Menggalang Hati Orang Lain untuk Beramal

Jurnalis : Sphatika Winursita, Dewi Yanti (He Qi Pluit), Fotografer : Aris Widjaja, Dewi Yanti, Indra Gunawan (He Qi Angke)

Seluruh peserta yang mengikuti kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-2 pada Minggu, 3 Maret 2023, berfoto bersama di ruang Fu Hui Ting, Aula Jing Si, lantai 2.

Tzu Chi merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang sosial. Ada berbagai alasan mengapa para relawan ingin ikut bergabung seperti ingin berkontribusi pada masyarakat, ada yang tersentuh hatinya saat melihat relawan lain, hingga ada yang tertarik karena cerita dan kisah dari relawan Tzu Chi saat berkegiatan.

Seperti tema acara Pelatihan Relawan Abu Putih ke-2 di komunitas He Qi Angke dan He Qi Pluit pada Minggu, 3 Maret 2024 di ruang Fu Hui Ting, Aula Jing Si yang diikuti oleh 82 orang peserta dan 28 panitia. Dalam kegiatan ini, relawan juga diajak untuk mengaplikasikan “Galang Hati, Galang Cinta Kasih” selama berkegiatan di Tzu Chi.

Peserta Pelatihan Relawan Abu Putih ke-2  bersama tim Shouyu memperagakan isyarat tangan “Ren Shi Ni Zhen Hao.”

Sebelum terjun ke masyarakat, para relawan diperkenalkan dengan Ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi dengan baik. Hal ini dilakukan untuk melatih diri setiap insan agar bisa melakukan pelatihan ke dalam, yang meliputi Ketulusan Hati (Cheng), Kebenaran (Zhen), Keyakinan (Xin), Kesungguhan (Shi). Selain itu, juga ada praktik ke luar yang meliputi Cinta Kasih (Ci), Welas Asih (Bei), Suka Cita (Xi), Keseimbangan Batin (She) atau disebut Empat Sifat Luhur.

Menurut penuturan Anie Widjaja, insan Tzu Chi harus menerapkan “Sup Empat Bahan Tzu Chi” untuk diri sendiri, yaitu puas diri, bersyukur, penuh pengertian dan berlapang dada. Sementara itu, diperlukan juga “Ramuan Empat Bahan Tzu Chi” saat terjun ke masyarakat dan berkegiatan, yaitu bersatu hati, harmonis, saling mengasihi dan gotong royong. Jika setiap relawan bisa memahami ini dengan baik, maka bisa terlaksana visi dan misi mulia menjadi perpanjangan tangan Master Cheng Yen dalam membantu yang membutuhkan.

Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Freddy Ong turut memberikan materi pada salah satu sesi pelatihan relawan hari itu.

Tentu perjalanan relawan tidak berhenti hingga mereka mengerti seluruh ajaran Tzu Chi, melainkan harus meneruskan dan memperkenalkannya ke orang lain. Master Cheng Yen berkata bahwa kita harus mendidik orang menjadi kaya, dalam artian menumbuhkan cinta kasih di hati semua orang. Semua orang punya cinta kasih di hatinya, hanya saja harus terjalin jalinan jodoh yang baik dari para Bodhisatwa di dunia.

Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Freddy Ong yang berkesempatan menyampaikan materi bercerita bahwa, salah satu muridnya ada yang sangat susah dididik dan membuat dirinya hampir menyerah. Tapi, dirinya merasa terenyuh saat seorang relawan Tzu Chi dari Taiwan berkata padanya, “Tidak ada anak di dunia yang tidak bisa dididik. Hanya saja, kita yang belum menemukan metode yang tepat untuk mendidik mereka.

Lie Na Djap, membagikan pengalamannya dalam menggalang hati orang lain untuk bersumbangsih.

Lie Na Djap, merupakan seorang relawan komite yang telah lama bergabung di Tzu Chi. Untuk mencapai di tingkatnya sekarang, tentu dirinya telah melampaui jalan yang panjang dan penuh cerita. Salah satunya, saat dirinya menggalang hati orang lain untuk berdonasi. Lie Na Djap pun memberi tips dan trik untuk para relawan baru saat mengajak orang lain berdana, bahkan bergabung di organisasi ini.

“Beberapa hal yang membuat penggalangan donasi sulit, antara lain saat relawan kurang percaya diri, kurang memahami visi dan misi Tzu Chi dan tidak bisa berbagi tentang Tzu Chi. Padahal, yang dibutuhkan orang untuk menjalin jodoh dengan calon donatur, yaitu komunikasi,” ungkap Lie Na Djap. Menurutnya, relawan juga harus bisa mengajarkan orang bahwa satu kebajikan bisa menghalang satu bencana. Bak sumur, air harus dikeluarkan supaya tidak bau dan air tersebut akan digantikan dengan yang baru.

Mery (relawan Abu Putih), beserta anaknya, Minguang, merasa terinspirasi dari sharing yang dibagikan oleh relawan.

Minguang (21), tunas relawan yang turut hadir menjadi peserta pelatihan hari itu juga banyak mendapat pelajaran. Ia mengetahui Tzu Chi karena sering bersama ibunya, yang sudah menjadi relawan dan berkegiatan di Tzu Chi. Salah satu kegiatan yang diikutinya adalah mengemas paket sembako. Walau memiliki penglihatan yang kurang baik pada mata kirinya, tetapi tidak menghalanginya untuk tetap berkegiatan.

Mery (ibu dari Minguang) telah bergabung menjadi relawan Tzu Chi sejak tahun 2023 karena ajakan dari relawan lain. Dirinya merasa termotivasi dengan materi hari ini, salah satunya sharing yang dibawakan oleh Yuliana tentang penerima bantuan. “Saya sangat bersyukur bisa bergabung menjadi relawan Tzu Chi dan ikut bersumbangsih dalam kegiatan,” kata Mery dengan penuh rasa gembira. Sebuah apresiasi diberikan Tzu Chi untuk Mery yang bisa menggalang hati, yang dimulai dari anaknya sendiri dengan segala keterbatasannya. Hal ini diharapkan bisa menginspirasi relawan lain supaya bisa menjalin jodoh dan menggalang cinta kasih orang lain untuk bersumbangsih.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Bertambahnya Barisan Panjang Bodhisatwa Tzu Chi Surabaya

Bertambahnya Barisan Panjang Bodhisatwa Tzu Chi Surabaya

24 Desember 2021

Sekitar 30 relawan mengikuti kegiatan Relawan Abu Putih secara tatap muka di Tzu Chi Surabaya. Dari antusias tersebut, relawan berharap semangat cinta kasih semua relawan terus berkembang.

Dharma Dalam Tindakan Nyata

Dharma Dalam Tindakan Nyata

16 September 2016

Pelatihan ke-4 Relawan Abu Putih kembali digelar pada 11 September 2016 di kantor Tzu Chi He Qi Pusat yang diikuti sebanyak 33 relawan berseragam dan 58 relawan Tzu Chi setempat. Dalam pelatihan ini, relawan diajak lebih mendalami Misi Amal Tzu Chi.

Internasional: Pelatihan Relawan Tzu Chi di Haiti

Internasional: Pelatihan Relawan Tzu Chi di Haiti

03 Juni 2010
Lebih dari 100 orang penduduk Haiti mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh relawan Tzu Chi. Pelatihan ini dilakukan untuk menanam benih Tzu Chi di negara ini.
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -