Menggalang Bodhisatwa Dunia di Aula Jing Si

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 
 

foto
Adenan Shixiong, relawan komite Tzu Chi menyambut kedatangan para opa dan oma dari Garut dengan senyum yang hangat. Adenan juga memberikan gambaran mengenai sepak terjang Tzu Chi selama 19 tahun di Indonesia kepada para opa dan oma.

Minggu pagi, tanggal 25 November 2012, sang surya berjalan dengan pelan menuju singgasananya, menggusur awan kelabu yang terus membayangi bumi beberapa hari ini. Sinar kasihnya yang hangat, menyejukkan hati dan badan ini. Pada pagi hari ini, suasana hati saya juga terasa berbunga-bunga. Mengapa? Karena pada hari ini Aula Jing Si Indonesia atau juga dikenal dengan sebutan “rumah bagi insan Tzu Chi” - akan mulai ramai dikunjungi oleh khalayak ramai dari berbagai daerah. Misalnya kunjungan dari para lansia dari Garut, Jawa Barat. Sebanyak 70 orang opa dan oma yang merupakan umat dari Wihara Dharma Loka Garut ini datang ke Aula Jing Si untuk mengenal lebih lanjut mengenai Tzu Chi dan melihat-lihat “rumah insan Tzu Chi Indonesia”.

Jalinan jodoh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan warga Garut dimulai dari pembagian bantuan beras kepada para korban gempa di Garut pada tahun 2006. Cinta kasih yang universal dan tulus dari Tzu Chi menginspirasi para jemaah Wihara Dharma Loka Garut untuk lebih mengenal Ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi. Setelah beberapa kali perencanaan, akhirnya jodoh para opa dan oma dengan Tzu Chi telah matang. Mereka pun melakukan perjalanan menuju Aula Jing Si dengan menggunakan bus. Kedatangan mereka pun disambut dengan senyum hangat dan tepuk tangan selamat datang dari para relawan Tzu Chi.

Begitu tiba, para opa dan oma langsung terkesima melihat bangunan Aula Jing Si Indonesia. Tetapi bila dibandingkan dengan deretan perumahan yang mengelilinginya, opa dan oma merasa Aula Jing Si yang berdiri kokoh di tengah perumahan ini terlihat sangat sederhana dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain yang penuh dengan berbagai warna, bentuk, dan hiasan-hiasan. 

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 70 orang opa dan oma dari Garut datang berkunjung ke Aula Jing Si Indonesia untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam (kiri).
  • Setelah melihat video kilas balik Tzu Chi selama 19 tahun di Indonesia, para opa dan oma diajak untuk berkeliling melihat ruangan yang ada di Aula Jing Si (kanan).

Seluruh bangunan Aula Jing Si Indonesia memiliki satu warna, yaitu abu-abu yang menandakan kesederhanaan – bentuk pelatihan diri bagi para insan Tzu Chi untuk dapat hidup sederhana- dan bangunan ini didirikan dengan menggunakan batu sikat yang menandakan bangunan ini dapat tercipta karena adanya sumbangsih dari para relawan yang terus menerus memberikan butiran-butiran cinta kasihnya.

Ketika menonton video kilas balik Tzu Chi selama 19 tahun ini, Opa dan Oma semakin kagum dan tidak sabar untuk menjelajahi seluruh seluk beluk ruangan yang ada di Aula Jing Si Indonesia. Dengan melangkah perlahan tapi pasti – mengingat para opa dan oma yang tidak dapat berjalan dengan cepat- para opa dan oma dibawa oleh Adenan Shixiong berkeliling Aula Jing Si Indonesia.  Para opa dan oma merasa kagum dengan ruangan-ruangan yang ada di Aula Jing Si Indonesia. Setiap ruangan yang ada -baik itu Fu Hui Ting, Guo Yi Ting, dan Jiang Jing Tang- semuanya diperuntukkan untuk melatih diri relawan menjadi pribadi yang baik dan benar.

Tjong Tjiap Sen, koordinator dari Wihara Dharma Loka mengatakan jika kunjungan kali ini merupakan yang  pertama kalinya. Tjong Tjiap Sen juga menjelaskan jika para tamu yang hadir ini semua dari satu grup senam Siang Kung yang biasanya berlatih di Wihara Dharma Loka Garut. “Sebenarnya Tzu Chi sudah beberapa kali melakukan kegiatan di Garut, misalnya pembagian beras dan baksos kesehatan. Kali ini kita datang untuk mengenal lebih jauh mengenai Tzu Chi,” jelas Tjong Tjiap Sen.

foto  foto

Keterangan :

  • Setelah berkeliling ke seluruh ruangan di Aula Jing Si, para opa dan oma melakukan foto bersama untuk kenang-kenangan (kiri).
  • Di akhir kunjungan, opa dan oma berkunjung ke Jing Si Books and Cafe. Di sini, para oma berbicara mengenai lingkungan Aula Jing Si yang tenang dan harmonis, cocok untuk melakukan pelatihan diri. Chai Siu Tjin (tas hitam) merasa senang bisa mengikuti kunjungan (kanan).

Tjong Tjiap Sen sendiri rencananya akan menjadikan kegiatan ini sebagai acara tahunan bagi umat Wihara Dharma Loka, supaya dapat lebih mendalami dan memahami ajaran Buddha. “Kami merasa senang dengan adanya Aula Jing Si di Indonesia, kini kami -umat Buddhis- telah memiliki tempat pembabaran Dharma Buddha,” ungkap Tjong Tjiap Sen dengan gembira.

Benar. Seperti yang diungkapkan oleh Tjong Tjiap Sen, Aula Jing Si merupakan tempat pembabaran Dharma tanpa suara. Keberadaannya yang sakral bisa dikatakan sebagai tempat suci. Mengapa? Karena seperti halnya relawan Tzu Chi, Aula Jing Si juga melakukan kebajikan tiap harinya. Misalnya, Aula Jing Si memiliki sebuah bak penampungan untuk menampung  air hujan yang turun guna dipakai untuk menyiram tanaman dan air kloset. Lalu udara blower AC dimanfaatkan untuk memanaskan air shower  bagi relawan menginap yang ingin mandi air hangat. Selain itu, air limbah hasil rumah tangga terlebih dulu disaring dan diolah agar kembali jernih lalu dibuang ke parit.

Informasi tentang Aula Jing Si yang juga ramah lingkungan ini disampaikan oleh Adenan pada akhir acara. Chai Siu Tjin (77), salah seorang peserta kegiatan yang turut mendengar informasi ini juga langsung merasa takjub karena tidak hanya kegiatannya yang bagus tetapi bangunannya pun juga bagus. “Bangunannya tidak cuma megah, tapi juga bagus. Apalagi tadi baru tahu jika bangunannya ternyata juga ramah lingkungan,” jelas Chai Siu Tjin.

Setelah hampir tiga jam berkeliling ke ruangan di Aula Jing Si, para opa dan oma pun pamit untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Semoga dengan adanya jalinan jodoh ini, para relawan Tzu Chi Indonesia dapat terus melangkah maju dengan giat untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. 

  
 

Artikel Terkait

Menumbuhkan Sikap Berbakti Kepada Orang Tua

Menumbuhkan Sikap Berbakti Kepada Orang Tua

28 Maret 2012
Umumnya relawan Tzu Chi lebih banyak mendengarkan penuturan mereka meskipun topik pembicaraan yang disampaikan telah berulangkali diceritakan, karena bagi orang tua, asalkan ada orang yang berada di sampingnya untuk mendengarkannya, mereka sudah merasa sangat bahagia.
Di Balik Penampilan Drama Sutra Bakti Seorang Anak

Di Balik Penampilan Drama Sutra Bakti Seorang Anak

20 November 2019

Terdiri dari 10 bab, drama ini dimainkan 288 anak Tzu Shao Ban dan Qin Zi Ban dari berbagai komunitas dari total 326 pemain. Beberapa hadirin tampak terharu setelah menyaksikan drama ini. Walaupun yang memerankan adalah anak-anak, mereka  dapat memerankan dengan baik dan mampu membuat penonton hanyut dalam alur drama.

Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -