Menggalang Hati Melalui Bedah Buku

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 

fotoBedah Buku Hu Ai Pluit diadakan 2 kali dalam sebulan, yaitu pada minggu pertama dan minggu terakhir.

 

Sungguh suatu berkah di awal bulan November yang memiliki angka satu sebanyak 5 buah. Hari tersebut menjadi hari bersejarah bagi komunitas Hu Ai Pluit sebab tanggal 1 November 2011 adalah hari perdana dilaksanakannya Bedah Buku bagi Hu Ai Pluit He Qi Utara. Ruang lantai atas Jing Si Books & Café Pluit, tempat diadakannya acara spesial ini dipadati oleh para peserta, sebab acara ini dihadiri oleh 75 orang peserta.

 

Video tentang kegiatan Tzu Chi menjadi tayangan yang menarik para peserta yang  pertama kali datang ke tempat ini sebab  sebagian besar peserta adalah para donatur rutin bulan Tzu Chi, kerabat dan teman dari para relawan kami. Tepat pukul 19.18 WIB acara bedah buku ini dibuka oleh saya sebagai pembawa acara. Suasana kemeriahan dan antusiasme yang tinggi terpancar dari raut wajah para peserta.

Bedah Buku adalah kegiatan berdiskusi, belajar dan berbagi pendapat guna membahas buku-buku dan video dari Master Cheng Yen. “Kegiatan bedah buku adalah untuk memperluas sudut pandang, belajar Dharma dan semangat Master Cheng Yen dan belajar mengemukakan pendapat dan belajar dari pengalaman orang lain untuk dapat membina diri menjadi lebih baik lagi,” demikian saya menggarisbawahi manfaat bedah buku ini. Oleh karena itu, Master Cheng Yen selalu mengimbau setiap orang agar senantiasa mengikuti bedah buku untuk melakukan pelatihan diri ke dalam agar dapat meningkatkan kebijaksanaan.  

“Sebagai relawan Tzu Chi, ketika sedang memberikan bantuan kepada orang lain yang menderita sebenarnya kita sedang menolong diri sendiri dengan menciptakan berkah, karma baik dan menjalin jodoh baik dengan orang lain, oleh karena itu ketika memberikan bantuan, para relawan yang membungkukkan badan sambil mengucapkan kata “Gan En” kepada penerima bantuan dan bukan sebaliknya.”  Para peserta yang hadir terkesima dengan penjelasan ini.

foto    foto

Keterangan :

  • Lo Wahyuni Shijie menjelaskan manfaat bedah buku kepada para peserta yang hadir (kiri).
  • Hok Lay Shixiong memberikan sharing mengenai perbedaan antara kesenangan dan kebahagiaan (kanan).

Acara perkenalan dan sharing dari para peserta menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan di acara bedah buku. “Saya senang ikut acara ini jadi tahu tentang Tzu Chi dan Bedah Buku,” demikian Irwan Shixiong, salah seorang peserta memberikan tanggapan. Sebelumnya sebagai seorang donatur rutin dia tidak paham tentang Tzu Chi. Dengan menghadiri acara ini sekarang menjadi paham tentang Tzu Chi. Tzu Chi artinya memberi dengan welas asih. Tzu Chi yang telah berada di 53 negara di dunia dan kini memiliki perwakilan di Badan dunia, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) seperti pada slide perkenalan singkat tentang Tzu Chi.

“Apa bedanya kesenangan dengan kebahagian?“ demikian Hok Lay Shixiong melontarkan pertanyaan ini kepada para peserta. Kesenangan adalah faktor dari luar dan bersifat tidak kekal dan hanya berlangsung sekejap. Contohnya menerima hadiah, hati menjadi senang. Sedangkan kebahagiaan adalah perasaan yang berada dari dalam diri kita, tidak dapat dibeli dengan uang. Hati merasa bahagia ketika menerima ucapan terima kasih oleh seseorang yang kita tolong, lalu timbul rasa bersyukur melihat penderitaan pasien di rumah sakit. Para peserta menganggukkan kepalanya tanda memahami perbedaan ini dan terbuka kebijaksanaannya.

Master Cheng Yen mengingatkan kita bahwa “Makna kebahagiaan bukan terletak pada keberadaan harta benda, melainkan akan keberadaan cinta kasih di dalam hati.“ Materi (kebendaan) adalah sesuatu yang  tidak kekal (sementara) dan semua yang berada di dunia ini  bersifat kosong, sebab kelak setelah raga meninggal dunia hanyalah pahala (buah dari kebajikan) dan karma (baik dan buruk) yang dapat dibawa serta dan mengikuti kita pada reinkarnasi (kehidupan berikutnya). Oleh karena itu kita tidak perlu ada kemelekatan pada hal-hal duniawi yang berwujud pada keserakahan, kegelapan batin, dan noda-noda batin lainnya. Dengan menghapus kegelapan batin yang berwujud keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, kita dapat mencegah kemerosotan moral manusia yang sedang terjadi saat kini.

foto  foto

Keterangan :

  • Suasana keakraban dan keceriaan terpancar dari setiap wajah para peserta Bedah Buku Hu Ai Pluit (kiri).
  • Lim Ai Ru Shijie mengajak para peserta untuk bergandengan tangan sambil memeragakan isyarat tangan diiringi lagu “Qian Shou Lai Qian Shou” (kanan).

Esensi mengikuti bedah buku adalah untuk mendalami Dharma. Dharma bagaikan air yang dapat membersihkan kekotoran noda batin manusia berupa: Keserakahan, Kebencian dan Kebodohan. Batin yang bersih dapat menyerap Dharma dengan baik dan akan meningkatkan kebijaksanaan kita.    Kebijaksanaan yang lebih untuk mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Sebab inilah perbedaannya dengan kepintaran yang hanya membedakan untung dan rugi. Hendaknya kita dapat menggali jiwa welas asih dan mempraktikannya dalam kehidupan nyata. Dengan keberadaan cinta kasih di dalam hati akan membangkitkan kekuatan yang tidak terhingga.

Acara bedah buku ini yang diwarnai oleh sharing interaktif dari para peserta yang hadir dan sebelum menutup acara ini pada pukul 21.00 WIB, kami mengajak para peserta untuk bergandengan tangan sambil memeragakan isyarat tangan diiringi lagu “Qian Shou Lai Qian Shou” (Mari Bergandengan Tangan) yang dipimpin oleh Ai Ru Shijie, Ketua Hu Ai Pluit. Para peserta tampak ceria dan bersama-sama mengikuti gerakan yang diajarkan.

Bedah buku kini menjadi sebuah kegiatan positif di setiap komunitas. Kegiatan ini sekarang menjadi agenda penting bagi kita. Suatu kegiatan positif yang harus didukung kesinambungannya oleh kita semua. Marilah kita senantiasa meningkatkan kebijaksanaan kita dengan hadir secara rutin di acara Bedah Buku dan Jing Si Talk dan berpartisipasi secara proaktif. “Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di berbagai pelosok gelap di dunia”. Melalui bedah buku, kita menggalang hati orang lain untuk berbuat kebajikan. Dengan cinta kasih kita membimbing orang lain untuk menapaki jalan Bodhisatwa ini, sehingga makin banyak orang terinspirasi untuk bersama-sama berbuat kebajikan di ladang berkah Tzu Chi.  


Artikel Terkait

Penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti di Kota Medan

Penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti di Kota Medan

25 November 2021

Tak terasa kita hampir sampai di penghujung tahun 2021. Acara Penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan tahun ajaran 2021 pun diadakan pada 14 November 2021.

Berkata Benar dan Mencintai Lingkungan

Berkata Benar dan Mencintai Lingkungan

01 April 2014 Agar anak-anak lebih memahami apa itu kejujuran, pada hari Sabtu, tanggal 8 Februari 2014 Tzu Chi Kantor Penghubung Palembang mengadakan kembali Kelas Budi Pekerti kedua di Sekolah Tunas Teladan Gandus Palembang dengan tema “Berkata Benar”.
Membawa Perubahan Sikap Bagi Anak

Membawa Perubahan Sikap Bagi Anak

21 Maret 2018
Sebanyak 26 peserta atau yang disebut dengan Xiao Pu Sa (Bodhisatwa Kecil) mengikuti kelas budi pekerti yang digelar Tzu Chi Bandung. Kelas budi pekerti (Qing Zi Ban) mengedepankan pembangunan karakter anak dengan hal-hal kebaikan, seperti mencintai, menghormati, dan bersyukur.
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -