Menggali Potensi Diri

Jurnalis : Sutar Soemithra , Fotografer : Sutar Soemithra, Like Hermansyah
 

fotoLike Hermansyah menjelaskan prinsip yang ia biasa jalankan ketika meminta pertolongan kepada orang lain. Sebagai koordinator relawan He Qi Utara, ia memang sangat sering melakukannya. Menurutnya, ia lakukan dengan rendah hati dan tidak terlalu dominan.

 

 

 

Bedah buku di Jing-Si Books and Café Pluit, Jakarta Utara Kamis malam, 1 Oktober 2009 itu sedikit berbeda dengan biasanya. Menurut Amelia, pembawa acara, biasanya bedah buku hanya diisi dengan pembahasan suatu buku dan sharing. Namun kali ini 2 isyarat tangan juga dipertunjukkan di sela acara. Malam itu genap setahun kegiatan bedah buku diadakan di Jing-Si Pluit.

 

 

Amelia memulai bedah buku dengan membacakan sebuah kisah tentang tukang perahu yang telah menyeberangi sungai namun perahu tersebut tetap dibawanya. Alhasil, tukang perahu tersebut berjalan menjadi lebih lambat tiga kali lipat dibandingkan biasanya. Begitulah manusia, selalu membawa beban dalam hidupnya sehingga membuat dirinya menjadi menderita. “Marilah kita buang beban pikiran kebencian, keserakahan, dan kemarahan dalam kehidupan,” ajak Amelia diiringi suara musik instrumentalia lembut.

Potensi Tiap Manusia Berbeda
Lulu Shijie yang menjadi pembicara malam itu membawakan tema “Potensi dan Karya” kepada sekitar 50 peserta. Ia menjelaskan, “Semua orang itu memiliki potensi, cuma potensi orang beda-beda. Dunia menjadi indah karena potensi kita beda-beda.” Menurutnya, yang perlu dikembangkan adalah agar setiap orang saling menunjang sehingga masing-masing bisa mengembangkan potensinya. Dan ketika orang telah memiliki potensi, biasanya kemudian ia akan diberi tanggung jawab. Inilah saatnya bagi kita untuk berlatih mengembangkan diri.

“Begitu kita menerima tanggung jawab, kemampuan kita pasti juga bertambah. Dengan memegang tanggung jawab itu membuat kita semakin matang, semakin dewasa,” jelas Lulu yang merupakan penanggung jawab bantuan pengobatan khusus di Tzu Chi.

Kemudian ia mengaitkan masalah tanggung jawab dengan aktivitas di Tzu Chi. Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, ia lebih banyak berkutat dengan lingkungan kecil tempatnya bergaul. Ia lebih banyak menuntut hak yang telah diberikan negara kepadanya, sebaliknya mengabaikan kewajiban apa yang telah ia lakukan kepada negara. Dengan bergabung di Tzu Chi, ia menjadi tahu bahwa menolong orang lain adalah kewajiban sebagai warga negara. “Di Tzu Chi, kewajiban kita adalah di masyarakat memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan bantuan,” tegasnya. Sedangkan potensi (kemampuan) yang bisa dikembangkan di Tzu Chi ia definisikan sebagai, “Kemampuan kita adalah menjaga batin kita walaupun di dalam perubahan.”

foto  foto

Ket :  -Pada bedah buku yang bertepatan dengan ulang tahun pertama kegiatan tersebut, Lulu memaparkan tema             "Potensi dan Karya". Menurutnya, ketika seseorang memiliki potensi, maka ia akan mendapat beban             tanggung jawab (kiri)
         -Pada masa awal diadakan bedah buku, peserta yang rutin mengikutinya sekitar 7 orang. Tapi kini jumlah             telah bertambah pesat. Malam itu, hadir sekitar 50 orang menjadi peserta. (kanan)

Kombinasi keduanya ini yang akan membawa kita menjadi warga negara yang baik yang bisa menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban di dalam kehidupan bermasyarakat. Ini pula yang memudahkan Master Cheng Yen memimpin Tzu Chi dengan jutaan relawan di berbagai belahan dunia. Lulu bercerita, ada seseorang yang pernah bertanya kepada Master Cheng Yen, “Anda punya murid begitu banyak, bagaimana Anda me-manage mereka?” Master Cheng Yen menjawab, “Saya tidak perlu me-manage mereka. Mereka me-manage diri sendiri. Mereka menjaga mereka sendiri karena memegang sila (moralitas –red).” .

Jurus Manja
Vera adalah salah seorang peserta bedah buku yang masih gadis. Di tempatnya bekerja banyak stafnya yang jauh lebih tua sehingga ia sering hanya dipandang sebelah mata. Kadang kalau meminta sesuatu, ia diacuhkan. “Akhirnya saya agak sedikit tegas, malah kalau perlu marah! Gebrak meja (pun kadang) saya (lakukan),” jelasnya. Padahal di dalam hatinya, ia tidak menyukai cara seperti itu.  

“Kalau kamu dengan cara keras seperti itu, selesai semua. Tapi hubungan kamu sama dia sudah hancur. Mau memperbaiki lagi itu sulit. Merusak itu gampang. Dalam hitungan detik saja bisa, tapi kalau kita mau membangun kembali, perlu bertahun-tahun belum selesai,” Lulu memberi tanggapan.

foto  foto

Ket :  -Ada yang sedikit berbeda pada bedah buku kali ini, salah satunya adalah ditampilkannya isyarat tangan.             Semacam perayaan kecil memperingati ulang tahun bedah buku yang pertama. (kiri)
          -Peserta bedah buku pada akhir acara juga diajak untuk memberikan sumbangan bagi para korban gempa            bumi di Sumatera Barat. (kanan)

Lulu lantas menyarankan sebuah resep pada Vera yang ia sebut “jurus manja” yang biasanya diterapkan oleh Like Hermansyah Shijie. Lantas Like mengungkapkan, “Kita sadari setiap orang sebenarnya baik. Jadi waktu kita mau minta tolong sama orang, kita harus rendah hati. Lalu kita jangan terlalu strong juga.” Like biasanya meminta tolong dengan mengatakan bahwa ia benar-benar membutuhkan pertolongan sehingga yang dimintai tolong tidak sampai hati menampiknya. “Kita harus meminta tolong dengan rendah hati, dan kedua jangan segan-segan meminta maaf jika perlu,” tambah Lulu, “Kalau kita sering minta maaf, hubungan kita akan menjadi lebih baik. Kalau kita sudah minta maaf, dengan sendirinya hatinya sudah jadi lunak juga.”

Menurut Lulu, Like sebagai koordinator He Qi Utara selama ini juga sering memuji relawan lain sehingga merasa dihargai. Ini seperti yang Master Cheng Yen anjurkan untuk berbicara hal-hal yang baik. “Master selalu berterima kasih kepada orang,” ujar Lulu.

Amelia kemudian menyimpulkan jawaban atas pertanyaan Vera, “Aku ada sebuah kata perenungan juga, kemungkinan akan berguna. Dikatakan seperti ini, ‘Mereka yang punya kemampuan dikendalikan oleh orang lain. Mereka yang punya bakat dan kebijaksanaan mengendalikan orang lain’.” Demikian, berakhirlah bedah buku yang sudah genap satu tahun berjalan dan semakin banyak diikuti oleh relawan maupun masyarakat umum ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 
 

Artikel Terkait

Baksos ke-87: Menjalin Jodoh, Merajut Asa

Baksos ke-87: Menjalin Jodoh, Merajut Asa

07 Desember 2012 Secara tidak sadar, cuaca yang terbilang telah memasuki musimnya hujan membuat kecemasan tersendiri bagi para relawan. Pasalnya, hari ini merupakan hari pembukaan baksos kesehatan Tzu Chi yang ke 87.
Darah Penyambung Kehidupan

Darah Penyambung Kehidupan

31 Mei 2011

Minggu, 15 Mei 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan bekerja sama dengan Rumah Sakit Adam Malik, Maximart dan Maju Bersama (dua pusat perbelanjaan di Medan –red) menggelar kegiatan donor darah bertema “Setetes Darah Sejuta Kehidupan”.   

Pelestarian Lingkungan Plus di Taman Aries

Pelestarian Lingkungan Plus di Taman Aries

05 April 2017
Relawan Tzu Chi di Jakarta Barat terus menggalakkan berbagai kegiatan pelestarian lingkungan. Bahkan kali ini, ada empat kegiatan yang ditambahkan, seperti membuat suvenir dari bekas bungkus kopi, membuat Garbage Enzyme, dan merawat kebun.
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -