Menggalang Lebih Banyak Relawan

Jurnalis : Desi Amizir (He Qi Selatan), Fotografer : Juliana Santi, Ara & Lisa
 
fotoSuasana akrab dan penuh kekeluargaan terjalin saat relawan Tzu Chi dari He Qi Selatan mengadakan Sosialisasi Tzu Chi di Graha Pondok Indah, Jakarta Selatan. Acara ini dihadiri oleh sekitar 70 orang peserta..

Di bawah guyuran hujan yang lebat, berlangsung Gathering  dan Sosialisasi Tzu Chi (He Qi) Selatan di Graha Pondok Pinang yang berlokasi di Jl Raharja No. 1, Jakarta Selatan pada tanggal 6 Desember 2009. Tzu Chi yang yang hadir di Indonesia pada 28 September 1994 ini, sekarang sudah memiliki 12 kantor penghubung/perwakilan di seluruh Indonesia. Tzu Chi saat ini juga telah ada di 47 negara dan memiliki +  5 juta relawan di dunia.

Memahami Budaya Humanis Tzu Chi
Acara yang dikoordinasi oleh para relawan Xie Li 4 ini dihadiri oleh tamu undangan dan relawan antara 60 sampai 70 orang. Acara berlangsung dengan khidmat dan semarak, terlebih ketika Wen Yu, relawan Tzu Chi memberi kata sambutan, berbagi pengalaman dan memberi pandangan-pandangan sekilas mengenai Tzu Chi.

Acara dilanjutkan dengan penjelasan mengenai “Budaya Humanis” yang dibawakan oleh Nia Shijie, kemudian dilanjutkan sharing yang disampaikan oleh Hing Kok dan Jasin Shixiong. Bahkan para tamu tanpa diminta, secara spontan ikut berdiri ketika relawan membawakan isyarat tangan (shou yu) di atas panggung. Para tamu undangan mengikuti gerakan demi gerakan dengan wajah tersenyum dan gembira.

Ingin Gabung, Tapi Sulit Membagi Waktu
Beberapa orang tamu undangan yang hadir memiliki keinginan yang besar untuk bisa bergabung dengan Tzu Chi dalam menyebarkan cinta kasih, tapi beberapa di antaranya merasa kesulitan dalam membagi waktu. Seperti yang disampaikan oleh dr Elita Marcedia yang pernah membantu dalam survei kasus sekitar 8 bulan yang lalu pada persiapan sebelum diadakannya baksos kesehatan untuk balita yang mengalami kekurangan gizi.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi juga menyediakan barang-barang dan aksesoris Tzu Chi kepada para peserta sosialisasi.             Buku-buku karangan Master Cheng Yen juga dijual agar para peserta dapat lebih mengenal sosok pendiri             Tzu Chi ini.(kiri)
         - Relawan Tzu Chi tengah mempersembahkan salah satu budaya humanis Tzu Chi, yakni isyarat tangan             (shou yu). Para peserta tampak antusias dengan mengikuti gerakan para relawan. (kanan)

Walaupun sekarang sudah memasuki masa pensiun, tetapi tetap tak mengurangi kesibukan seperti ketika beliau masih bertugas di Puskesmas Cipete Utara dan Kebayoran Lama. Sekarang ini ia juga masih memiliki kesibukan di beberapa tempat. Dr Elita sempat berujar, “Nanti jika proyeknya sudah selesai, Tzu Chi boleh pakai untuk kegiatan-kegiatan yang ada.” 

Saat ini dr Diah mengalami kesulitan untuk bergabung dalam kegiatan-kegiatan Tzu Chi karena praktik di 3 tempat yang berbeda— merasa tidak bisa jika harus terikat dalam kegiatan yang beliau sendiri tidak yakin bisa menjalani dengan baik. Meskipun demikian, ia tetap akan mempertimbangkan lagi agar bisa ikut dalam menjalankan misi Tzu Chi, khususnya di bagian kesehatan.

Tapi, ada juga peserta yang langsung menyatakan kesanggupannya untuk membantu dalam kegiatan sosial Tzu Chi. Salah satunya adalah Anton (Kwe Beng Hoat), yang dengan penuh semangat mengatakan kesiapannya jika Tzu Chi membutuhkan tenaga dalam setiap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan, khususnya pada hari Minggu (libur).

   

 

Artikel Terkait

Meringankan Beban saat Banjir Melanda

Meringankan Beban saat Banjir Melanda

19 Januari 2015 Pada 27 Desember 2014, relawan Tzu Chi Bandung memberikan bantuan kepada para korban banjir di tiga posko pengungsian di Bandung Selatan. Bantuan yang diberikan berupa kebutuhan sehari-hari seperti selimut, pakaian dan peralatan mandi.
Internasional : Hidup Baru Mantan Pecandu

Internasional : Hidup Baru Mantan Pecandu

29 Maret 2010
Sebagai bagian dari upaya memperbaiki dirinya, Chang berhenti memakai obat terlarang dan merokok. Ia menjadi seorang vegetarian dan menjadi anggota Yayasan Tzu Chi. Ia ingin menebus dosa-dosa masa lalunya melalui pekerjaan relawan.
Menjadi Mata Air yang Menjernihkan Hati Manusia

Menjadi Mata Air yang Menjernihkan Hati Manusia

16 Maret 2015

Sedikitnya 500 hadirin yang terdiri dari donatur dan pemirsa DAAI TV mengikuti acara ini. Memang, menurut Linawaty, koordinator acara, Malam Keakraban DAAI TV ini ditujukan untuk menjalin silaturahmi para donatur, dan pemirsa DAAI TV.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -