan, maka banyak yang beternak untuk mendapat keuntungan. Jadi orang yang makan juga harus menanggung buah karma buruk ini. Jika kita bervegetaris, maka udara pun menjadi lebih segar dan bersih, tidak banyak zat polutan. Segala penyakit juga disebabkan dari pola makan kita. Jadi jika ingin hidup sehat dan tentram, sebaiknya memupuk kebiasaan hidup yang baik.
Relawan tidak hanya memberikan teori, para Tzu Shao diajak mempraktikkan
kerja sama dengan memainkan beberapa permainan yang membutuhkan kerja sama
dalam menyelesaikannya.
Setelah melihat tayangan tersebut, Wiyzhien selaku pembawa materi menjelaskan arti dari kerja sama yang merupakan tema pada kegiatan hari itu. Agar lebih jelas, ia pun memperlihatkan sebuah tayangan yang mempermudah para Tzu Shao mengerti materi yang disampaikannya.
“Mengapa kita harus bekerja sama dengan orang lain?” tanya Wiyzhien kepada para Tzu Shao. Para Tzu Shao yang aktif pun banyak yang menjawab dengan jawaban yang bervariasi.
“Saling mengingatkan jika ada yang lupa, meringankan pekerjaan, mendapatkan ide-ide baru, dan mendapatkan pengalaman baru,” tambah Wiyzhien.
Para Tzu Shao sangat menikmati permainan. Bisa dilihat, mereka tertawa
semringah saat bersama-sama menyelesaikan permainan.
Agar lebih mudah dipahami, Wiyzhien pun memberikan sebuah cerita dongeng tentang kisah kelinci dan kura-kura. Dongeng tersebut menceritakan tentang kompetisi lari antar kelinci dan kura-kura. Dalam cerita tersebut, kita bisa mendapatkan pesan moral dan manfaatnya.
“Sangat bagus jika kita sendiri pintar dan memiliki kompetensi inti yang kuat; tetapi kecuali anda dapat bekerja dalam tim dan memanfaatkan kemampuan sesama, kalau tidak anda akan selalu tampil di bawah standar karena akan selalu ada situasi di mana anda akan melakukan sesuatu dengan buruk dan orang lain melakukannya dengan baik,” demikian pesan moral dari dongeng ini.
Para Tzu Shao sedang berdiskusi dengan kelompok masing-masing untuk berbagi
peran dalam bermain games dan
menentukan tujuan mereka.
Cerita tersebut juga mengajarkan banyak hal seperti “Dalam hidup, ketika dihadapkan dengan kegagalan, terkadang kita harus berusaha lebih keras. Terkadang kita harus mengubah strategi dan mencoba sesuatu yang baru, dan terkadang kita harus melakukan dua-duanya.”
Kegiatan hari itu tidak hanya dijelaskan secara teori, para Tzu Shao juga diajak mempraktikkan langsung kerja sama dengan membentuk kelompok. Para Tzu Shao juga memainkan beberapa permainan. Mereka dibagi perkelompok, dan ditantang untuk memegang tangan orang yang berseberangan dengan mereka dan kemudian membentuk lingkaran tanpa melepas tangan masing-masing.
Darrel yang pertama kali mengikuti kegiatan ini merasa senang sekali. Ia
pun mendapatkan banyak pengetahuan dengan mengikuti kegiatan Tzu Shao ini.
Seterusnya ada permainan yang mengharuskan mereka berjalan dengan kaki diikat dengan teman dan memasukkan gelang ke dalam tiang. Ada juga tantangan menyelesaikan puzzle, mengerjakan soal matematika dan mengingat. Sesuai dengan tema hari itu, beragam permainan yang telah dimainkan oleh para Tzu Shao ini membutuhkan kerja sama antar kelompok dalam menyelesaikannya.
Wiyzhien menjelaskan, bahwa dalam bekerja sama diperlukannya rasa percaya antar anggota, komunikasi yang terjaga, saling menghargai dan menghormati, rasa memiliki, memahami peran masing-masing, berkolaborasi dan fokus pada tujuan bersama. Games yang dimainkan ini juga dapat menggali potensi dan kemampuan individu masing-masing. Tidak hanya bekerja sama dalam memenangkan games tetapi juga membentuk strategi dan bermain sesuai dengan kemampuan masing-masing. Setelah bermain Games peserta menjadi lebih mengenal potensi dan kemampuan pada diri masing-masing.
Orlando Teo, (kiri kedua) mendapatkan banyak pelajaran lewat beberapa
tayangan yang diberikan relawan.
Kegiatan berlangsung seru, Darrel (12) yang baru pertama kali mengikuti kegiatan Tzu Shao Ban mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti kegiatan ini. “Saya senang sekali, banyak bercanda dan menambah pengetahuan, juga mengetahui kegunaan kerja sama. Pada awalnya di setiap kerja kelompok saya tidak tahu mau berbuat apa dan tidak mengerjakan tugas kelompok, untuk ke depannya saya akan mencoba bekerja sama tergantung dengan situasi,” ucapnya.
Satu lagi, Orlando Teo (13) yang juga baru pertama kali mengikuti kegiatan ini merasa senang dapat belajar tentang kerja sama dan bermain bersama teman. “Saya juga dapat belajar dari video yang ditampilkan,” ungkapnya.
Tidak hanya penuturan mengenai kerja sama, Wiyzhien juga mengajak para Tzu Shao untuk bervegetaris agar dapat melestarikan lingkungan. Kegiatan pun diakhiri dengan doa. Dengan kegiatan ini diharapkan para Tzu Shao dapat memahami dan mempraktikkan kerja sama dan memahami kemampuan masing-masing agar dapat bekerja sama seperti yang tertuang dalam kata perenungan Master “Keindahan sebuah kelompok terletak pada keindahan pribadi masing-masing individu.”
Artikel Terkait
Kelas Tzu Shao: Menanamkan Kebajikan dan Membentuk Karakter
07 Juni 2022Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali mengadakan kelas budi pekerti, kali ini untuk Tzu Shao (jenjang SMP dan SMK) yang diikuti sebanyak 79 partisipan.
Eye Loupe Youth
29 Juli 2016Kali pertama Tzu Shao mengadakan kegiatan kamp selama sehari yang diikuti sebanyak 20 peserta pada tanggal 24 Juli 2016. Melalui kegiatan ini, para generasi muda Tzu Chi diharapkan dapat memahami bahwa masih banyak orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.
Kesan Tak Terlupakan di Kamp Kelas Budi Pekerti Tzu Shao
17 April 2017Kedatangan insan Tzu Chi dari tujuh kota membuat para relawan bekerja lebih keras mempersiapkan kamp ini. Ini agar para peserta kamp dapat merasa nyaman dan gembira seperti berada di rumah sendiri. Salah satu relawan yang berusaha keras menyelenggarakan kamp ini adalah Yenny Loa.