Menggali Potensi Diri
Jurnalis : Sutar Soemithra , Fotografer : Sutar Soemithra, Like HermansyahLike Hermansyah menjelaskan prinsip yang ia biasa jalankan ketika meminta pertolongan kepada orang lain. Sebagai koordinator relawan He Qi Utara, ia memang sangat sering melakukannya. Menurutnya, ia lakukan dengan rendah hati dan tidak terlalu dominan. |
| |
Amelia memulai bedah buku dengan membacakan sebuah kisah tentang tukang perahu yang telah menyeberangi sungai namun perahu tersebut tetap dibawanya. Alhasil, tukang perahu tersebut berjalan menjadi lebih lambat tiga kali lipat dibandingkan biasanya. Begitulah manusia, selalu membawa beban dalam hidupnya sehingga membuat dirinya menjadi menderita. “Marilah kita buang beban pikiran kebencian, keserakahan, dan kemarahan dalam kehidupan,” ajak Amelia diiringi suara musik instrumentalia lembut. Potensi Tiap Manusia Berbeda “Begitu kita menerima tanggung jawab, kemampuan kita pasti juga bertambah. Dengan memegang tanggung jawab itu membuat kita semakin matang, semakin dewasa,” jelas Lulu yang merupakan penanggung jawab bantuan pengobatan khusus di Tzu Chi. Kemudian ia mengaitkan masalah tanggung jawab dengan aktivitas di Tzu Chi. Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, ia lebih banyak berkutat dengan lingkungan kecil tempatnya bergaul. Ia lebih banyak menuntut hak yang telah diberikan negara kepadanya, sebaliknya mengabaikan kewajiban apa yang telah ia lakukan kepada negara. Dengan bergabung di Tzu Chi, ia menjadi tahu bahwa menolong orang lain adalah kewajiban sebagai warga negara. “Di Tzu Chi, kewajiban kita adalah di masyarakat memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan bantuan,” tegasnya. Sedangkan potensi (kemampuan) yang bisa dikembangkan di Tzu Chi ia definisikan sebagai, “Kemampuan kita adalah menjaga batin kita walaupun di dalam perubahan.”
Ket : -Pada bedah buku yang bertepatan dengan ulang tahun pertama kegiatan tersebut, Lulu memaparkan tema "Potensi dan Karya". Menurutnya, ketika seseorang memiliki potensi, maka ia akan mendapat beban tanggung jawab (kiri) Kombinasi keduanya ini yang akan membawa kita menjadi warga negara yang baik yang bisa menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban di dalam kehidupan bermasyarakat. Ini pula yang memudahkan Master Cheng Yen memimpin Tzu Chi dengan jutaan relawan di berbagai belahan dunia. Lulu bercerita, ada seseorang yang pernah bertanya kepada Master Cheng Yen, “Anda punya murid begitu banyak, bagaimana Anda me-manage mereka?” Master Cheng Yen menjawab, “Saya tidak perlu me-manage mereka. Mereka me-manage diri sendiri. Mereka menjaga mereka sendiri karena memegang sila (moralitas –red).” . Jurus Manja “Kalau kamu dengan cara keras seperti itu, selesai semua. Tapi hubungan kamu sama dia sudah hancur. Mau memperbaiki lagi itu sulit. Merusak itu gampang. Dalam hitungan detik saja bisa, tapi kalau kita mau membangun kembali, perlu bertahun-tahun belum selesai,” Lulu memberi tanggapan.
Ket : -Ada yang sedikit berbeda pada bedah buku kali ini, salah satunya adalah ditampilkannya isyarat tangan. Semacam perayaan kecil memperingati ulang tahun bedah buku yang pertama. (kiri) Lulu lantas menyarankan sebuah resep pada Vera yang ia sebut “jurus manja” yang biasanya diterapkan oleh Like Hermansyah Shijie. Lantas Like mengungkapkan, “Kita sadari setiap orang sebenarnya baik. Jadi waktu kita mau minta tolong sama orang, kita harus rendah hati. Lalu kita jangan terlalu strong juga.” Like biasanya meminta tolong dengan mengatakan bahwa ia benar-benar membutuhkan pertolongan sehingga yang dimintai tolong tidak sampai hati menampiknya. “Kita harus meminta tolong dengan rendah hati, dan kedua jangan segan-segan meminta maaf jika perlu,” tambah Lulu, “Kalau kita sering minta maaf, hubungan kita akan menjadi lebih baik. Kalau kita sudah minta maaf, dengan sendirinya hatinya sudah jadi lunak juga.” Menurut Lulu, Like sebagai koordinator He Qi Utara selama ini juga sering memuji relawan lain sehingga merasa dihargai. Ini seperti yang Master Cheng Yen anjurkan untuk berbicara hal-hal yang baik. “Master selalu berterima kasih kepada orang,” ujar Lulu. Amelia kemudian menyimpulkan jawaban atas pertanyaan Vera, “Aku ada sebuah kata perenungan juga, kemungkinan akan berguna. Dikatakan seperti ini, ‘Mereka yang punya kemampuan dikendalikan oleh orang lain. Mereka yang punya bakat dan kebijaksanaan mengendalikan orang lain’.” Demikian, berakhirlah bedah buku yang sudah genap satu tahun berjalan dan semakin banyak diikuti oleh relawan maupun masyarakat umum ini.
| ||
Artikel Terkait
Baksos ke-87: Menjalin Jodoh, Merajut Asa
07 Desember 2012 Secara tidak sadar, cuaca yang terbilang telah memasuki musimnya hujan membuat kecemasan tersendiri bagi para relawan. Pasalnya, hari ini merupakan hari pembukaan baksos kesehatan Tzu Chi yang ke 87.Darah Penyambung Kehidupan
31 Mei 2011Minggu, 15 Mei 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan bekerja sama dengan Rumah Sakit Adam Malik, Maximart dan Maju Bersama (dua pusat perbelanjaan di Medan –red) menggelar kegiatan donor darah bertema “Setetes Darah Sejuta Kehidupan”.